Sepertinya Ada Proyek Politik Membenturkan PDIP dengan Islam

Selasa, 31 Oktober 2017 – 10:56 WIB
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Calon Wakil Gubernur Jawa Timur (Cawagub Jatim) Abdullah Azwar Anas mengaku prihatin dengan makin gencarnya tudingan yang mengarah ke PDI Perjuangan ataupun ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri sebagai pihak yang anti-Islam. Bupati Banyuwangi yang akan mendampingi Saifullah Yusuf pada Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) 2018 itu pun mencium adanya upaya membenturkan PDIP dengan umat Islam.

Anas menduga ada proyek politik dari lawan-lawan politik PDIP dan Megawati yang hendak membenturkan kalangan nasionalis dengan umat Islam. Padahal, kalangan nasionalis sudah sejak lama bekerja sama dengan para kiai dan ulama.

BACA JUGA: Duet Gus Ipul-Anas Bukti Bu Mega dekat dengan Islam dan Kiai

''Itu tidak akan pernah berhasil, karena sejak dulu kaum nasionalis dan kaum religius selalu bahu-membahu membangun bangsa ini,'' ujar Anas.

Lebih lanjut Anas menyebut berbagai proyek politik untuk membenturkan PDIP dengan umat Islam itu sebagai bagian dari skenario besar guna menggerus elektabilitas partai berlambang kepala banteng itu. Selain itu, membenturkan PDIP dengan umat Islam juga sebagai upaya mengikis elektabilitas Presiden Joko Widodo yang terus menanjak.

BACA JUGA: Kenakan Ikat Kepala Khas Dayak, Chief Herman Diarak

“Masyarakat belajar dari kasus Saracen. Masyarakat juga makin dewasa. Masyarakat akhirnya juga tahu bagaimana Bung Karno, Ibu Megawati dan PDI Perjuangan bersama Islam, namun kesemuanya tetap ditempatkan dalam semangat kebangsaan,” tuturnya.

Lebih lanjut Anas mengatakan, Proklamator RI Bung Karno yang dikenal sebagai ikon kalangan nasionalis punya jasa besar dalam upaya menemukan Masjid Imam Bukhari di Samarkand, Uzbekistan yang dahulu merupakan bagian dari Uni Soviet. “Tanpa Bung Karno tidak akan pernah ada Masjid Biru yang berdiri megah di Soviet,” kata Anas.

BACA JUGA: Mas Ibas: Saya tidak Mau Mendahului Pak Ketum

Anas menambahkan, seluruh umat Muslim perlu mewaspadai berbagai proyek politik yang mengatasnamakan agama. Dalam perjalanan sejarah Indonesia, berkali-kali momen-momen kritis hanya bisa dilampaui dengan bersatu-padunya kekuatan nasionalis dan santri. ”Jadi upaya mengadu domba kaum nasionalis di PDI Perjuangan dengan kalangan muslim tidak akan pernah berhasil,” tegas Anas.

Menurut Anas, sejarah mencatat bahwa Bung Karno pernah bertanya kepada pendiri Nahdatul Ulama (NU) KH Hasyim Asyari tentang hukum membela negara. Ternyata, pendiri Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur itu dengan sepenuh hati menyatakan perjuangan membela tanah air adalah jihad fisabilillah.

Ijtihad Kiai Hasyim itulah yang kemudian melahirkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Dari Resolusi Jihad itu pula muncul peristiwa pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

”Itulah manifestasi komitmen kebangsaan yang utuh secara ideologis dan keimanan yang datang dari ketulusan Bung Karno dan Mbah Hasyim. Patut diingat pula bahwa Bung Karno adalah presiden pertama yang mengutip ayat Alquran di forum PBB yang menjadi perhatian seluruh dunia pada 1960,” kata Anas.

Sedangkan Megawati, kata Anas, ketika menjadi Presiden Kelima RI juga getol menentang aksi sepihak Amerika Serikat terhadap negara-negara Islam, termasuk Irak. “Hanya sedikit pemimpin yang berani membela Irak dan mengutuk aksi unilateral Amerika Serikat atas serangan tethadap Irak,” sebut mantan ketua umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) itu.

Bahkan, Megawati juga mengikuti jejak ayahnya untuk mendirikan masjid di mancanegara. “Membangun masjid di Afrika Selatan,'' imbuh Anas.(ysa/rmol/jpg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PDIP-Yayasan Friedrich Naumann Sepakat Eratkan Kerja Sama


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler