Megan Robertson, seniman asal Darwin, Australia Barat, memamerkan plasenta atau ari-ari dari sisa kehamilannya sebagai hasil karya seni terbarunya. Ada sisi sentimental untuk menjaga plasenta dari anak-anak yang pernah ia lahirkan.


Seniman Megan Roberston pamerkan karya seni foto terbarunya. Foto: ABC Darwin, Emilia Terzon.
Robertson masih ingat rasa sakit dan kesulitan yang dialaminya saat melahirkan anak pertamanya.

BACA JUGA: Hanya 3 Persen Restoran Cepat Saji di Australia Tampilkan Informasi Nutrisi

Setelah itu ia memutuskan untuk menyimpan kenang-kenangan dari pengalaman melahirkannya, yakni plasenta atau banyak dikenal sebagai ari-ari atau tali pusar.

"Saya merasa plasenta adalah bagian dari diriku," kata Robertson. "Tumbuh dalam tubuh kita, tapi sayangnya kemudian dibuang begitu saja."

BACA JUGA: Gunakan Taktik Amatiran, ISIS Meretas Data Pribadi 8 Warga Australia

Plasenta yang disimpannya kemudian dibekukan di dalam freezer, selama dua tahun.

Inspirasi menyimpan plasenta ini sebenarnya datang pada tahun 2014, saat kelahiran anak keduanya.

BACA JUGA: Warga RI di Perth Selenggarakan Kreasi Indonesia 2015

"Kelahiran Levi adalah yang terbaik yang pernah saya alami. Sebuah pengalaman yang indah," katanya.

Plasenta dari anak keduanya pun ia simpan. Kemudian semua hal yang berkaitan dengan proses melahirkannya ia simpan untuk kemudia dipamerkan dalam pameran seni tunggal yang pertama kalinya ia gelar.
 

Pameran yang diberi nama 'Your Body, My Body' di gelari Happy Yess, Darwin Australia ini menampilkan foto-foto plasenta milik kedua anaknya, termasuk foto-foto dari seprai tempat tidur yang bernoda darah.

Sebenarnya Robertson ingin menunjukkan plasenta atau tali pusar yang sebenarnya, tetapi ia berubah pikiran karena untuk melakukannya membutuhkan zat-zat kimia.Foto plasenta atau tali pusar yang dipamerkan. Foto: ABC, Emilia Terzon.


Dan sebagai gantinya, Robertson dan teman-temannya mengambil foto dari organ-organ tubuh sisa kehamilan dan proses melahirkannya. 

"Masuk akal saja rasanya, untuk menekankan pentingnya plasenta dan menyajikannya dengan indah," katanya.

Manajer dari galeri Happy Yess, Dan Davies mengaku tidak ada keraguan saat pertama kali Robertson menyatakan keinginannya untuk memajang plasentanya.\

"Saya berpikir, 'fantastis', hal ini yang ingin kita dorong," kata Davies. "Siapapun yang memiliki anak, akan menyadari seperti apa sistem reproduksi wanita lewat dinding kita."

Davies pun mengaku tidak takut atau menganggapnya menjijikkan, sebaliknya ia merasa plasenta ini bisa menjadi hasil seni yang indah.
 Pameran yang menampilkan benda-benda sisa proses melahirkan dianggap indah. Foto: ABC, Emilia Terzon.


Secara historis, beberapa budaya ada yang menyembah atau mengubur plasenta mereka, bahkan ide untuk mengkonsumsinya telah berkembang di budaya barat, dalam beberapa tahun terakhir.

Sejumlah rumah sakit di Australia juga telah memberikan pilihan bagi wanita, jika ingin menyimpannya. 

Robertson mengaku ketertarikan dengan plasenta atau ari-ari adalah perasaan sentimental yang dimilikinya, bukan spiritualnya. Perasaan inilah yang ia ingin bagi dengan para pengunjung museum.

"Saya berharap mereka bisa meninggalkan pameran dengan ekspresi, 'Wow plasenta sedikit terlihat seperti hati'," ujarnya.

"Ini adalah kebebasan dan ekspresi sesuatu yang tidak dapat ditahan oleh dokter atau bidan, bahkan orang lain."

Usai diabadikan dalam sebuah foto, plasenta kedua anaknya ditanam dengan sebuah tumbuhan. 

"Seiring tumbuhnya tanaman, anak-anak saya juga akan tumbuh. Tumbuhan tersebut akan terus tumbuh dan menjaga memori yang ada bersama plasenta tersebut."

BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia Didesak Wajibkan Fitur Rem Otomatis pada Mobil Baru

Berita Terkait