jpnn.com, JAKARTA - Sesjen MPR Ma’ruf Cahyono mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh ‘Indonesia Innovative Foundation’.
“Generasi muda harus memiliki inovasi yang positif dalam rangka merawat Indonesia”, ujar Maru’ruf Cahyono di hadapan ratusan peserta socialpreneur itu, Ruang GBHN, Nusantara V, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, 7 Juni 2018.
BACA JUGA: Zulkifli Hasan Apresiasi Kinerja Setjen MPR
Pria asal Purwokerto, Jawa Tengah, itu mengucapkan selamat datang di MPR. Dikatakan, MPR merupakan rumah kebangsaan. Di rumah inilah kita membangun pikiran positif dalam berbangsa dan bernegara. Dipaparkan bahwa MPR merupakan representasi politik dan daerah. “Anggota MPR adalah gabungan anggota DPR dan DPD,” ungkapnya.
Sebagai lembaga perwakilan rakyat, Ma’ruf Cahyono mengatakan lembaga ini terus mengembangkan demokrasi dan mengawal kedaulatan rakyat. Meski MPR saat ini menjadi organ tata negara tak seperti dulu, yakni terstruktur dan tertinggi.
BACA JUGA: Ketua MPR: Orang Gila yang Bilang Takbir Radikal
Namun, perubahan yang terjadi tak mengurangi makna MPR sebab tugas hukum dasar yakni menetapkan undang-undang dasar tetap menjadi kewenangannya. “Perubahan dari lembaga tertinggi menjadi lembaga setara dengan lembaga yang lain karena kuatnya tuntutan reformasi dari masyarakat terutama dari mahasiswa,” ujarnya.
Sebagai lembaga yang mengurusi masalah konstitusi, Ma’ruf Cahyono menyebut MPR memiliki Badan Pengkajian. Di lembaga yang berisi 45 orang ini, bertugas memikirkan dan konsen menata tata negara. “Berpikir bagaimana sistem tata negara yang ideal," ungkapnya.
BACA JUGA: Zulkifli Hasan Tantang Pemuda Islam Rebut Jabatan Politik
Selain Badan Pengkajian, Ma’ruf Cahyono menyebut MPR memiliki Lembaga Pengkajian. Anggota dari lembaga ini adalah para tokoh, akademisi, dan orang-orang yang terlibat langsung saat mengamandemen UUD Tahun 1945. Lembaga Pengkajian jumlahnya 60 orang. “Di lembaga ini juga membahas masalah kebangsaan," ujarnya.
Dalam masa reformasi, disebut MPR mengakomodasi tuntutan masyarakat akan dihapusnya dwi fungsi ABRI, kebebasan press, dan menciptakan pemerintahan yang bebas KKN. Semua tuntutan itu ditampung dalam konstitusi maupun Ketetapan MPR. Dirinya mengharap agar peserta acara itu membaca Ketetapan-Ketetapan MPR. “Baik yang masih berlaku atau tidak," ujarnya.
Disebut salah satu Ketetapan MPR adalah soal etika kehidupan berbangsa. “Ketetapan ini isinya bagus”, tuturnya. Di tap ini ada berbagai macam etika. Tak hanya soal etika yang diatur dalam ketetapan. Disebut ada pula Ketetapan Otda, Ketetapan Anti KKN, dan Ketetapan Demokrasi.
“Kalau mau melihat, idealitanya ada semua,” ucapnya. Dengan adanya berbagai ketetapan tersebut, menurut Ma’ruf Cahyono, membuat kita tak apriori. “Sesungguhnya kita mempunyai perangkat yang bagus”, ujarnya. “Kalau tak bagus mungkin itu implementasinya,” tambahnya.
Apa yang kita ketahui dalam masalah tata negara, menurut alumni Universitas Jenderal Soedirman itu menjadi bekal untuk merawat bangsa dan negara. “Tolong ini dipahami dan dilaksanakannya,” harapnya.
Diharapkan generasi muda terus membangun ketahanan bangsa dan negara. “Dengan Pancasila sebagai jati diri,” tegasnya. Generasi muda ke depan harus memiliki jiwa kompetitif. “Yang menang kompetisi adalah mereka yang siap,” paparnya. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... HNW: Alumni Gontor Jangan Takut Berkiprah untuk Indonesia
Redaktur & Reporter : Soetomo