Serangan Streptokokus Bisa Merusak Jantung

Jumat, 19 September 2014 – 02:44 WIB

jpnn.com - Penyakit rematik selalu dikaitkan dengan nyeri sendi pada lansia. Padahal, rematik juga dapat menyerang anak-anak dan remaja. Kasus yang paling sering ditemui adalah demam rematik akut (DRA). Bila diabaikan, DRA mampu berimbas lebih parah menjadi penyakit jantung rematik (PJR).

*****

BACA JUGA: Tips Super Untuk Kulit Sehat dan Cantik

ORANG sering mengabaikan nyeri tenggorokan. Rasanya lumrah saat anak mengeluh sakit ketika menelan, nafsu makan berkurang, dan suhu badan sedikit meningkat. Padahal, jika penyebabnya adalah bakteri group A beta hemolytic streptococcal (GABHS), rheumatogenic strain bisa fatal. Infeksi bakteri jenis itu berakibat DRA dan berisiko menjadi PJR.

Prof Dr dr Teddy Ontoseno SpA(K) SpJP menyebutkan, kasus DRA sering ditemukan terhadap anak berusia 6–12 tahun. Anak laki-laki dan perempuan berpeluang sama. Namun, saudara sedarah dengan pasien DRA berpeluang lebih besar terserang daripada tanpa riwayat keluarga.

BACA JUGA: Make Up Artistik , Seram-Seram Cantik

Karena gejalanya cenderung berulang, kemudian diberi nama rematik. Meski disebut rematik, DRA sama sekali tidak berkaitan dengan penyakit sendi.

Teddy menegaskan, kasus DRA masih sering dijumpai dan kian meningkat, termasuk di Indonesia. Karena itu, langkah pencegahan PJR ditekankan pada pengobatan DRA sedini mungkin. Pemberian obat tersebut dimaksudkan untuk mengeliminasi GABHS dan menekan inflamasi karena respons autoimun (penyebab PJR).

BACA JUGA: Pisang Kurangi Risiko Stroke Bagi Wanita Menopause

Kepala Divisi Kardiologi Departemen Kesehatan Anak RSUD dr Soetomo Surabaya itu menjelaskan, pengobatan kepada pasien DRA tergolong jangka panjang. Terapi harus dilakukan secara berulang selama 3–5 tahun setelah pemberian dosis pertama. Langkah tersebut merupakan salah satu pencegahan agar DRA tidak memicu timbulnya PJR. Sayangnya, langkah itu masih belum berjalan efektif.

Faktanya, menurut pengamatan Teddy, sekitar 50 persen penderita DRA menderita infeksi berulang. Berdasar beberapa penelitian, PJR masih menjadi momok, terutama di negara berkembang. Paling banyak menyerang usia remaja dan anak. ’’Meski belum ada data yang akurat, PJR masih masuk 10 besar penyakit terbanyak di RSUD dr Soetomo Surabaya. PJR merupakan penyebab terjadinya gagal jantung,’’ jelas dokter 63 tahun tersebut.

Dia mengungkapkan, pencegahan sekunder terbukti hanya menurunkan serangan ulang DRA, tanpa menurunkan prevalensi angka kematian lantaran PJR. Hal itu dampak dari kegagalan pencegahan DRA. Sebab, umumnya DRA sering tidak terdiagnosis. Penderita DRA dan keluarga sering menganggap tidak perlu berobat. Biasanya mereka menganggap radang tenggorokan biasa yang lekas sembuh. Tidak sedikit yang datang ke fasilitas kesehatan setelah terjadi gagal jantung.

Dokter Widyawan Priyo SpJP menambahkan, dalam setahun, dirinya menemukan sekitar 10 pasien PJR. Pasien PJR itu memiliki beberapa gejala yang dapat diamati secara langsung. Yaitu, terdapat infeksi, sel darah putih meningkat, gerakan tubuh tidak terkontrol, dan biasanya muncul benjolan di pergelangan tangan. ’’Pasien PJR dideteksi dengan detak jantungnya yang tidak normal. Dep..dep…fusss,’’ kata dokter 34 tahun tersebut.

Penanganan terhadap pasien PJR bergantung pada kerusakan yang ditimbulkan. ’’Penanganan beda-beda, perlu dilakukan pemeriksaan lebih dulu. Apakah terjadi penyempitan atau kebocoran, dan berapa katup yang telah rusak,’’ ujar spesialis jantung dan pembuluh darah yang berpraktik di RS Mitra Keluarga Waru itu.

Semua penanganan tersebut bertujuan agar denyut jantung kembali normal, pasien dapat beraktivitas kembali dengan normal, tanpa gangguan sesak napas.

Penyakitnya sudah sangat parah bila ditemukan kerusakan katup. Dengan begitu, harus dilakukan penanganan segera mungkin. Jika diperlukan, bisa dilakukan penggantian katup jantung yang tidak berfungsi. Ada dua jenis bahan, yakni alami dari hewan babi dan sapi, serta bahan mekanik.(bri/c14/nda)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Stttt...! Masalah Ini tak Boleh Diabaikan Pria


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler