BACA JUGA: Terapi Pecandu Nikotin di Klinik Berhenti Merokok RS Persahabatan Jakarta
Ia bukan makanan, melainkan alat bantu hitung dengan variasi warna yang indahLaporan SUGENG ROHADI, Pontianak
SEMPOA konon sudah dikenal sejak tahun 2.400 sebelum Masehi di Babilonia dan Tiongkok
BACA JUGA: Terapi Pecandu Nikotin di Klinik Berhenti Merokok RS Persahabatan Jakarta
Alat itu digunakan dalam aritmatika untuk pengurangan, penjumlahan, perkalian, serta pembagianWidi Wijayati, remaja yang masih duduk di bangku kelas VIII tersebut, pada Selasa (30/3) terlihat sedang menggunakan sempoa untuk berhitung
BACA JUGA: Uji Coba Sukses, Dapat Order untuk Demo di Depan Presiden
Meskipun terlihat kalkulator juga berada di dalam kocek bajunyaRemaja yang tinggal di Sungai Jawi, Pontianak ini, mulai dari sekolah dasar memang sudah diajari menggunakan sempoa oleh ayahnya yang juga pedagang."Sejak SD ayah sudah mengajari saya menggunakan sempoaMeski awalnya hanya belajar iseng-iseng dan terkesan hanya main-mainan anak kecil, tetapi (ternyata) bisa membantu menghitung," tuturnya.
Sempoa berwarna merah kecoklatan tersebut, menurut Yati, sudah berumur 20 tahunSempoa itu milik ayahnya sejak kecilSempoa tersebut diberikan kepadanya untuk terus melestarikan keahlian menggunakan sempoa, khususnya generasi muda saat ini.
Sempoa tersebut terlihat masih dalam kondisi baikCatnya pun masih terlihat mengkilatMenurut Yati, sempoa tersebut setiap harinya dibersihkan dengan kain halus, agar tidak merusak catnyaTetapi yang paling penting dari semuanya adalah hati-hati dalam penggunaannya.
San Liong, orangtua Yati, memang mengaku merasa prihatin dengan mulai hilangnya keahlian menggunakan sempoa pada generasi muda saat iniPengusaha alat-alat tulis tersebut mengatakan jika generasi muda saat ini lebih senang menggunakan kalkulator ketimbang sempoaBanyak mereka yang lebih senang dengan hal-hal yang praktis, meski tidak ada yang salah dengan pilihan mereka.
"Anak muda sekarang jarang yang mempunyai keahlian menggunakan sempoaJika ada, bisa dihitung jumlahnyaSelain minat anak juga kurang, tenaga terampilnya juga saat ini sudah mulai tidak ada," tambahnya.
Menurut San Liong, keterampilan ini perlu dikembangkan, agar tidak punahUntuk itu, perlu adanya perlombaan-perlombaan, pembinaan dan pendidikan, mulai dari tingkat anak-anak (sekolah dasar), untuk membiasakan hal tersebut.
"Pada dasarnya keterampilan ini baikTetapi memang saat ini sudah mulai ditinggalkanBelajarnya terbilang sulit untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih sempurnaTetapi kalau hanya untuk penjumlahan dan pengalian, akan lebih mudah mempelajarinyaSebagai tahap dasar, biasanya dengan melakukan penjumlahan," timpalnya.
Maka dari itu, salah satu usaha agar keterampilan tersebut tidak punah, San Liong mengajarkannya kepada anak-anaknya mulai sejak kecilMeskipun sampai sekarang pun mereka belum sempurnaSembari melakukan itu, ia pun berharap ada acara-acara resmi yang mengakomodir potensi anak-anak yang pandai menggunakan sempoa(*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gaji Kurang Rp 6 Juta, Naik Alphard ke Kantor
Redaktur : Tim Redaksi