Sempat Terjerumus di Dunia Hitam, Kini Sukses di Dunia Literasi untuk Anak Jalanan

Selasa, 27 Juni 2017 – 14:10 WIB
SRIKANDI DUNIA LITERASI: Asri Juniati Soamole saat diberi kesempatan berbicara dalam Ternate Membaca, Rabu (14/6). Foto: Dok. HARIYANTO TENG/MALUT POST/JPNN.com

jpnn.com, TERNATE - Asri Juniati Soamole pernah merasakan pahitnya putus sekolah. Ia pun hafal rasanya terjerumus ke dunia hitam. Pengalaman tersebut membuatnya bertekad membantu sebanyak mungkin anak untuk merajut masa depan melalui literasi.

MAHFUD H HUSEN, Ternate

BACA JUGA: Masih ada 200 Ribu Anak Putus Sekolah di Bekasi

Pada waktu yang telah dijanjikan, Malut Post menemui seorang perempuan humoris dan supel di Sampalo Cahve Ternate, Minggu (18/6) malam. Asri Juniati Soamole, nama perempuan tersebut, merupakan seorang pegiat literasi.

Aci, begitu sapaannya, menyambut Malut Post (Jawa Pos Group) dengan riang. Alumnus Universitas Khairun (Unkhair) ini menuturkan, sejak memasuki bangku kuliah 2012 silam, ia sudah berkeinginan membentuk sebuah komunitas. Hanya saja, keinginan tersebut tak mendapat respons dari teman-temannya.

BACA JUGA: 90 Persen Anak Masuk Panti Asuhan Karena Ingin Sekolah

”Saya ingin mendirikan suatu perkumpulan dan berbuat sesuatu untuk orang lain,” tuturnya.

Memasuki semester 3 perkuliahan, Aci diangkat menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bahasa Inggris. Dengan organisasi tersebut, ia lantas membuat kegiatan Gema Bhakti, yakni mengajar Bahasa Inggris untuk anak-anak SD di sebuah desa di Kecamatan Gane Barat, Halmahera Selatan.

BACA JUGA: Kemendikbud Akui Sulit Ajak Anak Mau Bersekolah

”Lalu setelah balik dari kegiatan itu, pas ada kegiatan di Universitas Terbuka kebetulan moderatornya Adlun Fiqri (pegiat literasi, Red). Saya lalu bertemu dia dan mulai ikut dia dan menjadi tim inti divisi pendidikan di Literasi Jalanan (komunitas literasi di Ternate, Red),” tutur kelahiran Sorong, 19 Juni 1993 itu.

Tak hanya Literasi Jalanan, Aci juga pernah bergabung di beberapa komunitas sosial lainnya seperti Dompet Dhuafa dan sebagainya.

”Saya ingin membentuk sebuah komunitas yang bisa me-manage diri sendiri seperti yayasan. InsyaAllah dengan Literasi Jalanan bisa sampai hingga ke yayasan,” ujar Aci yang juga aktif di UKM Go Pena Unkhair.

Di Literasi Jalanan, Aci menghabiskan banyak waktu dengan para anak jalanan. Ia mengajari mereka, mendidik, hingga berbagi banyak cerita. Satu hal yang memotivasinya untuk concern pada mereka adalah lantaran ia sendiri pernah merasakan pahitnya putus sekolah. Motivasi itulah yang membuatnya mengumpulkan anak-anak jalanan yang tidak bersekolah untuk ditunjukkan pentingnya pendidikan.

”Saya merasa anak-anak ini perlu mendapatkan pengetahuan. Mereka harus sekolah untuk memperoleh ilmu dan ijazah yang nantinya dapat digunakan untuk mengubah hidup menjadi lebih baik,” terangnya.

Aci memang sempat merasakan masa-masa sulit sewaktu masih SMA. Meski keluarganya terbilang berada dengan ayah yang berprofesi sebagai PNS, perpisahan kedua orangtuanya membuat masa depan Aci ikut terancam. Ikut ibunya kembali ke Sorong, ia terpaksa memilih berhenti sekolah.

”Saya tidak mau sekolah karena berpikir ibu yang tidak lagi bekerja. Makanya saya memilih berhenti dan mencari pekerjaan,” ungkapnya.

Putri pasangan Zainudin Soamole dan Siti Rahma ini lalu bekerja sebagai master of ceremony (MC atau pembawa acara) dalam gelaran event produk rokok. Ia juga sempat dikontrak selama dua tahun untuk bekerja di tempat hiburan malam. Sebulan bekerja, Aci lalu memilih kabur lantaran salah satu temannya meninggal.

”Karena tiap malam dia minum bir,” kenangnya.

Meski putus sekolah, semangat Aci untuk kembali ke dunia pendidikan tak pernah padam. Dari pekerjaannya, ia mengumpulkan uang sedikit demi sedikit. Uang tersebut lalu digunakan untuk mengikuti ujian persamaan Paket C. ”Setelah dapat ijazah paket C, saya kembali ke Ternate,” tuturnya.

Di Ternate pun ia belum bisa langsung melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Aci masih harus bekerja di sebuah perusahaan tambang selama 7 bulan. Gajinya di perusahaan tambang itulah yang digunakan untuk biaya kuliah.

Di masa perkuliahan, Aci sempat mengikuti seleksi Duta Mahasiswa. Sayangnya ia hanya berhasil masuk 10 besar. Kegagalannya tak lepas dari trauma masa lalunya yang terungkap melalui psikotes.

”Saya kemudian disarankan mengikuti Pusat Informasi Konseling (PIK) dan sementara menjabat ketua PIK di kelurahan,” ujar anak kedua dari lima bersaudara itu.

Aci kemudian mengikuti lomba menulis yang diselenggarakan PIK BKKBN 2015 lalu. Ia sukses meraih juara satu tingkat provinsi dan berhak mewakili Maluku Utara di tingkat nasional. Dari 34 provinsi yang bertarung, Aci berhasil mendapat juara 3 dengan artikel berjudul “Virus Remaja Saat Ini; Yuk Intip Kenapa Remaja Nikah Muda”.

”Saya melihat faktor di Ternate dan melakukan observasi dengan mewancarai beberapa teman yang hamil di luar nikah. Kenapa saya memilih judul ini, karena pengalaman dulu terjerumus di dunia gelap waktu ayah dan ibu pisah, saya sering ikut teman pergi ke diskotek-diskotek dan melihat “oh, ternyata seperti ini,” kisah kader Badan Narkotika Nasional (BNN).

Semenjak bergabung dengan Literasi Jalanan, ada sejumlah program yang digalakkan Aci dan teman-temannya. Diantaranya perpustakaan jalanan, belajar mengajar, serta event-event dalam rangka memperingati hari besar nasional dan pembagian seribu buku yang bekerja sama dengan Gramedia.

Kini, lulusan Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris tahun 2016 itu bercita-cita menempuh pendidikan strata dua (S2) di Amerika Serikat.

”Semoga saya lulus LTAS Autralian Awards tahap ketiga nanti. Pengumumannya tanggal 25 sampai 29 Juli. Saya juga ikut BIT (Beasiswa Indonesia Timur) dari LPDP,” katanya penuh semangat.

Di ajang S2 nanti, Aci telah bersiap mengambil Master of Education dan berkonsentrasi di Kurikulum. Ia ingin mematangkan ilmunya tentang Kurikulum Bahasa Inggris.

“Saya berharap setelah pulang dari sana dapat mengaplikasikan ke Yayasan atau sekolah alternatif, atau mungkin jadi akademisi,” harapnya sembari menyatakan keinginannya agar anak-anak bisa belajar dan menulis dalam Bahasa Inggris.

Aci merasa sangat bersyukur dengan pengalaman-pengalaman hidupnya. Ia menegaskan bahwa bersekolah setinggi mungkin memberikan banyak keuntungan baginya. Ia bisa merasakan betul perbedaan perlakuan orang terhadap dirinya sebelum dan setelah bersekolah.

”Jadi ketika kita sekolah, Allah mengangkat harkat dan martabat derajat kita. Itu saya rasakan sekarang. Ini yang memotivasi saya, seperti apa ilmu pengetahuan maka saya harus bersekolah agar mengetahui semua itu,” tandas perempuan 24 tahun tersebut.(mg-03/kai)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Sekolah Ini, Tak Pakai Sepatu dan Seragam pun Boleh


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler