jpnn.com, MEDAN - Pelatih Biliar Khoiruddin Aritonang memutuskan untuk berhenti menjadi pelatih biliar tim Sumut ke depannya.
Keputusan ini diambilnya buntut dari peristiwa yang dialaminya saat penyerahan bonus atlet berprestasi PON XX Papua beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: Ini Keinginan Coki Aritonang Setelah Laporkan Edy Rahmayadi ke Polda
Saat itu, Edy Rahmayadi menjewer pria yang akrab disapa Coki itu.
"Saya selama masih beliau gubernurnya, saya rasa saya tidak bersedia," ujar Coki Aritonang di Medan, Senin (3/1).
Andai nanti Edy Rahmayadi meminta maaf, Coki mengatakan dia tetap akan berhenti menjadi pelatih biliar. Hal itu, kata Coki, sudah menjadi keputusannya.
"Tetap, itu sudah menjadi keputusan saya," kata Coki.
BACA JUGA: Edy Rahmayadi Siap-Siap, Coki Aritonang ke Polda Dikawal Puluhan Pengacara, Lihat Tuh
Coki sendiri sudah menjadi pelatih biiar sejak tahun 2018. Bahkan, dia juga menjadi orang yang ikut membanggakan Sumut di ajang PON XX Papua.
Pada PON XX yang berlangsung Oktober lalu, Sumut sendiri meraih 10 medali emas, 22 perak dan 23 perunggu dari 29 cabang olahraga (cabor).
BACA JUGA: Empat Jam di Polda Jabar, Habib Bahar Langsung Ditahan?
Dalam ajang itu, cabor biliar menyumbang sebanyak 12 medali dengan perincian lima medali perak dan tujuh medali perunggu.
Dari perolehan medali, cabor biliar berada di peringkat kelima sebagai penyumbang medali terbanyak bagi Sumut.
Sementara peringkat pertama diduduki cabor wushu, lalu disusul atletik, tarung derajat dan tinju di peringkat 2,3 dan 4.
Saat diwawancarai JPNN.com beberapa waktu lalu, pria kelahiran 31 Desember 1974 itu mengaku banyak suka duka yang dialaminya selama menjadi pelatih.
Dia juga mengatakan perhatian Pemprov Sumut sangat minim terhadap cabor biliar.
Dia mengatakan sejumlah peralatan yang digunakan para atlet untuk berlatih sangat jauh dari kata layak.
Misalnya, kata Coki, meja biliar yang dipakai sudah tidak pernah diganti sejak tahun 2017.
Tidak hanya itu, stik biliar yang digunakan pemain juga standarnya lebih rendah dibandingkan pemain lainnya.
Bahkan, laken biliar hanya diganti dalam rentang waktu enam bulan sekali.
"Itu pun kami tak mengeluh, namanya kami juga tahu Sumut bagaimana, tetapi ini bentuk kecintaan dengan Sumut," ujar Coki kepada JPNN.com, Rabu (29/12).
Selama menjadi pelatih biliar, Coki mengaku digaji sebesar Rp 4,5 juta per bulannya. Tiga bulan jelang PON Papua, gajinya dinaikkan menjadi Rp 6 juta. (mcr22/jpnn)
Redaktur : Soetomo
Reporter : Finta Rahyuni