Setahun jadi Tentara Nikahi Anak Komandan Pusdikkav

Jumat, 10 April 2015 – 02:42 WIB
Dandim 0903 Tanjung Selor Letkol Kav Oni Aprianur bersama anak dan istrinya. Foto: Istimewa

jpnn.com - PERKENALAN dengan seseorang yang disayangi bisa saja datang dan lokasi yang tak disangka. Namun bagi Dandim 0903 Tanjung Selor Letkol Kav Oni Aprianur, perkenalan dengan istri sebenarnya tak diduga. Hanya karena memiliki hobi yang sama akhirnya keduanya dipertemukan di lapangan tenis. Menurut Oni, perkenalan dengan istri bermula dari seringnya bertemu di lapangan tenis.

“Karena kami berdua mempunyai hobi yang sama yakni olahraga tenis lapangan. Istri saya pandai bermain tenis lapangan, nah dari situlah kita berkenalan,” kenangnya.

BACA JUGA: Astaga... Tarik-tarikan dengan Ikan, Pemancing Ini Akhirnya Tenggelam

Bisa dikatakan perkenalan yang terjadi tahun 1992 itu dinamakan cinta lokasi. Usai lulus pendidikan tahun 1992, dalam asrama tersebut Oni bertemu dengan sang istri, Yenny Suryanny karena sering bermain tenis.

Namun, untuk berkenalan dengan istri kala itu bukan hal mudah. Apalagi Yenny merupakan anak Komandan Pusat Pendidikan Kavaleri (Danpusdikkav/Kolonel Erman Mon) Padalarang, Bandung, tempat dimana Oni mengenyam pendidikan militer.

BACA JUGA: Mantan Kanit Galangan Kapal Pelindo Medan Dibui

Tak membutuhkan waktu lama, tepat Juli 1993 Oni memutuskan melamar pujaan hati untuk naik pelaminan.

“Aktif sebagai tentara saat itu Februari 1992. Kemudian berkenalan dengan istri, menjalin hubungan setahun saya memutuskan menikah,” jelas anak dari pasangan H Hermansyah Anang (alm) dan Hj Masitah.

BACA JUGA: Bahagia Ditugaskan jadi Dandim di Kampung Halaman

Oni mengatakan untuk bisa bermain tenis itu bukan seenaknya saja. Karena ada jadwal yang sudah ditentukan, dan sebagai tentara tidak bisa seenaknya juga keluar asrama harus sesuai prosedur atau minta izin atasan.

Usai dinyatakan lulus pendidikan militer, Oni menempati tugas di Pusat Pendidikan Kavaleri (Pusdikkav) Padalarang, Bandung. Bahkan dipercaya menjadi Komandan Kelas Sekolah Calon Perwira (Secapa). Tahun 1992 itulah Oni memulai karir di kemiliteran. Tahun 1993, tepatnya usai menikah dengan Yenny, berpindah tugas ke Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) TNI-AD, Parongpong, Bandung.

Berada di Denkavud pun tidak terlalu lama, karena ayah dari Muhammad Akbar ini kembali pindah tugas ke Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) Kota Bandung.

Menempati penugasan baru di Pussenkav hanya beberapa bulan, kemudian mendapat tugas penempatan di Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Kodiklat TNI-AD). Beberapa tahun bertugas, Oni memutuskan untuk masuk Sekolah Staf dan Komandan Angkatan Darat (Seskoad) tahun 2009.

“Hampir setahun saya menjalani pendidikan di Seskoad, kemudian dinyatakan lulus dan mendapat tugas di Irian Jaya. Saat itu merupakan daerah rawan dan perbatasan,” jelas pria yang memiliki tinggi badan 170 sentimeter ini.

Menurutnya, saat bertugas di Irian sudah tidak ada daerah operasi. Meskipun demikian, selama bertugas tersebut Oni tetap waspada terhadap serangan yang sewaktu-waktu bahaya mengintai. Daerah rawan adanya di wilayah kebanyakan pedalaman, bahkan tentara yang bertugas di kawasan itu sering bertemu Gerombolan Pengacau Keamanan (GPK).

Selain waspada terhadap GPK, hal lain yang perlu diwaspadai terkait penyakit Malaria karena Irian merupakan endemis malaria. “Alhamdulillah selama bertugas di Irian setahun tidak kena malaria, malah teman banyak yang terkena. Saya selalu berdoa, agar terhindar dari penyakit tersebut disamping jangan terlambat makan. Semua aturan itu kita ikuti dan banyak berdoa jangan sampai sakit,” ujarnya.

Selama bertugas di Irian, istri dan anak-anak memang tak dibawa serta karena bisa menambah beban. Meskipun untuk bawa istri dan anak masih diperbolehkan. Usai menjalani tugas setahun di Irian, Oni kembali ke Kota Bandung. Tapi tak terlalu lama, karena anak ketiga dari tujuh bersaudara ini mendapat penempatan tugas baru ke Kalimantan Timur di Kodam VI/Mulawarman.

Lulusan Seskoad yang telah diikuti Oni merupakan salah satu syarat untuk menempuh kursus pendidikan dandim. Setelah lulus khusus dandim, baru mendapat penempatan jabatan dandim di Tanjung Selor. Usulan penempatan dandim di suatu daerah menjadi keputusan pimpinan atas yang berada di Mabes TNI-AD.

“Penempatan tergantung pimpinan atas disetujui atau tidak untuk kembali ke daerah asal. Tapi kebanyakan TNI itu maunya lebih baik berada di daerah asalnya. Alhamdulillah, saya kembali ke Tanjung Selor bisa terwujud,” terang pria yang hobi olahraga ini.(*/uno/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terjebak Luapan Waduk Jatiluhur, Ibu Hamil dan Anak-anak Dievakuasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler