Seolah Tak Punya Dosa, China Mengaku Tetangga Baik ASEAN

Senin, 11 Juli 2022 – 20:10 WIB
Menteri Luar Negeri China Wang Yi. Foto: ZHU XINGXIN / CHINA DAILY

jpnn.com, JAKARTA - Klaim sepihak China di Laut China Selatan (LCS) telah berulang kali memicu konflik dengan beberapa negara ASEAN yang merasa kedaulatan teritorialnya telah dilanggar. 

Terbaru, Beijing seenaknya melarang aktivitas penangkapan ikan di perairan yang masuk zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina.

BACA JUGA: Terima Tokoh Penting dari China, Lihat Siapa Menteri di Belakang Jokowi?

Manila yang marah langsung membatalkan proses pembicaraan dengan China mengenai eksplorasi energi bersama di LCS

Meski begitu, saat berbicara di depan perwakilan negara-negara ASEAN, Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi dengan santainya mengumbar klaim bahwa pemerintahnya selalu menjunjung tinggi konsep hidup berdampingan secara damai.

BACA JUGA: China Klaim 90% LCS, Filipina: Semua Sudah Berakhir!

“Kita harus selalu menjunjung tinggi konsep hidup berdampingan secara damai. Dalam sejarah, China hidup harmonis dengan negara-negara Asia Tenggara dan tetangga lainnya, mewariskan kisah-kisah menyentuh tentang bertetangga yang baik dan persahabatan yang langgeng,” ujar Wang Yi dalam pidato kebijakan regional China di Gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta, Senin (11/8).

Pada 1950-an, China dan ASEAN bersama-sama mengadvokasi Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai, di mana semua negara menikmati hak atas perdamaian terlepas dari ukuran dan kekuatan mereka.

BACA JUGA: Ratusan Kali Diprotes, China Masih Saja Mencuri Ikan di LCS

“Selama setengah abad terakhir, kawasan ini telah mengembangkan cara ASEAN, yaitu cara Asia, yang ditopang oleh prinsip-prinsip utama seperti saling menghormati, membangun konsensus, dan mengakomodasi tingkat kenyamanan semua pihak,” kata Wang Yi.

Hal itu telah membentuk arsitektur keamanan yang beragam dan berlapis-lapis, dan memupuk pemikiran proaktif untuk mengejar keamanan bersama, kooperatif, dan komprehensif.

Semua ini telah meletakkan dasar yang kokoh bagi perdamaian abadi di Asia, kata dia.

Saat ini, lanjut Wang Yi, krisis keamanan internasional sering membunyikan peringatan bagi umat manusia.

Ini adalah pengingat yang gamblang bahwa perdamaian tidak boleh dianggap remeh dan harus dijaga dan dihargai dengan hati-hati, kata dia.

“Kita tidak boleh membiarkan upaya apa pun untuk memperluas konflik geopolitik atau konfrontasi blok ke Asia, kita juga tidak ingin melihat sanksi, blokade, atau krisis kemanusiaan di bagian dunia ini. Belum lama ini, Presiden Xi Jinping mengajukan Inisiatif Keamanan Global (GSI), menawarkan solusi China terhadap defisit perdamaian global dan dilema keamanan global. Kita perlu dengan tegas memperjuangkan visi keamanan bersama, komprehensif, kooperatif dan berkelanjutan,” kata dia.

Tahun ini, lanjut dia, menandai hari jadi ke-55 ASEAN. Selama 55 tahun terakhir, ASEAN telah memulai jalur pembangunan yang luar biasa dari awal hingga pertumbuhan yang stabil dalam hal ukuran dan kekuatan.

“Sementara itu, 55 tahun terakhir juga merupakan era keemasan dari kebangkitan Asia. Dengan upaya bersama dari semua negara di kawasan, Asia telah menjadi wilayah pembangunan dan lahan yang menjanjikan untuk kerjasama, kata dia.

Baru-baru ini, Boao Forum for Asia menerbitkan Asian Economic Outlook and Integration Progress Annual Report, yang menunjukkan bahwa pada tahun 2021, Asia adalah yang pertama pulih di tengah pandemi global.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa Asia menjadi mesin penting bagi pertumbuhan ekonomi global.

Awal tahun ini, perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), kawasan perdagangan bebas terbesar di dunia, secara resmi mulai berlaku, memberikan dorongan kuat untuk pembangunan regional.

Dengan upaya bersama dari semua negara di kawasan ini, Asia juga menjadi contoh yang baik dari tata kelola global. Terutama, sejumlah acara multilateral penting akan diadakan di Asia tahun ini, kata dia.

China telah berhasil menjadi tuan rumah KTT BRICS, dan Kamboja, Indonesia dan Thailand masing-masing akan menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin tentang kerja sama Asia Timur, KTT G20, dan Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC.

Perhatian dunia beralih ke kawasan Asia, komunitas internasional perlu sekali memperhatikan suara Asia, kata Wang Yi.

“Kawasan kami telah memperoleh pencapaian yang luar biasa dan menciptakan keajaiban luar biasa dalam pertumbuhan. Yang paling mendasar karena negara-negara di kawasan ini telah menganut regionalisme terbuka, menghormati dan menghargai keragaman di antara anggota, dan menjunjung tinggi serta mempraktikkan prinsip kesukarelaan,” kata dia.

Ia mengatakan Asia telah memajukan integrasi ekonomi regional melalui perdagangan bebas, mempromosikan kerja sama regional dan sub-regional melalui konsultasi yang setara, dan mengembangkan jaringan pertemanan di seluruh dunia dengan pola pikir terbuka. (ant/dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... China Tutup LCS, Penerobos Bakal Berhadapan dengan Tentara Pembebasan Rakyat


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler