jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian terus menciptakan terobosan dan gagasan gagasan cemerlang dalam mengawal swasembada pangan nasional. Salah satu komoditas yang mendapat perhatian khusus adalah si merah pedas alias cabai. Sistem pengaturan tanam yang dikenal dengan Manajemen Pola Tanam (MPT) telah digagas dan disosialisasikan.
Strategi tersebut dinilai bisa menjadi solusi konkrit untuk menstabilkan pasokan dan harga cabai nasional sepanjang tahun.
BACA JUGA: Kementan Dorong Petani Membuat Sumur Dangkal
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, saat dihubungi di Jakarta (27/8) kembali mengingatkan pentingnya MPT ini. Fenomena umum yang dilihat, saat harga cabai mahal, biasanya petani akan berbondong - bondong ikut tanam cabai.
Namun saat harga lagi rendah, biasanya enggan untuk tanam lagi. Akhirnya berdampak pada terganggunya perencanaan produksi yang berujung pada ketidakstabilan pasokan. Mindset petani dan stakeholder terkait perlu diselaraskan.
BACA JUGA: Kekeringan, Ribuan Hektare Sawah di Batanghari Terancam Gagal Panen
"Model budidaya latah, ikut-ikutan tanpa perencanaan produksi ini rentan terhadap fluktuasi harga. Mestinya, kebutuhan riil cabai di setiap daerah harus dihitung, berapa harus tanam, kapan harus panen. Itu yang disebut manajemen pola tanam. Kalau mau cabai nasional aman sepanjang tahun kuncinya ya harus begitu. Keliatannya konsep MPT ini sederhana, tapi pelaksanaannya menjadi sangat kompleks. Kepatuhan terhadap manajemen pola tanam menjadi kata kunci keberhasilannya,” jelas Prihasto.
Senada, Plt Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Sukarman, menyebutkan bahwa manajemen pola tanam adalah kebijakan pemerintah yang harus digarap secara bersama, “Manajemen pola tanam tidak bisa dikerjakan secara sepotong sepotong dan sepihak. Semua harus terlibat. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Petani. Dukungan dan komitmen antara stakeholder tadi menjadi kunci sukses di lapangan."
BACA JUGA: Petani Lebak Beralih Mengembangkan Tanaman Sayuran
Sukarman mengakui memang berat merubah kebiasaan tanam petani, tapi kalau pola hal ini tidak dijalankan sepenuhnya justru akan berimbas pada kesejahteraan petani juga. Harga jual bagus belum tentu petani yang menikmati. Seperti saat ini harga sedang bagus, tapi di sisi lain petani masih banyak menanggung hutang akibat rendahnya harga jual musim kemarin.
"Mau tidak mau hukum ekonomi pasti berlaku. Harga naik kalo barang terbatas, begitu juga sebaliknya. Hal inilah yang terus kami usahakan untuk diurai masalahnya. Salah satunya ya melalui kebijakan manajemen pola tanam ini," papar Sukarman.
Kepala Seksi Bina Produksi Hortikultura dan Perkebunan, Dinas Pertanian Kabupaten Sleman, Imawan saat dihubungi mengaku konsep manajemen pola tanam berhasil diterapkan di wilayahnya. Dirinya mengungkapkan bahwa kesadaran dan komitmen menjadi landasan untuk kebijakan manajemen pola tanam.
“Awalnya memang sulit mengubah perilaku tanam petani cabai di Sleman. Pada dasarnya kan tidak bisa memaksa petani. Itu lahan mereka, modal mereka dan bisnis mereka. Jadi harus berkomunikasi dari hati ke hati. Alhamdulillah, ternyata respons petani sangat positif. Jebul cepat memahami kok. Tugas kami mendampingi intensif hingga pelaksanaannya," ujar Imawan.
Pola tanam perlahan diatur dan terapkan. Jadi panenan ada terus walaupun belum optimal sepenuhnya. Bahkan Sleman punya pasar lelang cabai yang setiap hari selalu ada ada pasokan barang untuk dilelang. Eksistensi pasar lelang sangat dipengaruhi oleh pola tanam yang dilaksanakan.
"Jadi petani sedikit demi sedikit menikmati dari kebijakan seperti ini. Aslinya tuh petani gak mau harga mahal, hanya harga yang memberikan keuntungan layak namun tidak memberatkan konsumen. Kalau saat ini untung segunung tapi besoknya rugi buntung, jatuhnya tidak ada manfaatnya buat petani cabai,” pungkas Imawan.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Program Serasi, Mentan Tantang Sumsel Capai 200 Ribu Ha
Redaktur & Reporter : Yessy