---------------------------------------------
ZULHAM MUBARAK, Jakarta
---------------------------------------------
RUANG Nusantara di lantai 2 Gedung Kemenlu di Jalan Pejambon, Jakarta Pusat, kemarin dipadati puluhan orang berkulit pucat yang mengenakan emblem bendera Rusia
BACA JUGA: Kisah Dua Korban Meninggal dalam Kecelakaan Maut KA Logawa
Hari itu, pemerintah RI memang sedang mengadakan seminar yang merupakan peringatan 60 tahun hubungan RI-RusiaNamun, ada sedikit pemandangan yang terasa janggal
BACA JUGA: Suasana Inggris setelah The Three Lions Tersingkir dari Piala Dunia
Duduk di antara belasan wakil negara Rusia itu, tampak seseorang berambut putih, mengenakan jas abu-abu, dan berwajah lokalBACA JUGA: Jadi Bocah , Sebelum Mengajar Anak
Pria tersebut adalah Prof Dr Soekirno Martosoekardjo, seorang WNI yang kini menjadi warga negara RusiaBagi Soekirno, kemarin merupakan hari bersejarahSebab, untuk kali pertama setelah 48 tahun tinggal dan melanjutkan hidup di Rusia, dia kembali ke tanah air kemarinDia menjadi tamu kehormatan dalam peringatan hubungan RI-RusiaDia juga mendapat kado dipertemukan dengan sanak keluarga yang telah kehilangan kontak selama puluhan tahun
"Saya sampai sekarang masih belum percaya bisa kembali, bisa melihat Indonesia lagiSaya sangat senang bisa bertemu putri dan keluarga saya," ujar Soekirno dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata kepada para hadirin.
Isak tangis haru kemudian pecah memenuhi seisi ruanganSang putri, Helyawati, 49, yang datang dari Jogjakarta, langsung memeluk dan menangis di pundak SoekirnoHelyawati ditinggalkan Soekirno ketika masih berusia setahun
Yang membuat pertemuan itu kian istimewa, pria tersebut adalah kakak kandung Soetoto, yakni ayah kandung pebulu tangkis top Indonesia Sigit Budiarto"Ini kemenakan saya juara dunia ya," ujarnya sembari menahan haru.
Setelah melepas kangen, pria 73 tahun itu duduk dengan tenang sembari sesekali mengelap kacamata tebal yang dikenakanDia mengaku selama bertahun-tahun tidak berani kembali menginjakkan kaki di Indonesia.
Apalagi, sejak meninggalkan Indonesia pada 1962, Soekirno kehilangan komunikasi dengan sanak keluarga di Indonesia, sehingga membuat dirinya harus membuka lembaran hidup baru di Rusia"Ini masih terasa seperti mimpi bagi saya," ungkapnya tak kuasa menahan haru.
Soekirno merupakan salah seorang di antara sekian mahasiswa RI yang bersekolah di Eropa Timur yang menjadi korban pergolakan politik pasca jatuhnya Soekarno, sehingga tertahan di luar negeriBagi pemerintah Indonesia dan Rusia, reuni Soekirno dengan keluarga itu merupakan kado manis peringatan 60 tahun hubungan kedua negara
Soetoro, sang adik, tampak tak kuasa melepas rindu dengan kakaknya yang terpisah selama puluhan tahun tersebut"Ini kisahnya panjangSaya bersyukur bisa bertemu lagi dengan panjenengan, Mas," katanya kepada Soekirno.
Soekirno lantas mengenang kembali masa-masa saat dirinya tertahan di Rusia yang ketika itu bernama Uni SovietPada 1962, dia menjadi salah seorang mahasiswa pilihan untuk mewakili Indonesia menempuh studi di Rusia dalam program pertukaran pelajarDi sana, Soekirno memenuhi cita-cita sebagai mahasiswa program studi kedokteran di Moskow
Tiga tahun berselang, tepatnya 1965, terjadi pergolakan politik di IndonesiaSetahun kemudian, Presiden Soekarno tidak lagi berkuasa"Ketika itu Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Rusia membentuk organisasi mahasiswa progresif yang tidak setuju dengan "kudeta" Soeharto," kenang dia.
Soekirno memang aktif dalam organisasi yang notabene mendukung Presiden Soekarno tersebutNamun, keikutsertaan itu justru menjadi bumerangBersama 12 anggota pimpinan organisasi tersebut, paspor Soekirno dicabut pemerintah atas perintah Presiden Soeharto
Dia dan belasan pelajar Indonesia pun terkatung-katung tanpa kewarganegaraanKarena itu, mereka tidak mungkin bisa meninggalkan Rusia, apalagi pulang ke tanah air"Itu masa-masa sulit yaSaya tidak ingin terlalu banyak mengenangnya," ujarnya.
Karena tertahan di Rusia, peraih gelar doktor di bidang kedokteran tersebut akhirnya memutuskan menikah lagi dengan warga Rusia pada akhir 1974Di sana, dia dikarunia dua anak dan tiga cucuSaat ini, Soekirno sedang menunggu kelahiran cucu keempat.
Putri dari istri keduanya di Rusia bernama Katerina turut hadir mendampingiNamun, perempuan yang lebih fasih berbahasa Rusia daripada bahasa Inggris itu terlihat canggung dan tidak banyak berbicara.
Soekirno mengaku rindu tanah airNamun, dia memilih tinggal di Rusia karena sudah memiliki kehidupan baru di sana, termasuk anak dan cucuDia memang menjadi warga negara Rusia sejak 1992Karena itu, jika memutuskan menetap di Indonesia, dia merasa khawatir tidak bisa bekerja lagi.
"Selama di sana, saya selalu berpikir kapan saya bisa kembali ke IndonesiaYang terpenting bagi saya sekarang sudah bisa datang ke sini tanpa halangan," ujar konsultan di bidang kedokteran tersebut.
Pertemuan dengan keluarga di Indonesia itu diprakarsai Dubes RI untuk Rusia Hamid AwaludinSejak bertugas pada 2008, Hamid intens berkomunikasi dengan para WNI yang terjebak di RusiaKetika itulah dia bertemu Soekirno yang menceritakan kisahnya dan ingin bersua lagi dengan kerabat di Jogjakarta.
Berbekal keterangan Soekirno dan sederet nama keluarga yang masih diingat, Hamid lantas menghubungi sejumlah kolega di IndonesiaHasilnya, salah satu nama saudara Soekirno, yakni Soetoto, diketahui cocok dengan nama ayah Sigit Budiarto.
Hamid yang pernah aktif di Pelatnas Bulu Tangkis pun langsung mencoba menghubungi Sigit dan orang tuanya"Hasilnya, ternyata benar bahwa Soekirno adalah paman SigitLangsung saya arrange pertemuan ini," jelas mantan Menkum HAM itu ketika mendampingi Soekirno.
Mantan anggota KPU tersebut menyatakan membutuhkan setidaknya 17 bulan untuk membujuk Soekirno agar mau kembali ke IndonesiaSebab, ada kekhawatiran yang sangat besar dalam diri pria tersebut terhadap rezim pemerintah di Indonesia
Menurut Hamid, Soekirno belum yakin situasi di tanah air sudah kondusif, terutama stigma terhadap para mahasiswa yang dicap terkait dengan komunisme karena menempuh ilmu di negeri komunisNamun, dia tidak patah arang hingga akhirnya terwujudlah keinginan mempertemukan kembali Soekirno dengan keluarganya di Indonesia
"Sebab, ini menyangkut masalah kemanusiaanSaya memiliki seorang anak laki-laki dan perempuan, tak bertemu dua hari saja sudah pusingBagaimana dengan Pak Soekirno yang tidak bertemu putrinya selama 48 tahun?" katanya sambil menahan haru.
Hamid yang duduk berdampingan dengan Soekirno kemudian menjelaskan bahwa telah terjadi perubahan hukum kewarganegaraan di negeri iniDengan demikian, Soekirno berhak mengklaim kembali paspor Indonesia yang sudah dicabut
Namun, dengan keleluasaan itu, Soekirno justru mengaku tidak nyamanDia beralasan Indonesia belum bisa menyetujui WNI yang ingin memiliki kewarganegaraan gandaSoekirno menyatakan kepada Hamid, dengan berat hati dirinya ingin mempertahankan statusnya sebagai warga Rusia"Terutama karena usiaSaya pilih tinggal di sana."
Soekirno kemudian mengakhiri wawancaraNamun, sejurus kemudian, dia mengisyaratkan untuk memberikan pernyataan penutup kepada para wartawanDengan tulus, dia mengutarakan penyesalan dirinya kepada rakyat IndonesiaSebab, ilmu tinggi yang dia peroleh saat muda tidak bisa dimanfaatkan bagi rakyat di negeri ini.
Padahal, dia berangkat ke Rusia dengan niat untuk bisa berbakti kepada bangsa dan negara, walaupun akhirnya upaya itu berakhir tidak sesuai harapan"Saya sebenarnya belajar kedokteran untuk bekerja di tanah airTapi, takdir berkata lainKini saya hanya bisa mengharap maaf dari bangsa ini," ungkapnya(c5/agm)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kenangan Sidarto Danusubroto Dampingi Bung Karno di Ujung Kejatuhan
Redaktur : Tim Redaksi