SLEMAN -- Isu yang menyebutkan sudah muncul titik api diam di Merapi pada Sabtu (23/10) pukul 00.00 belum bisa dipastikan kebenarannyaPasalnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi yang kini mengambil alih tugas BPPTK Jogjakarta dalam mengkaji setiap perkembangan aktiitas Gunung Merapi belum mau berkomentar lantaran belum ada data yang pasti mengenai munculnya titik api tersebut.
Sebelumnya, beberapa masyarakat Turi sempat melaporkan bahwa mereka melihat titik api diam di puncak Merapi
BACA JUGA: Kanwil Kemenag Butuh 168 CPNS
Titik api ini juga dikabarkan terpantau dari Pos Pemantauan Gunung Merapi (PGM) Balerante yang ada di Turi"Jadi kalau ada masyarakat yang melaporkan telah melihat titik api itu, kami tak akan berkomentar
BACA JUGA: Pastikan Pemprov Sumut Normal
Kami hanya berbicara berdasar data-data yang terpantau dan tercatat pada setiap pos pemantuan kami," ujar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono ditemui wartawan saat melakukan pemantauan di Pos PGM kaliurang, kemarin (24/10).Sementra itu, Sabtu malam di sekitar Pos PGM Kaliurang terjadi goncangan cukup kuat seperti gempa
BACA JUGA: Laptop DPRD Siantar Habiskan Rp504 Juta
Petugas pemantau di Pos PGM Kaliurang Heru Supaarwoko menjelaskan, goncangan tersebut diakibatkan oleh gempa-gempa yang terjadi di dalam perut Merapi"Setelah dijelaskan, masyarakat tenang kembali," ujar Heru.Heru mengatakan memang dari pengamatan di Pos Pemantauan Merapi di Kaliurang, terlihat adanya peningkatan cukup tajam aktifitas di tubuh MerapiMenurut dia, Sabtu (23/10) posnya mencacat telah terjadi enam kali gempa vulkanik dalam, 74 kali gempa vulkanik dangkal, 525 kali gempa multiphase (MP), dan 183 kejadian guguran.
Terkait potensi erupsi Merapi kali ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat ada perbedaan signifikan mengenai karakteristik tanda-tanda aktifitas Merapi menuju erupsiTanda-tanda kali ini, dikatakan sangat berbeda dengan tanda-tanda yang terjadi saat erupsi 2006 laluKali ini, tanda paling dominan adalah terjadinya gempa-gempa didalam tubuh Merapi, sehingga ada kemungkinan erupsi Merapi terjadi secara eksplosif (memuntahkan isinya).
Ini didasarkan pada keadaan saat ini bahwa pada saat status sudah Siaga, Merapi belum juga membentuk kubah lavaSebab dengan sudah t erbentuknya kubah lava, kemungkinan erupsi Merapi akan terjadi secara efusif (meleleh)Seperti yang terjadi saat erupsi 2006, waktu itu Merapi sudah membentuk kubah lava dan ada api diam pada saat statusnya dinyatakan siaga"Parameter kami menaikkan status ke siaga saat ini adalah berdasarkan meningkatnya kegempaan yang terjadiAktifitas kegempaan Merapi kali ini, jauh lebih tinggi dibanding saat 2006," imbuh Surono.
Erupsi Merapi secara eksplosif pernah terjadi tahun 1930-1931Saat itu, Merapi memuntahkan seluruh isi perutnya dengan jarak luncur sangat jauhNamun, Surono menegaskan pihaknya belum bisa memastikan apakah erupsi Merapi kali ini akan terjadi secara eksplosif atau efusifSebab, tanda-tanda terjadinya letusan secara eksplosif, salah satunya adalah terjadi penggembungan tubuh Merapi (deformasi) di segala sisiSedangkan yang terjadi saat ini, deformasi hanya didominasi pada tubuh Merapi di sisi Selatan(nis)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Promosi Budaya Melayu ke Dubes Negara Sahabat
Redaktur : Tim Redaksi