jpnn.com, JAKARTA - Rencana aksi mogok kerja yang nantinya akan dilakukan oleh Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) mulai 29 Desember hingga 7 Januari 2022 mendatang ternyata tidak mendapat respons yang baik dari kalangan pekerja SPBU.
Betapa tidak, dengan gaji yang fantastis hingga puluhan juta rupiah, wajar jika banyak pihak mempertanyakan urgensi para pekerja PT Pertamina yang tergabung dalam FSPPB ini melaksanakan aksi mogok.
BACA JUGA: Pertamina Jamin Stok BBM hingga Energi Aman selama Nataru
Kritik terhadap aksi ini datang dari Ketua Aliansi Pekerja SPBU, Dadan Suryana.
Menurutnya, tuntutan aksi mogok yang dilakukan FSPPB sangat janggal, terlebih gaji mereka kini sangat fantastis, berbanding terbalik dengan gaji para petugas SPBU di lapangan.
BACA JUGA: Serikat Kerja Pertamina Protes Keras, Siap Mogok Kerja Jika Tak dapat Tanggapan
"Aneh saja saya kira, gaji mereka ada yang sampai 70 juta sebulan, lalu bikin aksi mogok seperti itu, saya pikir janggal saja," ucap Dadan saat kami hubungi Senin (27/12) siang.
Dadan menduga, tuntutan FSPPB yang meminta agar Menteri BUMN Erick Thohir untuk mencopot Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dari jabatannya terkesan sangat politis.
BACA JUGA: Pekerja Pertamina Ancam Mogok, Mufti Anam Ingatkan Soal Kepentingan Bangsa
Padahal, kinerja Nicke sejauh ini tidak ada masalah, sehingga dinilai aneh jika tiba-tiba dicopot tanpa ada alasan yang jelas.
"Emang kasusnya apa sih bang sampai harus dicopot? Untuk dulu deh yang harus dikaji. Sejauh ini saya pikir gak ada masalah kok," pungkasnya.
"Jangan sampai deh, aksi ini karena ada yang pengen jabatan Dirut di Pertamina, ya jangan begitulah," sambungnya.
Dadan menilai, seharusnya para pegawai Pertamina yang rencananya akan mogok kerja itu bersyukur karena sudah mendapatkan gaji yang sangat besar.
Sementara, mereka yang bekerja di SPBU, gajinya banyak yang dibawah UMR per bulan.
"Seharusnya mereka bersyukur dong, kami saja gaji hanya 2 juta sebulan bahkan ada yang dibawahnya saja bersyukur kok, tak pernah kami mengeluh," ungkapnya.
Pria yang sehari-harinya bekerja shift di sebuah SPBU di kawasan Jakarta Barat ini menyarankan agar rekan-rekannya di FSPPB berpikir ulang untuk melaksanakan mogok kerja tersebut.
Apalagi, akibat dari aksi mogok itu bukan tidak mungkin akan berdampak pada menurunnya kinerja perusahaan.
"Ini kan tempat kita cari makan, mereka gaji besar enak, tabungan banyak. Kita disini yang gaji pas-pasan sempat Pertamina ini gak jalan gara-gara mereka mogok kerja, kitanya gimana coba? Coba pikir-pikir lagi deh, banyak-banyakin bersyukur lah hidup ini mah," ucapnya. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil