Bumi akan mengalami dua peristiwa astronomi langka pada pekan ini, yakni sebuah asteroid yang melintas pada tanggal 24 Desember dan Bulan purnama saat Natal pertama sejak tahun 1977.
NASA memprediksi bahwa Bulan purnama berikutnya yang jatuh pada Hari Natal tidak akan terjadi sampai tahun 2034, sedangkan asteroid bernama ‘2003 SD220’-yang dinamai seperti tahun penemuannya -baru akan kembali pada tahun 2018.
BACA JUGA: Jelang Natal, Warga Australia Selatan Diminta Adopsi Hewan di Penampungan
Bulan purnama akan terlihat paling terang pada jam 10:11 malam Hari Natal waktu Australia.
NASA telah meminta semua orang yang menatap Bulan purnama saat Natal, untuk memikirkan pesawat ruang angkasa ‘Lunar Reconnaissance Orbiter’ (LRO), yang telah meneliti permukaan Bulan sejak 2009.
BACA JUGA: Buku Mewarnai Makin Sering Digunakan Sebagai Metode Atasi Stres
"Saat kita melihat Bulan pada kesempatan seperti itu, perlu diingat bahwa Bulan adalah lebih dari sekedar tetangga angkasa," jelas John Keller dari Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard milik NASA dalam sebuah pernyataan.
"Sejarah geologi dari Bulan dan Bumi sangat terikat erat sehingga Bumi akan menjadi planet yang berbeda secara dramatis tanpa kehadiran Bulan."
BACA JUGA: Kado Natal Istimewa Bayi Badak Putih Lahir di Kebun Binatang Taronga Sydney
Asteroid tak berbahaya
Asteroid ‘SD220’ memiliki diameter sekitar 0,7 kilometer dan diperkirakan memiliki panjang sekitar dua kilometer, sehingga berpotensi cukup besar untuk dikunjungi oleh misi luar angkasa berawak di masa depan.
Sayangnya, ia tidak akan mudah untuk dilihat karena jarak terdekatnya yang mencapai 11 juta kilometer- yang merupakan 28x lipat dari jarak antara Bumi dan Bulan.
"Hanya astronom professional dan astronom amatir yang canggih yang mampu menangkap gambar optik dari batu luar angkasa ini," tulis astronom Eddie Irizarry di situs EarthSky.
NASA mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya berencana untuk melakukan pengamatan radar terhadap asteroid SD220, yang memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang ukuran, bentuk, rotasi, fitur permukaan dan kekasaran permukaan-nya.
"Setiap kali kami mengamati sesuatu, kami melihat sesuatu yang belum pernah dilihat. Kami membuat sesuatu yang tidak dikenal menjadi dikenal, dan sebagai ilmuwan apa yang bisa lebih baik dari itu?," kata peneliti postdoktoral, Santhanu Naidu.
Yang tak diketahui tentang steroid SD220 termasuk mengapa ia ada di sana.
Astronom Phil Plait menjelaskan di blog Bad Astronomy bahwa SD220 tampaknya menjadi sebuah asteroid jenis-S, yang berarti sebagian besar berbatu.
Asteroid jenis-S biasanya ditemukan di sabuk asteroid dalam, di luar orbit Mars, sehingga ada kemungkinan bahwa itu dikirim menuju Matahari oleh perjumpaan dengan Mars atau Jupiter.
Meskipun SD220 akan datang cukup dekat ke Bumi untuk pengamatan radar selama lima kali dalam 12 tahun ke depan, NASA mengatakan, asteroid ini tidak akan melewati Bumi pada jarak yang berbahaya selama dua abad berikutnya.
Meskipun demikian, ada laporan bahwa SD220 akan menyebabkan gempa bumi. Baik Eddie- yang merupakan Duta Besar Sistem Tata Surya di NASA, dan Phil- seorang mantan astronom NASA, telah menolak klaim tersebut.
Dr Phil menunjukkan bahwa asteroid SD220 telah melewati Bumi sebelum dengan tanpa insiden, dan bahwa ia sangat kecil, dan begitu jauh, sehingga "ia bahkan tak bisa menyebabkan tremor di sayap nyamuk".
Eddie menambahkan, tidak ada bukti ilmiah bahwa asteroid yang melintas di atas Bumi menyebabkan aktivitas seismik kecuali bertabrakan dengan Bumi.
NASA menyimpan daftar asteroid yang berpotensi berbahaya secara online, termasuk SD220, dengan data rinci tentang orbitnya.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah ACT Revisi Peta Kawasan Olahraga untuk Anjing di Canberra