jpnn.com, JAKARTA - Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Dudung Nurullah Koswara mengatakan, kebijakan pemerintah menghentikan rekrutmen guru PNS makin menambah masalah.
Bisa dibayangkan perasaan para mahasiswa calon guru yang saat ini menuntut ilmu di perguruan tinggi yang akan kecewa.
Pasalnya, para lulusan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) itu hanya akan menjadi tenaga kontrak.
"Pemerintah sudah menimbulkan kecemasan di kalangan insan pendidikan. Yang masih kuliah di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan dan LPTK pasti down karena peluang menjadi guru PNS tertutup," ujar Dudung kepada JPNN.com, Minggu (3/1).
BACA JUGA: Daerah Harus Memenuhi Sejumlah Persyaratan ini Sebelum Gelar Rekrutmen CPNS 2021Â
Kecemasan itu kata Dudung, akan hilang bila masih ada jalur PNS maka lulusan LPTK dan para guru honorer muda masih merasa ada harapan.
Bila pemerintah berencana mau memperbanyak PPPK dalam tubuh ASN silakan saja. Formasi ASN direncanakan 70 persen PPPK dan 30 persen PNS tidaklah mengapa. Bila kuota atau formasi 30 persen PNS hanya untuk profesi guru.
BACA JUGA: Organisasi Guru Sebut Pemerintah Langgar Undang-undang Jika Hanya Menerapkan Rekrutmen PPPK
"Hargai profesi guru di atas profesi lainnya," tambahnya.
Rencana pemerintah bahwa guru, tenaga kepegawaian lain seperti dokter, perawat, dan penyuluh akan direkrut melalui PPPK adalah sebuah upaya memperbaiki kinerja para ASN.
Namun, waspada pada profesi guru. Profesi ini sudah terlalu lama entitasnya bermaslalah.
"Iwan Fals sebagai seniman moralis jauh-jauh hari meneriakan, “Oemar Bakriiii, Oemar Bakriiii," cetusnya.
Dudung mengaku prihatin dengan nasib guru. Dalam rekrutmen PPPK, semuanya hanya dikontrak. Di organisasi profesinya pun kuota guru __kecuali di tingkat ranting dan kecamatan__ makin ke atas kian menghilang.
"Kini rencana mengangkat PPPK untuk semua guru honorer dan swasta bagaikan dijatuhkan, ditimpa tangga dan disuruh menelan tangga! Demartabatisasi profesi guru sedang terjadi," pungkas Dudung Nurullah Koswara. (esy/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad