JAKARTA - Lima pimpinan media massa terkemuka nasional tampil sebagai panelis, ditambah pengamat komunikasi kondang sebagai moderator, terlihat kontras dengan jumlah audiens yang bahkan tak sampai separuh dari tempat yang disediakanItulah kesan awal yang terasa, begitu datang di acara diskusi panel bertajuk Netralitas Media dalam Pemilu 2009 tajaan PT HM Sampoerna Tbk, Selasa (31/3), di salah satu pusat perbelanjaan strategis di Jakarta.
"Ini sangat disayangkan
BACA JUGA: SBY Perintahkan Jhonny Allen Datangi KPK
Ada berapa, mungkin sekitar 50-an tempat duduk yang disediakan panitiaBACA JUGA: Divonis 6 Tahun, Budi Banding
Tanpa bermaksud menafikan yang lain, paling-paling cuma reporter dari media yang Pemred-nya jadi panelis di sini saja yang datang," kritik anggota Dewan Pers, Abdullah Alamudin, saat diberi kesempatan berkomentar di bagian akhir sesi diskusi acara itu.Acara yang terkait dengan program Anugerah Adiwarta Sampoerna 2009 itu sendiri, selain mendaulat Effendi Gazali sebagai pengarah diskusi, tepatnya menghadirkan lima pemimpin redaksi dari lima media massa penting nasional
Sementara dari sisi hadirin yang berjumlah hanya sekitar 20-an orang itu, selain Abdullah Alamudin, beberapa undangan penting juga ikut berpartisipasi
BACA JUGA: Kak Seto Hibur Anak-anak Korban Situ Gintung
"Ini menunjukkan, betapa untuk berdiskusi mengenai hal yang justru menyangkut dunianya sendiri, pers kita masih tidak atau kurang menaruh perhatianDan ini memang seringkali terjadi," ucap Abdullah melanjutkan kritikannya.Terlepas dari itu, beberapa poin lain yang ada dalam catatan Abdullah, antara lain juga menyangkut soal kepentingan berita (redaksi) dan pemasukan (iklan), keberanian' wartawan yang tak berlaku kalau terhadap pimpinannya, nilai berita versus pengaruh pemilik media, serta penafsiran dan penerapan peraturan perundang-undangan yang merugikan mediaIni sebagian di antara topik-topik yang sebenarnya cukup mengundang daya tarik tersendiri dari diskusi panel tersebut.
Untuk yang terakhir misalnya, Abdullah mencontohkan mengenai masa tenang kampanye pemilu, yang menurutnya tidak seperti yang disalahartikan KPU, semestinya tak masalah jika media tetap memberitakan tentang partisipan pemilu"Asal itu memang ada nilai beritanya, kenapa tidak? Kami (Dewan Pers) akan dukung Anda (media) untuk ituTapi ya, memang benar-benar harus dikontrol dan dikerjakan secara profesionalHati-hati," katanya.
Sementara terkait dengan dua di antara topik yang dilontarkan, tanggapan balik dari para panelis cukup memberi suasana segar"Ya, saya harus akui ituTentulah bagaimanapun, kita masih tetap upayakan agar pengaruh (pemilik media, Red) itu tak begitu besarTapi bagaimanapun harus diakui pula, di mana-mana tak bisa kita total menghindari hal ituSaya misalnya, periuk nasi saya kan di sana," tanggap Elman Saragih, yang kerap mengundang senyum dan tawa hadirin dengan paparan dan gaya bicaranya.
"Wah, kalau soal wartawan takut sama Pemred, mustinya wartawannya dimintai tanggapan, yaTapi kalau saya dibilang menakutkan untuk para wartawan, kok menurut saya tidak, ya?" respon Rikard Bagun pula di kesempatan lain, yang juga memancing ketawa dan senyum simpul sebagian hadirin.
Akan halnya dengan tema netralitas, agaknya secara umum para panelis dan pengamat yang hadir, menyetujui bahwa itu hal yang sangat penting dan masih diperankan dengan baik oleh banyak media massaHanya saja, seperti yang coba diluruskan sedikit oleh Abdullah, bahwa mungkin istilah yang tepat adalah "independensi", sembari mencontohkan betapa media terkemuka asing pun bisa saja terus terang mengaku pro pada satu partai, tapi tetap independen dan berimbang dalam pemberitaan.
"YaIni memang perbincangan yang sangat menarik sebetulnyaKalau bisa disiarkan juga di radio misalnya, saya kira bagus sekaliBiar bisa juga didengar oleh wartawan lain, sekaligus kalangan masyarakat luas dan pihak-pihak tertentu," kata Effendi Gazali pula dalam kesimpulan penutupnya(ito/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kesiapan Aparat Gelar Tender Dipertanyakan
Redaktur : Tim Redaksi