jpnn.com, YOGYAKARTA - Kehadiran Layar Anak Indonesiana (LAI) di Jogja NETPAC-Asian Film Festival (JAFF) ke-18 disambut gembira anak-anak tingkat sekolah dasar (SD) Kota Yogyakarta.
Ratusan siswa SD dari berbagai sekolah memadati Studio 2 Empire XXI, Yogyakarta, Minggu (26/11).
BACA JUGA: Layar Anak Indonesiana Hadir di JAFF 2023
Mereka antusias menonton lima film yang diputar secara bergantian. Penampilan film yang pertama berjudul Ndogmu dan Ndogku yang disutradarai Kelik S. Nugroho dari Yogyakarta.
Sebagai pembuka, film bergenre live shoot animasi itu berhasil membuat penonton tertawa sekaligus tegang dengan alur cerita yang disajikan.
BACA JUGA: Diskusi Visualisasi Konten Kebudayaan Ajak Generasi Muda Melahirkan Karya
Kepala Balai Media Kebudayaan (BMK) Kemendikbudristek Retno Raswaty yang hadir di lokasi nonton bareng mengucap syukur dan rasa terima kasih karena sudah menyaksikan film-film Layar Anak Indonesiana.
“Ini adalah hari yang baik. Hari yang luar biasa. Terima kasih sudah menyaksikan produksi dari Indonesiana.TV yang berhasil lolos seleksi di JAFF. Ini adalah hasil dari sebuah proses panjang, mulai Febuari sampai selesai Agustus dan bisa hadir di JAFF. Ini adalah bukti dari sebuah usaha dan kerja keras untuk bisa tampil dan tayang di sini,” tuturnya.
BACA JUGA: Berikut Identitas 7 Pendaki Korban Erupsi Gunung Marapi, 3 Orang Meninggal
Film LAI yang ditayangkan, di antaranya film Perahu Kertas Hao You yang disutradarai Riqhi Alvin Sani dari Pontianak, Mlethek yang disutradarai Wahyu Agung Prasetyo dari Yogyakarta, Serdadu Apel Emas yang disutradarai Lingga G. Permadie dari Malang, serta film animasi wayang berjudul Ijo dan Emas yang disutradarai Daud Nugraha dari Bandung.
Seusai menonton, anak-anak bertanya langsung kepada para sutradara film dan pemeran film mengenai proses produksi.
Kenzo, siswa SD Muhamadiyah Demangan mengatakan dirinya senang bisa menonton lima film bersama dengan teman-temannya.
“Saya ingin bertanya, bagaimana cara membuat film Serdadu Apel Emas?” ujarnya kepada Lingga G. Permadie, sang sutradara.
Dijelaskan oleh Lingga bahwa proses produksi filmnya diawali dengan pembuatan naskah, lalu membuat lagu, dan dihafalkan bersama dengan para pemain.
Penonton lainnya, David, bertanya berapa lama proses pembuatan film Perahu Kertas Hao You.
Sang sutradara, Riqhi Alvin Sani menuturkan proses produksi filmnya memakan waktu selama satu sampai dua bulan untuk persiapan.
Kemudian, proses syuting selama empat hari dan editing sekitar satu setengah bulan.
Sedangkan Daud Nugraha, sutradara film animasi wayang Ijo dan Emas mengatakan ada lebih dari 100 wayang yang digunakan dalam produksi filmnya.
“Untuk pembuatan wayang, kami tidak menggunakan kulit sapi, melainkan dengan karton yang tebal, serta cat khusus untuk pembuatan wayang kulit,” tuturnya.
Layar Anak Indonesiana (LAI) merupakan program produksi film pendek fiksi dan dokumenter untuk anak yang diselenggarakan BMK Kemendikbudristek melalui Indonesiana.TV.
LAI mencoba mengisi kelangkaan produksi film untuk anak sekaligus mengangkat keragaman cerita dan talenta dari berbagai kota di Indonesia.
Setiap film membawa keunikan dan ragam seni budaya yang menghidupinya.
Tujuannya memperkenalkan obyek pemajuan kebudayaan dan menanamkan pendidikan karakter, nilai budaya, dan kearifan lokal pada anak.
Hadirnya film anak semakin melengkapi deretan layar lebar yang disajikan JAFF hingga turut menjadi ajang apresiasi dan literasi film bagi pelajar Kota Yogyakarta.
Karenanya, Balai Media Kebudayaan bekerja sama dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X dan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.
Adapun siswa-siswi yang datang unuk menonton LAI di JFF ini berasal dari SD Muhammadiyah Demangan, SDN Klitren, SD Negeri Bhayangkara, SDN Demangan, SD Muhammadiyah Sapen I, SD Muhammadiyah Sagan, SD Negeri Serayu, SD Negeri Ungaran, dan SD Negeri Sagan. Acara ini juga dihadiri Inspektur I Kemdikbudristek Muhaswad Dwiyanto. (rhs/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Stafsus Presiden Jokowi: Jangan Lupa Pilih Pak Ganjar, Ya
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti