Sempoa, Teknologi Hitung Tradisional yang Masih Eksis

Kesederhanaan yang Membantu Manusia dalam Hitungan Abad

Jumat, 02 April 2010 – 06:25 WIB
Anak-anak praktek menggunakan sempoa di salah satu sekolah. Foto: SDS Angkasa 9 Jakarta.
Bentuknya seperti sate telur puyuhIa hanya memiliki bingkai untuk menyangga

BACA JUGA: Terapi Pecandu Nikotin di Klinik Berhenti Merokok RS Persahabatan Jakarta

Ia bukan makanan, melainkan alat bantu hitung dengan variasi warna yang indah
Alat ini telah digunakan berabad-abad ketika peradaban dikenal manusia.

Laporan SUGENG ROHADI, Pontianak

SEMPOA
konon sudah dikenal sejak tahun 2.400 sebelum Masehi di Babilonia dan Tiongkok

BACA JUGA: Terapi Pecandu Nikotin di Klinik Berhenti Merokok RS Persahabatan Jakarta

Alat itu digunakan dalam aritmatika untuk pengurangan, penjumlahan, perkalian, serta pembagian
Meski sudah mulai ditinggalkan, sempoa nyatanya masih banyak digunakan untuk berhitung.

Widi Wijayati, remaja yang masih duduk di bangku kelas VIII tersebut, pada Selasa (30/3) terlihat sedang menggunakan sempoa untuk berhitung

BACA JUGA: Uji Coba Sukses, Dapat Order untuk Demo di Depan Presiden

Meskipun terlihat kalkulator juga berada di dalam kocek bajunyaRemaja yang tinggal di Sungai Jawi, Pontianak ini, mulai dari sekolah dasar memang sudah diajari menggunakan sempoa oleh ayahnya yang juga pedagang.

"Sejak SD ayah sudah mengajari saya menggunakan sempoaMeski awalnya hanya belajar iseng-iseng dan terkesan hanya main-mainan anak kecil, tetapi (ternyata) bisa membantu menghitung," tuturnya.

Sempoa berwarna merah kecoklatan tersebut, menurut Yati, sudah berumur 20 tahunSempoa itu milik ayahnya sejak kecilSempoa tersebut diberikan kepadanya untuk terus melestarikan keahlian menggunakan sempoa, khususnya generasi muda saat ini.

Sempoa tersebut terlihat masih dalam kondisi baikCatnya pun masih terlihat mengkilatMenurut Yati, sempoa tersebut setiap harinya dibersihkan dengan kain halus, agar tidak merusak catnyaTetapi yang paling penting dari semuanya adalah hati-hati dalam penggunaannya.

San Liong, orangtua Yati, memang mengaku merasa prihatin dengan mulai hilangnya keahlian menggunakan sempoa pada generasi muda saat iniPengusaha alat-alat tulis tersebut mengatakan jika generasi muda saat ini lebih senang menggunakan kalkulator ketimbang sempoaBanyak mereka yang lebih senang dengan hal-hal yang praktis, meski tidak ada yang salah dengan pilihan mereka.

"Anak muda sekarang jarang yang mempunyai keahlian menggunakan sempoaJika ada, bisa dihitung jumlahnyaSelain minat anak juga kurang, tenaga terampilnya juga saat ini sudah mulai tidak ada," tambahnya.

Menurut San Liong, keterampilan ini perlu dikembangkan, agar tidak punahUntuk itu, perlu adanya perlombaan-perlombaan, pembinaan dan pendidikan, mulai dari tingkat anak-anak (sekolah dasar), untuk membiasakan hal tersebut.

"Pada dasarnya keterampilan ini baikTetapi memang saat ini sudah mulai ditinggalkanBelajarnya terbilang sulit untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih sempurnaTetapi kalau hanya untuk penjumlahan dan pengalian, akan lebih mudah mempelajarinyaSebagai tahap dasar, biasanya dengan melakukan penjumlahan," timpalnya.

Maka dari itu, salah satu usaha agar keterampilan tersebut tidak punah, San Liong mengajarkannya kepada anak-anaknya mulai sejak kecilMeskipun sampai sekarang pun mereka belum sempurnaSembari melakukan itu, ia pun berharap ada acara-acara resmi yang mengakomodir potensi anak-anak yang pandai menggunakan sempoa(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gaji Kurang Rp 6 Juta, Naik Alphard ke Kantor


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler