Serbuk Kayu Bernilai di Tangan Anak Muda Ini

Senin, 23 Januari 2017 – 18:26 WIB
SELALU BERSAMA: Anggota Serbuk Kayu usai pertemuan dengan komunitas seni di Surabaya. Mereka rajin mengabadikan setiap momen yang berhasil dikerjakan. Foto Mohammad Romadoni/Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Semua orang mempunyai jiwa seni. Tapi, tidak semuanya dapat mengeluarkan kemampuannya itu.

Bagi sekumpulan pemuda yang tergabung ke dalam Art Movement Serbuk Kayu, misalnya.  Melalui organisasi yang dibentuknya, mereka belajar untuk mengasah kemampuan karya seni rupa.

BACA JUGA: 8 Makanan ini Bisa Atasi Nyeri

Bahkan, mereka menganggap bahwa seni rupa itu adalah segalanya. Berawal dari kegiatan mahasiswa di sebuah Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Art Movement berubah menjadi wadah untuk menampung seluruh ekspresi darah seni yang tertanam di dalam diri tiap anggotanya. Bahkan, sekarang mereka masih setia berkecipung di dunia seni rupa ini.

Memang di era sekarang, tidak mudah hidup dari sebuah karya seni. Namun, hal itu tidak menjadi halangan. Buktinya mereka bisa melakukannya.

BACA JUGA: Ms V Berjerawat, Normal kah?

Asal tahu saja, Serbuk Kayu lahir dari sekumpulan mahasiswa yang peduli akan keberlangsungan seni rupa di kampus tercintanya itu.

Hati mereka tergerak untuk menyatukan seluruh seniman muda. Tak mulukmuluk, awalnya tujuan berdirinya

BACA JUGA: 6 Manfaat Keju Untuk Kesehatan

Serbuk Kayu ini hanya sebatas ingin mempersatukan tiap angkatan di Jurusan Pendidikan Seni Rupa Unesa.

Namun, kini Serbuk Kayu telah menjelma menjadi wadah bagi para seniman di Surabaya yang cukup disegani.

Serbuk Kayu mempunyai moto yakni seni berbasis pengetahuan. Ide terbentuknya Serbuk Kayu ini dimulai dari rasa prihatin enam sekawan bernama Indra Prayogi, Dwi Januarto, Dyan Chondro, Dwiki Nugroho, Ahmad Fahrizal, dan Zalfa Robby.

Mereka melihat beberapa komunitas kecil di dalam Jurusan Pendidikan Seni Rupa yang jauh dari kata berkembang.

Saat itu, satu komunitas kecil membuat pameran dengan karya seni yang jumlahnya minim. Tentunya, hal itu juga mendapat respons yang sedikit pula dari para penikmat karya seni.

”Bagaimana bisa menunjukan eksistensinya, jika karya seni rupa yang dihasilkan setiap komunitas kecil itu jumlahnya minim. Nanti, jadinya ya tidak bisa berkembang, “ cerita, Risya Ayudya, Art Management Serbuk Kayu, Sabtu (21/1).

Menurut Risya, sebutan Serbuk Kayu kali pertama muncul ketika enam sekawan kala itu mengikuti aksi demo kenaikan BBM. Karena dari komunitas seni, lalu mereka membuat mobil kayu sebagai simbol tuntutan mahalnya harga BBM.

Keenam pendiri Serbuk Kayu ini mengarak mobil kayu tersebut keliling kota Surabaya. Saat mereka menggelar aksi, banyak tercecer serbuk kayu di sepanjang jalan.

“Nah, dari situlah mereka terinspirasi dan akhirnya memutuskan untuk memakai Serbuk Kayu menjadi Art Movement yang sampai sekarang masih tetap eksis di Surabaya,” terang mahasiswi jebolan Prodi Pendidikan Seni Rupa Unesa ini.

Sampai sekarang, lanjut Risya, Serbuk Kayu telah berkembang dan menjadi tempat yang nyaman bagi para seniman muda untuk berkarya. Kini, mereka tumbuh pesat hingga, Art Movement Serbuk Kayu telah dikenal di kalangan masyarakat Surabaya.

Itu karena Serbuk Kayu selalu eksis mengikuti berbagai pameran karya seni di Surabaya. Resmi berdiri sekitar tahun 2011, puluhan karya seni rupa bernilai art tinggi telah dihasilkan oleh Serbuk Kayu.

(don/opi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Manfaat Sering Mandi Sauna Bagi Kesehatan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler