Pemerintah Ukraina telah dituduh bertindak seksisme dan melecehkan perempuan, setelah mengeluarkan foto-foto tentara perempuan yang sedang berlatih dengan sepatu dengan hak tinggi.

Ukraina sedang bersiap untuk menggelar parade militer bulan depan, merayakan 30 tahun kemerdekaan negaranya setelah jatuhnya Uni Soviet.

BACA JUGA: Inggris Mempersiapkan Vaksinasi COVID-19 Dosis Ketiga, Australia Akan Mengikutinya

Jumat kemarin, Kementerian Pertahanan mengeluarkan foto-foto yang menunjukkan para tentara perempuan berbaris dengan seragam militer dan sepatu hitam dengan hak tinggi.

"Hari ini, untuk pertama kalinya, pelatihan dilakukan dengan sepatu berhak tinggi," kata kadet Ivanna Medvid, dikutip di situs informasi kementerian pertahanan, ArmiaInform.

BACA JUGA: Pria Australia Ditangkap Karena Berselancar Dekat Ikan Paus

"Ini sedikit lebih sulit daripada sepatu bot tentara, tapi kami mencoba."

Pilihan sepatu memicu kritikan di media sosial dan di kalangan parlemen Ukraina.

BACA JUGA: Dampak Hoaks soal COVID-19 Sangat Berbahaya, tetapi Masih Banyak yang Percaya

Mereka menuduh jika pihak militer telah mengumbar seksualitas tentara perempuan.

"Laporan baris-berbaris menggunakan sepatu dengan hak tinggi adalah aib besar," kata komentator Vitaly Portnikov di Facebook.

Vitaly menegaskan beberapa pejabat Ukraina memiliki pola pikir seperti di "abad pertengahan".

Komentator lain, Maria Shapnarova, menuduh Kementerian Pertahanan Ukraina mengumbar "seksisme dan melecehkan perempuan".

"Sepatu dengan hak tinggi merupakan sebuah ejekan bagi perempuan yang dipaksakan oleh industri kecantikan," ujarnya.

Beberapa politisi yang dekat dengan mantan presiden Ukraina Petro Poroshenko datang ke Parlemen dengan sepasang sepatu.Mereka memaksa Menteri Pertahanan untuk mengenakan sepatu dengan hak tinggi ke parade militer.

"Sulit untuk membayangkan adanya ide yang lebih bodoh dan berbahaya dari ini," kata Inna Sovsun, seorang anggota partai Golos, yang menekankan risiko kesehatan bagi para tentara perempuan.

Ia mengatakan tentara perempuan Ukraina, sama seperti pria, mempertaruhkan hidup mereka, dan "tidak pantas jadi bahan olok-olokkan".

Ukraina saat ini tengah memerangi gerakan separatis yang didukung Rusia di sebelah timur mereka, dalam konflik yang telah menewaskan lebih dari 13.000 orang sejak tahun 2014.

Olena Kondratyuk, wakil ketua legislatif, mengatakan pihak berwenang harus meminta maaf secara terbuka karena "mempermalukan" perempuan, selain perlu adanya penyelidikan.

Olena mengatakan lebih dari 13.500 tentara perempuan ikut terlibat dalam konflik memerangi gerakan separatis ini.

Artikel ini diproduksi oleh Mariah Papadopoulos dari laporannya dalam bahasa Inggris

AFP

BACA ARTIKEL LAINNYA... Inggris Mersiapkan Vaksinasi COVID-19 Dosis Ketiga Lewat Program Booster dan Australia Akan Mengikutinya

Berita Terkait