jpnn.com - jpnn.com - Kisah Malin Kundang, tidak asing lagi masyarakat. Nah, cerita rakyat Minang ini kembali ditampilkan dalam pergelaran drama musikal legenda Malin Kundang di Gedung Pusat Perfilman H Usmar Ismail, Sabtu (18/2) malam.
Jika selama ini legenda Malin Kundang disajikan dalam versi bahasa Indonesia atau Minang, kali ini dengan bahasa inggris.
BACA JUGA: Mendikbud Tak Paksakan Sekolah Harus UNBK
Pementasan drama teater Malin Kundang ini dimainkan siswa-siswi Global Sevilla Pulo Mas Campus.
Drama ini diselingi lagu-lagu yang diciptakan dan diaransemen sendiri dari para siswa serta guru.
BACA JUGA: Mendikbud Minta Kepala Sekolah Ikut Berperan
"Memang sengaja disajikan dalam bahasa Inggris agar kisah Malin Kundang bisa mendunia," kata Direktur Global Sevilla School Robertus Budi Setiono.
Menurut Robertus, setiap pementasan drama teater, pihaknya selalu mengangkat cerita rakyat, seperti Kisah Bawang Merah Bawang.
BACA JUGA: Relief Ini Bikin Pak Guru Sewot, Pornografi Katanya
Tahun depan, akan diangkat cerita rakyat Aceh.
"Kami ingin anak Indonesia tidak hanya belajar kisah-kisah tokoh luar negeri. Mereka harus belajar dari kebudayaan asli Indonesia, seperti malam ini membawakan kisah Malin Kundang," kata Robertus.
Cerita Malin Kundang, lanjutnya, memberikan banyak pesan moral kepada generasi muda serta para siswa bahwa keberhasilan seorang anak tidak lepas dari doa orang tua.
Malin Kundang identik anak durhaka yang dikutuk jadi patung.
Versi masyarakat Minang, ibu tidak pernah mengutuk anaknya.
Karena anaknya durhaka, ibunya mendoakan agar anaknya mengakui ibunya yang sudah mengandung, mendidikan hingga dewasa.
Akhirnya Tuhan dan alam yang menghukum Malin Kundang jadi batu.
"Banyak cerita rakyat Indonesia terkesan kurang memberikan nilai-nilai yang baik. Namun, jika kita pelajari secara saksama dan komprehensif, kita bisa mendapatkan esensi nilai-nilai luhur yang sangat baik untuk diketahui dan diajarkan kepada para generasi muda," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Guru Honorer Lulusan SMA Mengajar SMA
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad