jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim masih irit bicara kepada para wartawan. Padahal sudah sepekan lebih dia memimpin kemendikbud, sejak dilantik pada 23 Oktober 2019.
Berbeda dengan menteri lain seperti Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Tjahjo Kumolo, dan Menteri Riset Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro, yang langsung tancap gas usai pelantikan.
BACA JUGA: Pesan Ombudsman untuk Nadiem Makarim: Jangan Lupa Ada Masalah Sistem Zonasi Sekolah
Hari ini (31/10), Menko PMK Muhadjir mengumpulkan para menteri di bawah koordinasinya untuk melakukan rapat membahas visi misi presiden. Nadiem hadir.
Nadiem Makarim memang saat sertijab meminta waktu 100 hari untuk belajar dan melakukan konsolidasi dengan internal maupun eksternal. Sayangnya, Nadiem terlalu irit bicara kepada wak media.
BACA JUGA: Tidak Masuk Daftar Undangan Bertemu Mendikbud Nadiem Makarim, Forum Honorer K2 Kecewa Berat
Ambil contoh pada puncak Bulan Bahasa 28 Oktober, Nadiem yang harusnya hadir memberikan sambutan, absen dan hanya mewakilkan Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan (BPBP) Kemendikbud Dadang Sunendar. Padahal, para wartawan antusias meliput acara tersebut untuk doorstop menteri usia 35 tahun itu.
Kemudian pada 29 Oktober, acara Pembekalan Pancasila dan Wawasan Keindonesiaan dari Tokoh dan Pemimpin Nasional Indonesia di depan ratusan mahasiswa yang rencananya dihadiri Nadiem, ternyata bos GoJek itu juga tidak datang.
BACA JUGA: Nadiem Makarim Ingin Dengar Aspirasi Para Guru, Termasuk Honorer
Meski pelit buka suara kepada media, Nadiem terus mengumpulkan seluruh stakeholder untuk mendengar. Di depan Menko PMK Muhadjir hari ini, Nadiem Makarim mengungkapkan, program prioritasnya adalah penguatan pendidikan karakter siswa.
Nadiem juga menyentil soal penggunaan anggaran yang harus dicek kembali. Dia juga menekankan pentingnya menggerakkan revolusi mental.
"Pertama yang penting itu adalah pembelajaran anak satu konsep, semua badan-badan, semua aturan penggunaan dana kita dan resource kita cek dulu. Paling penting adalah untuk mengetahui apakah yang kita sent itu delivered, apa hasilnya dan dampaknya," ujar Nadiem dalam paparan singkatnya pada rakor perdana di Kemenko PMK,Jakarta, Kamis (31/10)
Kemudian hal lain yang jadi fokus Nadiem adalah melihat struktur kelembagaan. Apakah itu mendukung tujuan pembelajaran siswa dan memberikan dampak positif.
Sedangkan prioritas ketiga Nadiem adalah untuk menggerakkan revolusi mental sesuai arahan Presiden Jokowi dan Menko PMK Muhadjir Effendi.
"Prioritas saya adalah pengembangan karakter dan kompetensi. Juga akurasi dan ketepatan, akurasi dalam segala hal. Akurasi dalam aktivitas yang kita lakukan untuk benar-benar berdampak pada siswa," pungkasnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad