jpnn.com, JOMBANG - Suasana duka menyelimuti Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur saat mengantar KH Salahuddin Wahid alias Gus Sholah ke tempat peristirahatannya yang terakhir, Senin (3/2) sore WIB.
Ribuan santri dan masyarakat berdesakan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Gus Sholah yang meninggal Minggu (2/2) malam.
BACA JUGA: Wajah Sendu Khofifah Saat Membawa Foto Gus Sholah
Masjid Pesantren Tebuireng tidak mampu menampung keinginan masyarakat yang hendak melakukan salat jenazah. Mereka berebut untuk berada di saf terdepan.
"Meski bukan alumni Pesantren Tebuireng, saya merasa wajib hadir dan menyalati almarhum,” kata Muhammad Rofiq dari Bangkalan.
BACA JUGA: Hidayat Mengaku Melihat Jenazah Gus Sholah Tersenyum
BACA JUGA: 2 Isyarat Kepergian Gus Sholah, Satu Pesan WA dan dari Sebuah Mimpi
NU Online melaporkan, suasana masjid penuh sesak dengan jemaah. Bahkan nyaris tidak ada saf yang kosong, khususnya di barisan depan.
Pihak pesantren harus mengingatkan berulang kali bahwa khusus untuk saf depan adalah diperuntukkan bagi dzurriyah atau keluarga Gus Sholah maupun Tebuireng.
“Mohon kesadaran dan pengertian jemaah untuk mengosongkan barisan depan karena itu diperuntukkan bagi keluarga atau dzurriyah,” katanya melalui pengeras suara.
Kepadatan akhirnya beranjak ke area pemakaman. Padahal sebelumnya lokasi telah disterilkan agar tidak banyak yang masuk. Namun, kala jenazah telah selesai disalati, warga dengan sangat cepat bergerak ke pemakaman keluarga Pesantren Tebuireng.
Tidak semata masuk di area sekitar makam, banyak di antara mereka yang juga berada di depan pintu masuk.
Hal tersebut tentu saja menyulitkan untuk mengantar jenazah hingga ke liang lahat yang disediakan. Di lokasi dalam makam, sejumlah keluarga bahkan kesulitan untuk masuk, termasuk sejumlah tokoh.
Bahkan Irfan Asyari Sudirman Wahid atau Ipang Wahid harus dikawal sedemikian rupa agar bisa masuk area dalam makam. “Mohon beri jalan agar Gus Ipang bisa masuk ke lokasi makbarah ini,” kata petugas dari pengeras suara di lokasi makam.
Sejumlah tokoh juga harus berdesakan dengan warga yang memadati makam. Ada KH Mustofa Bisri (Gus Mus), Menko Polhukam Mahfud MD, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan sejumlah tokoh serta kiai kesulitan mengakses pintu masuk area dalam makam.
Saat di makam, tampak KH Masduki Abdurrahman al-Hafiz memimpin talqin dan dilanjutkan tahlil.
Kegiatan dirangkai dengan sambutan atas nama pesantren yang disampaikan KH Abdul Hakim Mahfudz selaku Wakil Pengasuh Pesantren Tebuireng.
Khofifah Indar Parawansa juga diberi kesempatan memberikan sambutan. "Beliau selalu berpesan, pekerjaan rumah kita adalah persatuan. Beliau menyampaikan pentingnya persatuan bagi seluruh kehidupan sosial di Indonesia," kata Khofifah.
Untuk pesan lainnya adalah Gus Sholah ingin pendidikan di pesantren yang merupakan warisan KH Hasyim Asy'ari itu terus dikembangkan. Kedua, Gus Sholah juga ingin agar rumah sakit yang dibangun Pesantren Tebuireng berkembang menjadi rumah sakit yang modern.
"Yang ketiga beliau bercita-cita untuk dilanjutkan bank syariah dari Ponpes Tebuireng. Ini mandat yang beberapa kali beliau sampaikan," kata dia.
Dia berharap amanat ini nantinya bisa dilaksanakan dengan baik oleh pejabat yang bertugas. Terlebih lagi, Gus Sholah sosok yang sangat dicintai banyak kalangan, sehingga amanatnya bisa bermanfaat untuk orang lain. (nuonline/antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek