Sesar Lembang, Daryono BMKG: Tak Ada yang Tahu Kapan Gempa Kuat Akan Terjadi

Rabu, 27 Januari 2021 – 08:32 WIB
Foto udara Gunung Batu yang berada di jalur Sesar Lembang di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (30/10/2018). Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi

jpnn.com, JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah memantau aktivitas Sesar Lembang sejak tahun 1963.

Sesar Lembang merupakan sesar aktif di Jawa Barat yang berada di sekitar 10 km arah utara Kota Bandung.

BACA JUGA: Warga di Daerah-daerah yang Disebutkan BMKG Ini, Tingkatkan Kewaspadaan ya

Sesar Lembang sepanjang sekitar 25-30 km berarah barat-timur yang menurut para ahli memiliki magnitudo tertarget 6,8.

Menurut Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Rabu (27/1), BMKG mulai memasang dan mengoperasikan seismograf WWSSN (World Wide Standardized Seismograph Network) pertama kali di Lembang pada 1 Januari 1963.

BACA JUGA: Inilah Daftar Daerah Rawan Gempa Berdasar Data BMKG, Waspadalah!

Daryono menjelaskan, selain untuk memantau gempa di wilayah Indonesia, seismograf jenis Benioff Short Period 3 Komponen dan Sprengneter Long Period 3 Komponen yang dipasang di daerah itu digunakan untuk memantau aktivitas Sesar Lembang.

Para petugas BMKG sejak lama sudah mengamati catatan gempa-gempa lokal pada seismogram analog di sekitar Lembang.

BACA JUGA: Agenda Jokowi Sebelum Melantik Komjen Listyo Sigit jadi Kapolri Hari Ini, Rabu Pon

Aktivitas gempa di jalur Sesar Lembang mulai tahun 2008 dapat dipantau lebih baik karena BMKG mengoperasikan jaringan monitoring gempa digital menggunakan sensor gempa dengan kawasan frekuensi lebar.

"Bukan berarti sebelum 2008 di Sesar Lembang tidak terdapat aktivitas gempa. Jarangnya aktivitas gempa saat itu karena sensor gempa belum sebanyak seperti sekarang, sehingga beberapa aktivitas gempa lokal dengan magnitudo kecil tidak terekam dengan baik," kata Daryono.

Pada 2019, BMKG memasang 16 sensor seismik periode pendek lebih rapat untuk melengkapi 19 seismograf frekuensi lebar yang sudah dipasang di Jawa Barat dan Banten.

Sensor gempa yang sengaja dipasang "mengepung" jalur Sesar Lembang, Cimandiri, dan Baribis itu dipasang untuk keperluan operasional dan kajian sesar aktif.

Keberadaan sensor gempa yang makin rapat diharapkan dapat memantau aktivitas sesar aktif di Jawa Barat secara lebih akurat.

Aktivitas Sesar Lembang tampak dari gempa-gempa kecil yang masih terjadi di sepanjang jalur sesar.

Menurut penelitian Supendi dkk (2018) yang dipublikasikan di jurnal Geoscience Letters, selama periode 2009-2015 empat kejadian gempa teridentifikasi di sepanjang jalur Sesar Lembang dengan menggunakan jaringan sensor gempa regional milik BMKG.

Penelitian yang dilakukan Afnimar dkk (2015) menunjukkan adanya aktivitas gempa di jalur Sesar Lembang.

Hasil penelitian menggunakan data seismik dari empat stasiun seismik temporer BMKG selama periode Mei 2010 hingga Desember 2011 itu mencatat sembilan kali kejadian gempa di Sesar Lembang.

Pada 28 Agustus 2011 terjadi gempa dengan magnitudo 3,3 dengan kedalaman sangat dangkal sehingga mengakibatkan dampak signifikan, menyebabkan kerusakan 384 rumah warga di Kampung Muril, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.

Selain itu, penelitian Nugraha dan Supendi (2018) yang dipublikasikan di Journal of Physics menunjukkan adanya dua kejadian gempa pada 14 dan 18 Mei 2017 di Sesar Lembang.

Gempa dengan magnitudo 2,8 and 2,9 yang terjadi pada 14 dan 18 Mei 2017 dampaknya dirasakan dalam skala intensitas II-III MMI, tetapi tidak menimbulkan kerusakan.

Data hasil monitoring gempa di Sesar Lembang sangat penting untuk mengetahui tingkat keaktifan gempa, distribusi zona aktif gempa, mekanisme sumber gempa, dan studi struktur bawah permukaan bumi melalui teknik tomografi untuk keperluan mitigasi.

"Tidak ada yang tahu kapan gempa kuat akan terjadi. Agar selamat dari gempa, kita dapat melakukan upaya mitigasi konkret dengan membangun rumah tahan gempa dan belajar cara selamat saat terjadi gempa," kata Daryono. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler