Setelah Diolesi Minyak Dayak, Krek..Krek, Tulang Patah Seperti Nyambung Sendiri

Kamis, 22 Oktober 2015 – 08:10 WIB
Minyak Dayak. Foto: Kalteng Pos/JPNN

MINYAK ramuan warisan nenek moyang suku Dayak dikenal mujarab untuk mengobati berbagai macam penyakit. Sebut saja minyak Bintang, minyak Kukang, minyak Bubut dan minyak Kuyang. Paling terkenal tentunya minyak Bintang. Mitosnya minyak yang satu ini mampu memulihkan seseorang yang mengalami luka parah. Orang yang hampir meninggal pun bisa disembuhkan.
-----------
DIDIN RAKHMADIN, Palangka Raya
----------
RAMUAN anyar itu bukanlah minyak bintang (minyak yang mampu menyambung tulang, memperbaiki kulit yang hancur, atau menyelamatkan nyawa orang yang sekarat). Memang sejenis, namun tidak sama. Bedanya, minyak bintang dipercaya, ketika sudah masuk ke dalam tubuh, si peminumnya akan sulit meninggal dunia.

Bahkan ada versi yang mengatakan, si peminumnya jadi kambe (hantu). Ada juga yang bilang bisa jadi Kuyang (Ilmu yang membuat kepala si empunya lepas dari tubuh, bersama organ dalam).

BACA JUGA: SADIS! Beginilah Adegan demi Adegan Agus Menghabisi PNF

Seorang ahli peramu minyak Dayak, sebut saja Tono, menegaskan, minyak ini tidak seperti itu. Penyembuhannya berdasarkan keyakinan yang kuat. Kalau tidak yakin, khasiatnya tidak akan berfungsi.

Ketika ditanyai, minyak ini dari mana? “Ini turun temurun, dan hanya famili kami yang memilikinya,” kata Tono. Dia menceritakan, kakak kandungnya pernah bermimpi didatangi leluhur. Dalam mimpi itu, sang leluhur digambarkan seperti orang tua berbaju serba putih.

BACA JUGA: Bikin Kaget, Pengamen Jalanan Ini Ternyata Kuasai 7 Bahasa Asing

Leluhur memberitahukan, tempat penyimpanan minyak. Saat terjaga dari tidur, sang kakak kaget dan sempat berpikir.

Ada rasa antara percaya dan tidak percaya. Merasa yakin, si kakak berjalan menuju tempat penyimpanan minyak. Lokasinya di belakang rumah antara hutan belantara dan semak belukar.

BACA JUGA: Di Awal-awal Jokowi Masuk Istana, Ibu Berhijab Ini Cukup Kewalahan

Posisinya ada di sebuah pondok pehumaan (tempat berkebun). Ternyata ada sebuah botol tua yang berisi sedikit minyak. Isinya tidak penuh, hanya berkisar seperempatnya saja.

Ditegaskannya, minyak itu tidak bisa habis. Caranya dengan menambahkan sedikit undus (minyak kelapa). Bagaimanapun pemakaiannya, minyak ajaib itu akan tetap selalu ada. Kembali ke kisah Tono. Minyak itu juga pernah memberikan pembuktian kesembuhan.

Dia mengaku, pernah kecelakaan akibat bermain sepak bola. Tulang lengan sebelah kanannya mengalami retak dan patah. Berbagai pengobatan sudah dicoba dan tidak ada hasil. Tangannya harus digips selama satu minggu.

Tono sempat jengkel dengan keadaan itu. Akhirnya, dia mencoba meminum minyak dari kakaknya tersebut. Hasilnya, tiga hari kemudian, Tono sudah bisa mengendarai sepeda motor. Cerita itu memberikan sedikit motivasi bagi saya.

Maka dicobalah ritual itu. Senja tiba, minyak dibuka dan dioleskan, lalu diminum. Lalu apa yang terjadi?. Hal ini tidak bisa dijelaskan secara logika dan akal sehat. Bahkan tidak ada dalam dunia medis serta kedokteran.

Malam harinya, tulang yang patah, terasa nyeri. Ada sedikit gerakan. Bunyinya krek..krek..krek. Sepertinya tulang itu bergerak sendiri dan mencoba menyambung. Mustahil memang. Tapi itulah kenyataannya. Sebelumnya saya sudah disarankan untuk tidak menghiraukan kondisi itu.”Biarkan saja dan jangan terlalu diperhatikan, lebih baik tidur,” kata Tono.

Pagi harinya, sakit di bagian yang cedera sedikit berkurang. Sebenarnya, saya tidak hanya menggantungkan satu harapan pada minyak saja, namun disertai pemijatan.

Pemijat atau sebut saja yang mengobati, juga orang yang profesional. Minyak yang digunakannya pun juga bukan sembarangan. Ada khasiatnya. Cara pengobatannya, bagian yang cedera diurut oleh pemijat perlahan-lahan. Tentunya menggunakan minyak yang sudah ada.

Gerakan memijatnya seperti menyambungkan kedua tulang yang patah. Anehnya tukang pijat bisa merasakan posisi tulang.”Punya mu ini patah di ujung, jadi jangan terlalu banyak bergerak,” tegasnya.

Pada prinsipnya, tulang yang patah nantinya akan menyambung. Cepat atau lambatnya tergantung umur seseorang. Semakin muda, semakin cepat menyambung. Namun kalau umur sudah di atas 25 tahun, jelas sangat lambat. Tiga bulan akan sangat menyiksa, bagi orang yang punya segudang aktivitas.

Proses pengobatan ritual minyak dan pijat terus dilakukan. Satu minggu pertama, sakit mulai sedikit berkurang. Saya pun  bisa beraktivitas. Bahkan pergi memancing . Dua minggu berikutnya, penulis disarankan melepas penyangga. Namun harus tetap dipakai, ketika keluar rumah. Alasannya, takut ada guncangan. Akibatnya bisa fatal, kata tukang pijat yang enggan disebutkan namanya itu.

Pada minggu ketiga, ada perubahan signifikan. Saya mencoba mengendarai sepeda motor. Ternyata bisa. Tapi masih sangat hati-hati. (*/habis)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sttt...Di Istana, Ternyata Masih Ada yang Rindu SBY


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler