jpnn.com - JAKARTA-Setelah berbulan-bulan terjadi inflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada bulan September 2013 terjadi deflasi sebesar 0,35 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 145,74. Angka ini jauh berubah dibanding Agustus 2013, dimana terjadi inflasi 1,12 persen atau Juli 2013 yang mencatat inflasi 3,29 persen.
Kabar ini disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka sidang paripurna bersama jajaran menteri di kantornya, kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa, (1/10).
BACA JUGA: Dahlan Iskan Dorong Garuda Beli Pesawat Buatan Anak Negeri
"Saya menerima SMS dari Kepala BPS (Badan Pusat Statistik). Ada good news. sedikit sudah ada surplus dalam neraca perdagangan," ujar Presiden.
Pada kondisi ini, neraca perdagangan pada Agustus 2013 juga telah mencatat angka surplus. Nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 13,16 miliar dollar AS. Sedangkan nilai impor pada bulan yang sama mencapai 13,03 miliar dollar AS.
Dengan demikian pada Agustus 2013, terjadi surplus perdagangan sebesar 132,4 juta dollar AS. Ini jauh meningkat dibanding transaksi Juli 2013 yang mencatat defisir sebesar 2,31 miliar dollar AS.
BACA JUGA: Dahlan Nilai Beli Genset Lebih Boros
Di kesempatan berbeda, menurut Kepala BPS Suryamin, deflasi pada September 2013 terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh penurunan indeks beberapa kelompok pengeluaran. Yaitu, kelompok bahan makanan 2,88 persen dan kelompok transport, komunikasi serta jasa keuangan 0,79 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,78 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,61 persen, kelompok sandang sebesar 2,99 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,27 persen. Kenaikan indeks juga terjadi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,71 persen.
BACA JUGA: 2015, LKM Wajib Berbadan Hukum
“Total tingkat inflasi tahun kalender (Januari – September ) 2013 sebesar 7,57 persen, dan tingkat inflasi year on year (September 2013 terhadap September 2012) sebesar 4,72 persen,” papar Suryamin.
Terkait, neraca perdagangan, Suryamin menjelaskan, nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 13,16 miliar dollar AS atau mengalami penurunan sebesar 12,77 persen. Sebelumnya, ekspor pada Juli 2013 mencapai 15,11 miliar dollar AS.
Dari total nilai ekspor 13,16 miliar dollar AS itu, menurut Suryamin, ekspor non migas Agustus 2013 mencapai 10,39 miliar dollar AS atau turun 18,88 persen dibanding Juli 2013. Sebaliknya ekspor migas naik sebesar 21,50 persen, dari 2.282,6 juta dollar menjadi 2.773,4 juta dollar AS.
“Kenaikan ekspor migas ini terutama karena meningkatnya ekspor minyak mentah sebesar 22,62 persen menjadi 963,9 juta dollar AS, dan ekspor hasil minyak sebesar 31,64 persen menjadi 415,8 juta dollar AS, demikian juga ekspor gas meningkat sebesar 18,04 persen menjadi 1.393,7 juta dollar AS,” jelas Suryamin.
Adapun penurunan ekspor nonmigas Agustus 2013, menurut Suryamin, terjadi pada bahan bakar mineral sebesar 270,7 juta dollar AS, sedangkan peninkatan terbesar pada perhiasan/permata sebesar 66,1 juta dollar AS.
Kepala BPS itu menyebutkan, ekspor nonmigas Indonesia pada Agustus 2013 ke Cina, Jepang dan Amerika Serikat masing-masing sebesar 1.482,2 juta dollar AS, 1.057,2 juta dollar AS, dan 969,5 juta dollar AS.
“Ketiga negara ini menyumbangkan 33,77 persen pendapatan ekspor Indonesia,” sebut Suryamin.
Adapun mengenai nilai impor Agustus 2013, menurut Suryamin, mencapai 13,03 miliar dollar AS atau turun 25,20 persen dibanding Juli 2013.
Secara kumulatif, nilai impor Januari-Agustus 2013 mencapai 124,86 miliar dollar AS atau turun 1,39 persen jika dibanding impor periode yang sama tahun 2012.
“Impor non migas mencapai 94,95 miliar dollar AS atau turun 4,20%,” jelas Suryamin.
Terakhir ia menyebut nilai impor migas juga turun 472,2 juta dollar AS atau 11,41 persen dibanding bulan sebelumnya. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Keseriusan Kemenakertrans Diuji pada Implementasi Mediasi BRI
Redaktur : Tim Redaksi