Sensasi Musim Dingin di Jepang, Serasa Dalam Dunia Dongeng

Senin, 02 Februari 2015 – 03:28 WIB
MELAWAN DINGIN: Berpose bersama timbunan salju di Desa Gokayama yang sunyi. Foto Jumny Gozali for Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com - AKHIRNYA kesampaian juga bermain salju tebal sebagaimana yang selalu dibayangkan dalam film maupun cerita dongeng. Akhir Desember lalu, kami beramai-ramai dua keluarga berkesempatan berlibur keliling Jepang selama dua minggu, melewati Natal dan tahun baru, 23 Desember 2014–5 Januari.

Kami mulai petualangan dari Osaka, Kobe, Kyoto, Takayama, Shirakawago, Gokayama, Gunung Fuji, dan terakhir keliling Tokyo. Kami di sana dihadang cuaca yang sangat dingin, sekitar 8 derajat Celsius hingga minus 5 derajat Celsius. Namun, semua sebanding dengan pemandangan musim dingin yang kami dapatkan.

BACA JUGA: Antara Hijab dan Budaya K-POP di Amerika

Memasuki kota tua Takayama yang bersalju tebal, hati kami sangat senang. Apalagi saat ke desa tua Shirakawago. Kami serasa berada dalam dunia dongeng. Bangunan rumah berasal dari kayu balok yang kukuh, beratap jerami, dan semua tertutup salju tebal.

Daerah itu memang world heritage yang keasliannya dan kebersihannya hingga sekarang masih terjaga. Termasuk rumah kincir air yang masih berfungsi.

BACA JUGA: Bincang Hukum: Marah Ketika Foto Cap Selingkuh Itu Indah Disebar

Lantaran ryokan (guest house ala Jepang) di tempat itu sudah penuh, kami menginap di desa kecil Gokayama yang jaraknya 1 jam naik bus dari Shirakawago. Ternyata, kami malah beruntung. Sebab, Desa Gokayama lebih sunyi dan saljunya lebih tebal. Kami pun bisa berseluncur bermain salju sepuasnya.

Berbekal peta dan JR Pass (tiket pass khusus turis untuk naik kereta cepat dan biasa), kami bisa berjalan-jalan ala backpacker dengan naik kereta dan bus. Semua petunjuk jalan di Jepang menggunakan huruf kanji dan berbahasa Jepang. Karena itu, kami harus sering-sering bertanya ke petugas kereta dan loket informasi agar tidak tersesat.

BACA JUGA: Jangan Remehkan Kegiatan Menulis

Penduduk Jepang memang ramah dalam memberikan petunjuk. Namun, mereka kadang-kadang kesulitan berbahasa Inggris. Hasilnya, dalam berkomunikasi, kami menggunakan bahasa Inggris campur bahasa Jepang dan bahasa Tarzan.

Terdapat banyak kuil di Kyoto. Antara lain, Kinkaku-ji Temple (terkenal sebagai Golden Pavilion) dan Fushimi Inari Shrine. Jika ke Jepang, belum lengkap rasanya bila tidak mengunjungi Gunung Fuji. Kami menginap di dekat danau di kaki Gunung Fuji untuk mendapatkan sudut terbaik foto Gunung Fuji.

Ketika malam tahun baru, kami sengaja menjadwalkannya di Tokyo. Orang Jepang ternyata tidak hura-hura dalam merayakan pergantian tahun. Sebaliknya, mereka pergi berdoa dan melakukan ritual khusus di kuil.

Meski Tokyo kota metropolitan, masih saja dijumpai stasiun kereta api yang tidak dilengkapi eskalator maupun lift. Namun, kadang yang ada hanya disediakan untuk naik, sedangkan yang turun tidak ada. Kami pun terpaksa mengangkat koper naik dan turun tangga di beberapa stasiun.

Hal paling mengesankan adalah saat kami tinggal di ryokan. Rasanya asli Jepang. Tidur menggunakan tatami dan futon yang berjajar-jajar di lantai dengan dilengkapi penghangat ruangan. Meja di tengah ruangan dilengkapi penghangat kaki di bagian bawah. Kami juga mandi ala Jepang di onsen (pemandian air panas ala Jepang) dan mengikuti tata cara mandi di onsen yang sudah baku.

Sebelum masuk onsen, orang harus mandi bersih lebih dulu. Setelah itu, pengunjung baru boleh masuk onsen yang berupa bak mandi besar yang digunakan berendam beramai-ramai. Ada onsen khusus laki-laki dan perempuan. Tetapi, di beberapa tempat, ada juga yang digunakan secara bersama-sama.

Menginap di ryokan terasa bagai bangsawan yang dilayani. Saat pulang bermain salju, sang pemilik ryokan sudah membakar ikan dan menyiapkan makan malam yang sangat lengkap. Begitu juga ketika bangun tidur. Sarapan telah tersedia dengan lengkap. Di lain kesempatan, saya ingin bermalas-malasan di ryokan selama seminggu, hahaha. Tetapi, biaya tinggal di ryokan mahal karena full service. (c15/c14/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Khasiat di Balik Bau Petai yang Menyengat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler