Seperti Apa War Room M-17 Pusat Intelijen Wonderful Indonesia? Cek di Sini

Jumat, 26 Agustus 2016 – 12:59 WIB
Menteri Pariwisata, Arief Yahya. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Anda pasti membayangkan, apa jeroan War Room M-17 di lantai 16, Gedung Sapta Pesona, Kemenpar, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat itu. Seperti apa ruang perang yang berbasis teknologi digital itu bekerja? Mampukah mendongkrak usaha untuk mencapai tujuan mengalahkan Malaysia tahun 2017?

Ada 16 layar LED touch screen yang memantau empat aktivitas utama di kementerian yang dipimpin oleh Arief Yahya. Semua pergerakan, angka-angkanya jelas bisa diamati. Empat layar untuk pemasaran mancanegara, empat layar untuk pemasaran nusantara. "Pergerakan Wisman dan Wisnus bisa dilihat real up date dari seluruh penjuru tanah air," ungkap Arief, di Jakarta. 

BACA JUGA: Sabar, Pengumuman CPNS Bidan PTT Harus Tunggu Presiden

Keluhan, kritik, saran, semua testimoni baik negatif maupun positif terekam oleh big data, langsung tampil di screen dengan warna merah (kritik), hijau (ok dan confortable). Wisnus dari kota A ke kota B, juga langsung terkoneksi dan terhitung dengan sangat tepat. 

Indikator positif negatif itu didasarkan pada TTCI Tour and Travel Competitiveness Index di World Economic Forum (WEF), menggunakan global standart. Di antaranya, health and hygine, business environment, human resources and labour market, international openess, prioritization of tour and tourism, safety and security, price, tourism servicer infrastructure, environment sustainability, ground and port infrastructure, air transportation infrastructure, ICT readiness, dan tourist service infrastructure. 

BACA JUGA: Ketua MPR: Pembangunan Harus Melibatkan Masyarakat Adat

"Pertama, kami harus selalu menggunakan global standard, ukuran-ukuran yang dipakai dunia internasional. Kami harus bisa mengukur, dan menghitung posisi berada di mana? Kalau nggak bisa mengukur, nggak akan bisa me-manage," ujar Arief.

Di sayap kanan, ada dashboard pengembangan destinasi pariwisata nasional. Di sana ada progress perkembangan 10 top destinasi, yang live reporting, dengan kamera CCTV yang sudah terpasang dan bergerak. "Misalnya pengembangan kawasan, dari land clearing, ground breaking, pembangunan fisik, selesai berapa persen, progress reportnya bisa langsung terpantau dari layar," kata Arief.

BACA JUGA: Popilasi Ikan Menurun, KKP Lakukan Restocking

Khusus Kelembagaan dan SDM, ada di layar monitor sayap kanan, yang setiap bulan akan di-update. Dimasukkan data, berapa banyak yang sudah disertifikasi? Berapa daerah yang sudah dilatih, hospitality? Di mana saja daerahnya? Dari target, capaiannya sudah sampai mana? "Bisa terpantau, target berapa? Harus disediakan SDM dengan kualifikasi apa? Berapa banyak suplai tenaga kerja yang dibutuhkan?" ujarnya.
 
Data-data itu terus bergerak, terutama capaian jumlah wisatawan ke suatu daerah. "Kami sedang membangun koneksi host to host dengan imigrasi dan Kemenkumham, agar setiap wisman yang masuk melalui pintu imigrasi, saat itu juga bisa terdata oleh Kemenpar. Memang hanya data-data teknis terkait jumlah, originasi, umur, laki atau perempuan. Karena itu yang dibutuhkan untuk menganalisa pasar berdasarkan timeline maupun originasi," katanya.

Menpar selalu berpatokan, hasil yang luar biasa caranya pasti tidak biasa. Hasil yang luar biasa hanya bisa didapatkan dengan cara yang tidak biasa. "Caranya adalah go digital! Karena semakin digital semakin personal, semakin digital, semakin global, dan semakin digital semakin profesional," tandasnya. 

Semua lini, dari marketing (pemasaran), pengembangan destinasi dan industri, sampai kelembagaan dan SDM, semua berbasis pada digital. Dashboard M-17 juga menggunakan teknologi digital. Inilah bagian dari winning for the future customers! (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Luhut Binsar: Jangan Bapak-bapak Berpolitik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler