jpnn.com, GORONTALO - Seorang petugas pemakaman di Desa Ilangata, Kecamatan Kwandang, Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo sempat pingsan saat akan menguburkan jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19 yang dinyatakan positif hasil "rapid test". Petugas itu pingsan karena kepanasan mengenakan alat pelindung diri (APD) baju hazmat yang baru pertama kali dikenakan.
"Kondisi kepanasan akibat memakai APD baju hazmat itu memicu yang bersangkutan, usia sekitar 30 tahun jatuh pingsan di lokasi pemakaman," kata Kepala Desa Ilangata Sumarjin Moohulao, di Gorontalo, Kamis (23/4), saat menceritakan kronologis pemakaman itu.
BACA JUGA: Imam Besar Masjid Istiqlal: Salat Tarawih itu Sunah, Mempertahankan Kesehatan Wajib
Seorang PDP COVID-19 positif hasil "rapid test" yang dimakamkan itu meninggal pada Rabu (22/4) pada pukul 15.47 WITA, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aloei Saboe, Kota Gorontalo.
Sumarjin menjelaskan bahwa sebelum mengenakan APD, empat orang anggota keluarga terdekat almarhum mengenakan pakaian berlapis itu.
BACA JUGA: Update Corona 23 April: Data Pasien Sembuh Meningkat, Tapi Jumlah ODP dan PDP Mengerikan
Ia berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gorontalo menyiapkan petugas pemakaman khusus untuk penerapan protokol penanganan COVID-19 pada kasus kematian mengingat pemahaman warga masih sangat awam sehingga memicu ketakutan untuk menjadi petugas pemakaman.
Sebagai solusi sementara, pihaknya meminta keikhlasan dari pihak keluarga terdekat untuk membantu, namun sayang satu orang petugas pemakaman itu pingsan sebelum menjalankan tugasnya.
BACA JUGA: Survei RRI: Hampir 90 Persen Memilih Tidak Mudik Lebaran
Ditegaskannya bahwa atas terjadinya kondisi semacam ini tidak boleh disalahkan sebab mereka bukan petugas medis yang terbiasa mengenakan baju hazmat.
Pihaknya berharap pemkab menyiapkan petugas khusus pemakaman, yang khusus menangani protokol penguburan kasus positif COVID-19 maupun penanganan kematian orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP).
"Penggunaan APD baju hazmat merupakan kondisi yang baru bagi warga, dan menyebabkan berbagai kemungkinan buruk dapat terjadi, seperti pingsan dalam kondisi sebelum maupun saat bertugas," katanya.
Karena kajadian itu, Sumarjin saat itu menggantikan posisi anggota keluarga yang pingsan tersebut, merampungkan proses penguburan pada pukul 22.17 WITA di lahan miliknya yang dihibahkan sebagai lokasi pekuburan.
Prosesi pemakaman dilakukan bersama tiga orang petugas dari RSUD Kota Gorontalo, mengenakan APD lengkap dan ditambah empat orang warga Desa Ilangata, termasuk kepala desa.
Pemakaman tersebut dikawal langsung Wakil Bupati Thariq Modanggu, Kapolres Gorontalo Utara, Dandim 1314, kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP), Kabag Ops Polres, serta personel TNI dan Polri di wilayah setempat. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fajar W Hermawan