jpnn.com, SIDOARJO - Pemindahan imigran yang telah mengantongi izin sebagai refugee (pengungsi) ke Rusun Puspa Agro, Sidoarjo berakhir kisruh kemarin.
Sebagian warga negara asing (WNA) yang telah tinggal di sana menolak. Hingga tadi malam, puluhan WNA yang dibawa dari Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Surabaya masih belum bisa masuk rusun.
BACA JUGA: Kamp Nauru, Neraka Bocah Imigran di Pasifik Selatan
Ada empat bus milik kepolisian yang digunakan untuk mengangkut 64 WNA dari rudenim yang berlokasi di Raci, Pasuruan, tersebut.
Terjadi kericuhan di gerbang tempat penampungan para pengungsi. Mereka yang menolak berteriak-teriak.
BACA JUGA: Bela Imigran, Wali Kota New York Difitnah Pendukung Trump
Beberapa penghuni diamankan petugas. Kondisi sempat tenang saat terjadi negosiasi untuk mencari solusi antara pihak rudenim, perwakilan International Organization for Migration (IOM), bakesbangpol, camat Taman, Danramil, Kapolsek Taman, dan perwakilan pengungsi.
Para pengungsi di Puspa Agro menolak karena tempatnya cukup sempit. Salah seorang di antara penghuni lama, A. Mustofa, mengatakan, saat ini kamar hanya cukup diisi dua orang. Jika ditambah satu orang lagi, pasti semakin sempit.
BACA JUGA: Pendatang Tak Bersurat Bakal Langsung Dipulangkan
Kepala Perwakilan IOM Surabaya Regina M.A. Noy Asa mengatakan, ukuran kamar untuk para pengungsi tidak kecil.
Tiap kamar berukuran 6 x 4,5 meter dengan fasilitas kamar tidur, ruang tamu, dan dapur.
Selain itu, ada kamar mandi di dalam. Termasuk perlengkapan seperti lemari es. "Sosialisasi pemindahan sudah sekitar dua bulan," katanya.
Hingga pukul 20.30, perundingan masih berlangsung. Kapolsek Taman Kompol Samirin menerangkan, permasalahan itu berawal dari penolakan penghuni lama.
Mereka enggan tinggal berdesakan dengan penghuni baru. Sementara calon penghuni baru juga tidak mau kembali ke rudenim. (may/edi/c7/ayi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kebijakan Keji Trump Sukses Bikin Nyali Imigran Ciut
Redaktur & Reporter : Natalia