Sentuhan Ir (HC) Ciputra Menjaga Spirit Entrepreneur Manajemen Mal

Rabu, 10 Desember 2014 – 14:16 WIB
SERU: Anak-anak bermain di wahana salju di Pondok Indah Mall. foto ADRIANTO/INDOPOS

jpnn.com - Hati-hati ke Pondok Indah Mall sampai 18 Januari 2015 mendatang. Siapkan jaket tebal, tak tembus udara dingin. Siapkan sepatu dengan alas baja, agar bisa bermain ice skating di Atrium PIM II. Juga bawa ganti baju, untuk lempar-lemparan salju di North Skywalk Lantai II. Sedang ”badai salju” di sana!

DON KARDONO, Jakarta

BACA JUGA: Melawan Dominasi Olahraga di Layar Game

ANDA sempat ke PIM, akhir pekan lalu, Jumat, Sabtu, Minggu? Anda sudah mencoba sensasi bermain seluncuran di atas salju buatan dengan ice skating? Masih belum terlambat untuk mencobanya.

Tak perlu khawatir, kalau belum lancar berjalan dengan posisi kaki kaku di atas lapisan es? Tak perlu malu kalau harus belajar tertatihtatih, jatuh bangun dulu.

BACA JUGA: Revitalisasi Transmigrasi Menyebar Ratakan Skil

Begitu Anda bisa, wow, itu pengalaman asyik hidup yang tak terlupakan. Bahkan, jika kelak berkesempatan ke Titlis, Swiss, bisa bermain ski dari ketinggian 3.020 meter dari permukaan laut. Manajemen PIM memang sedang mengimplementasikan prinsip penting dalam entrepreneurship yang tak henti-hentinya ditularkan oleh Ir (HC) Ciputra.

Meski sudah 83 tahun, pemilik Jaya Group, Metropo litan Group, dan Ciputra Group itu tak bosan mengingatkan jajarannya untuk terus mencari inovasi baru, karena itu adalah nyawanya seorang entrepreneur.

BACA JUGA: Menumbuhkan Pabrik Gula di Kawasan Pedesaan

Ciputra juga konsisten menularkan semangat untuk mencari ide-ide baru, kreasi baru, cara baru, yang memiliki vision. Yang sudah bisa diteropong prospek, peran dan fungsinya ke depan

”Seorang entrepreneur terus menemukan ide-ide baru, inovasi baru, dan kreasi baru un tuk membuat usahanya semakin hebat. Tidak boleh berhenti, harus terus maju dan menemukan jalan menuju kemajuan,” papar Ciputra yang lahir di Perigi, Sulteng itu.

Mengapa PIM memilih tema Winter Wonder land? Mengapa harus menggandeng Frozen, sebuah film animasi 3D yang paling feno menal di tahun 2013. Film yang memenangkan penghargaan Academy Awards ke-86, pada kategori Film Animasi Terbaik dalam ajang Academy Awards 2014. Frozen sukses menyisihkan para kandidat dan nominator lain, seperti The Croods, Despicable Me 2, The Wind Rises dan Ernest & Celestine.

Film ini di Indonesia dan Jakarta juga sangat popular tahun lalu. Di kota-kota besar lain di Indonesia juga sangat popular. Walt Disney memang khas, kalau menggarap pangsa anak-anak. Film musikal produksinya berkisah tentang kehidupan dua putri bangsawan di sebuah kerajaan di Skandinavia.

Salah seorang tokoh putri dalam film ini diisi suaranya oleh aktris Kriten Bell. Frozen meraup pendapatan lebih dari USD 1 miliar atau senilai Rp 11,6 triliun dari hasil penjualan tiket pemutaran bioskop. Sebuah karya kreatif dan prestasi bisnis yang luar biasa hebat. Sutradara Chris Buck dan Jennifer Lee menciptakan konsep film ini sebagai film keluarga, family film.

Durasi Frozen itu selama 102 menit. Pimpinan PIM, Agustine menangkap ide bahwa Frozen itu memiliki banyak alur kesamaan dengan mal di Jakarta Selatan yang su dah dibangun sejak 1991 itu.

Kesamaan itu ada di market atau pangsa pasarnya, yakni keluarga. Tema yang bisa dinikmati oleh satu keluarga, ibu, bapak, nenek, kakek, anak, cucu, cicit, bahkan jika mereka menonton film bersama pun, bisa tertawa bersama, terteguh bersama, tegang bersama dan happy ending bersama pula.

Agustine menjelaskan, konsep mal yang terus dipupuk oleh manajemen PIM adalah pasar keluarga. Nenek, kakek merasa nyaman berjalan-jalan di PIM, karena di banyak koridor disediakan banyak tempat duduk, sebagai ”parkir” kalau orang tua kecapaian. Ibu-ibu yang sedang menyusui, juga disediakan ruangan untuk mengurus bayinya.

Orang tua yang sakit, disiapkan kursi roda, dan semua itu free of charge. Alias tidak dipungut bayaran. Anak-anak balita, juga bisa bermain dengan be bas tanpa dipungut biaya di banyak koridor. Semua peralatan permainan di situ memang disediakan untuk publik, dan bisa dimanfaatkan untuk mengajak anak-anaknya.

”Jadi anak bermain sendiri, ibunya shopping, bapaknya ke counter gadget atau ke toko buku mencari bahan bacaan. Semua ada, semua aman, semua nyaman, seperti berada di rumah sendiri,” kata Agustine. Momentumnya adalah akhir tahun, di mana anak-anak sekolah sudah mulai libur.

Daripada liburan jauh-jauh, macet, dan berbiaya besar, mungkin ada alternative wisata keluarga yang tetap menghibur dan asyik. Yakni mengajak anak-anak belajar ice skating. Sambil membayangkan jika mereka itu hadir dalam kehidupan dan suasana di film Frozen tersebut.

Selain belajar ice skating, PIM juga menggelar serangkaian acara pendukungnya. Misalnya, karaoke, dress up, coloring, drawing, dan photobooth. Muaranya pada pengumpulan poin di setiap pembelian belanja di seluruh PIM. Satu poin itu bonus ketika belanja Rp 100 ribu. Dan untuk bisa dipakai pada fasilitas pelengkap di atas, minimal harus 3 poin, atau equivalent dengan belanja Rp 300 ribu.

Hadiahnya? ”Mobil Mercy dong! Namanya juga Mercylicious, hadiahnya mobil Mercy dong! Programnya namanya shop and win! Sistem pendaftaran dan pendataan sudah dilakukan dengan di input di data base, semua berbasis pada IT,” kata dia.

”Nanti kalau yang bersangkutan belanja lagi, di kelak kemudian hari, sebelum masa expired, mereka cukup datang ke redemption kami, sebutkan nama dan alamat saja. Sudah bisa langsung keluar data dari server. Sehingga lebih praktis, tidak menunggu lama, dan bisa diakses,” jelas Agustine.

Lalu apa lagi, sentuhan entrepreneur manajemen mal di bawah kendalinya? Masih ada banyak yang dibutuhkan public untuk belajar. Termasuk mengapa harus membangun street gallery? (don)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sisihkan untuk Investasi Entrepreneurship


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler