Sesi Ke-3 G20 Baru Dibuka, Jokowi Kembali Ingatkan Pemimpin Negara soal Bahaya Perang

Rabu, 16 November 2022 – 17:56 WIB
Presiden Jokowi dalam pidatonya saat sesi ketiga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang digelar di Hotel Apurva Kempinski, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Rabu (16/11). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden

jpnn.com, BALI - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengingatkan kepada pemimpin negara G20 untuk menghentikan perang. Menurut dia, perang hanya akan menyengsarakan rakyat.

Hal itu disampaikan Jokowi dalam pidatonya saat sesi ketiga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang digelar di Hotel Apurva Kempinski, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Rabu (16/11).

BACA JUGA: G20 Empower Berhasil Mengajukan Poin Kesetaraan Perempuan di Leaders Declaration

"Stop the war. I repeat, stop the war. A lot is at stake. Banyak hal yang dipertaruhkan. Perang hanya akan menyengsarakan rakyat. Pemulihan ekonomi dunia tidak akan terjadi jika situasi tidak membaik. Sebagai pemimpin, kita semua memiliki tanggung jawab untuk memastikan situasi global yang kondusif bagi masa depan dunia," kata dia.

Jokowi juga mendorong transformasi digital untuk mempercepat pemulihan global.

BACA JUGA: Delegasi G20 Pakai Pesawat Pribadi Didatangi Petugas Imigrasi

Menurutnya, ekonomi digital adalah kunci masa depan keuangan sebagai pilar ketahanan di masa pandemi, menyumbang 15,5 persen PDB global, dan membuka peluang masyarakat kecil menjadi bagian dari rantai pasok global.

"Sebagai Presiden G20, Indonesia mendorong transformasi digital untuk mempercepat pemulihan global, dan, di bawah Presidensi Indonesia, digital economy working group sudah mulai berjalan. Tahun ini G20 juga mendorong pengembangan startup potensial melalui digital innovation network," ujar presiden.

BACA JUGA: KTT G20 Dinilai Mampu Mengantarkan Indonesia Menuju Poros Maritim

Presiden menjelaskan ada tiga hal yang harus menjadi fokus. Pertama, kesetaraan akses digital. Menurutnya, 2,9 miliar penduduk dunia belum terhubung dengan internet, termasuk 73 persen penduduk negara kurang berkembang.

"Infrastruktur digital juga belum merata, 390 juta orang tinggal di wilayah tanpa internet nirkabel. Ketimpangan ini harus segera kita perbaiki. G20 harus dapat memobilisasi investasi untuk membangun infrastruktur digital yang terjangkau bagi semua," imbuhnya.

Kedua, literasi digital. Menurut Kepala Negara, nilai digital bukan sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan. Literasi digital, lanjutnya, harus menjangkau semua agar dapat berpartisipasi dalam ekonomi masa depan.

"G20 harus dapat menggerakkan kerja sama penguatan kapasitas digital bagi negara berkembang," ucapnya.

Ketiga, lingkungan digital yang aman. Hoaks dan perundungan siber dapat memecah persatuan dan mengancam demokrasi.

Presiden memandang kebocoran data akibat kejahatan siber berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi hingga USD 5 triliun pada 2024.

"Untuk itu, keamanan digital dan perlindungan privasi harus dijamin. G20 harus mampu membangun kepercayaan sektor digital, termasuk melalui tata kelola digital global," katanya.

Eks gubernur DKI Jakarta itu menegaskan juga semua negara harus bekerja sama untuk memastikan manfaat digital dapat dirasakan secara merata.

"Saya mengundang kontribusi Yang Mulia untuk masa depan dunia digital yang aman, yang inklusif, dan yang bermanfaat bagi semua," lanjutnya.

Turut mendampingi presiden pada sesi ketiga KTT G20 yaitu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. (tan/JPNN)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Siapa Pawang Hujan G20 di Bali? Simak Ini Saja, ya


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler