jpnn.com, JAKARTA - Pelaksanaan ujian akhir semester (UAS) 2020 di Universitas Terbuka (UT) dengan skema online yaitu take home exam (THE) akhirnya bisa dilaksanakan.
Ini setelah sempat terkendala teknis dan jaringan di hari pertama, Sabtu (5/12).
BACA JUGA: Perkuat Ekonomi Rakyat, Universitas Terbuka Terapkan e-Marketplace
Menurut Rektor UT Prof Ojat Darojat, tim khusus yang dibentuk telah bertindak cepat dengan melakukan berbagai pembenahan agar ujian berjalan lancar dan tidak merugikan hak-hak mahasiswa.
Terbukti dengan pelaksanaan UAS online pada Selasa, 8 Desember 2020 bisa berjalan baik dan normal seperti biasanya.
BACA JUGA: Hasil Sirekap KPU: Poltak-Tonny Tumbangkan Petahana di Pilkada Toba
"Alhamdulillah, sekitar 159 ribu mahasiswa mengikuti UAS pada 8 Desember dengan skema THE yang tersebar di 34 provinsi dan sebagian lagi tersebar di 90 negara lainnya," ungkap Rektor Ojat dalam pernyataan resminya yang diterima JPNN, Kamis (10/12).
Menurut Prof Ojat, monitoring integrated system yang dimiliki UT mampu memantau dengan baik lalu lintas data, titik persebaran peserta ujian, serta mengoptimalkan pertahanan terhadap serangan cyber yang dilakukan oleh pihak luar.
BACA JUGA: Polisi Amankan Uang Rp450 Juta, Sebagian Sudah Dalam Amplop
Kelancaran pelaksanaan UAS online pada Selasa (8/12), kata Prof Ojat, telah menepis keraguan banyak pihak tentang kesiapan UT dalam tata kelola pelaksanaan UAS online yang diikuti mahasiswa dalam jumlah masif.
Dia menyebutkan, total jumlah mahasiswa UT yang mengikuti UAS semester 2020/2021 dari tanggal 5-18 Desember 2020 sebanyak 312.236 mahasiswa dengan total peserta ujian untuk seluruh mata kuliah sebesar 1.717.614.
Penyelenggaraan UAS pada kondisi normal sebelum ada pandemi Covid-19 dilakukan lewat beragam skema secara tatap muka dan online dengan mempertimbangkan kondisi, kapasitas atau pun pilihan mahasiswa sendiri.
Namun, adanya pandemi Covid-19, ujian akhir pun tidak mungkin dilaksanakan secara tatap muka. Potensi kerumunan mahasiswa yang sangat besar di satu tempat dengan durasi interaksi yang lama sangat rentan terhadap risiko penularan virus Covid-19.
"Ujian secara online dengan berbagai moda harus kami optimalkan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan mahasiswa di satu sisi dan memelihara kualitas dan kewibawaan akademik di sisi lain," terangnya.
Namun, lanjut Prof Ojat, penyelenggaraan ujian secara online ini masih menyisakan kendala terutama bagi mahasiswa UT yang berdomisili di daerah-daerah terpencil. Di mana access point dan kualitas koneksi internet di tempat mereka masih belum memadai.
Sehingga sebagian mahasiswa harus pergi mencari tempat yang kualitas koneksi internetnya lebih baik. Dalam kaitan ini pemerintah telah meluncurkan program pendirian mini base transceiver station (BTS) di daerah-daerah terpencil.
"Sekali lagi saya tegaskan, kelancaran UAS pada 8 Desember 2020 merupakan bukti komitmen UT melakukan penyempurnaan dalam aplikasi dan tata kelola jaringan. Selain itu tidak boleh ada satu pun mahasiswa yang dirugikan dalam memperoleh layanan ujian ini," tuturnya
Prof Ojat juga menyampaikan berbagai keluhan, masukan, dan dukungan yang disampaikan berbagai pihak terutama mahasiswa melalui contact center dan media sosial akan menjadi perhatian dan pertimbangan agar kualitas layanan pendidikan UT semakin baik.
BACA JUGA: Berita Duka: Joko Santoso Meninggal Dunia
Dia mengingatkan kembali, bagi mahasiswa yang belum berhasil mengunduh naskah dan mengunggah jawaban ujian pada 5 Desember 2020 lalu diberikan kesempatan untuk mengikuti UAS kembali pada 20 Desember 2020. Kemudian pelaksanaan UAS tanggal 6 dan 7 Desember 2020 digeser ke tanggal 21 dan 22 Desember 2020.(esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad