Seorang Guru Beralih jadi Pengusaha Jamur Tiram di Semarang, Begini Kisahnya

Kamis, 17 September 2020 – 16:55 WIB
Rofik Purniawati pengusaha jamur tiram di Semarang. Foto : Dokumen PIP

jpnn.com, SEMARANG - Peluang usaha  budi daya jamur tiram yang terbuka luas untuk seluruh masyarakat. Hal itu dimanfaatkan dengan baik oleh Rofik Purniawati, perempuan asal Semarang yang saat ini menjadi salah satu pemasok jamur tiram terbesar di daerahnya.

Rofik yang awalnya merupakan seorang guru di salah satu SD Islam di Semarang, mengaku keuntungan dari budi daya jamur lebih menjanjikan, terlebih di masa digitalisasi seperti sekarang.

BACA JUGA: Struktur Tarif Cukai Rokok jadi Celah Pengusaha, KPK Minta Harus Lebih Sederhana dan Transparan

Hal itu yang menjadikan dasar dirinya untuk meninggalkan profesinya menjadi guru dan fokus menjadi seorang pengusaha jamur tiram.

"Karena sempat wali murid pernah sharing itu keuntungannya menjanjikan bisa untuk sampingan, tetapi bisa lebih jadi pencarian utama," katanya saat small talkshow pelaku usaha Ultra Mikro (UMi) secara daring, Kamis (16/9).

BACA JUGA: Kementan Ambil Sikap Tegas soal Peredaran Jamur Enoki Greenco

Pengusaha dengan label UD Rofik atau Rofikves ini menceritakan awal mula dirinya terjun ke industri budi daya jamur. Dia mengaku pada awalnya hanya sekadar mencoba.

"Awalnya itu iseng-iseng beli 500 baglog (media tanam jamur, red) tetapi dari 500 itu dalam waktu satu bulan dua minggu itu sudah balik modal, jadi makin tertarik budi dayanya," tambah Rofik.

BACA JUGA: Berita Duka, Kiai Anwar Isa Meninggal Dunia

Rofik juga mengungkapkan rasa semangatnya saat rekan-rekan mengajarnya turut mendukung bisnis tersebut.

"Ada yang punya rumah makan, setiap hari beli. Jadi setiap hari itu pasti habis malah kadang kurang," jelasnya.

Kendati demikian, saat pandemi Covid-19 merebak sampai ke Indonesia, Rofik mengatakan bisnis bud idaya jamur tiramnya sempat terdampak, hingga penghasilannya menurun signifikan.

Bahkan Rofik mengaku, penurunan pendapatannya mencapai 75 persen dalam sehari. "Di pasar tradisional itu (penghasilan, red) saya merosot drastis yang biasanya katakan satu hari itu laku 20kg itu hanya laku 5kg," ungkap Rofik.

Menghadapi kondisi tersebut, dirinya dibantu dengan para karyawan, akhirnya membuat beragam olahan jamur tiram untuk dijual secara online.

"Setelah dari situ saya semakin semangat, dan mencari cara supaya produk olahan ini lebih diminati di masyarakat umum," pungkasnya.

Produk olahan jamur tiram milik Rofik ini di antaranya, jamur krispi, nugget jamur, manisan jamur, satai jamur, hingga ice cream jamur.(mcr2/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rizki Sandi Saputra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler