jpnn.com - MATARAM - Kasus pencurian barang berharga milik warga yang tersimpan dalam mobil di parkiran sangat meresahkan. Erwin Aprianto, disebut polisi sebagai salah satu otak di balik aksi pencurian di sejumlah parkiran di Lombok dan Sumbawa. Terduga garong tersebut telah ditangkap dan kini meringkuk di sel latahan Mapolsek Cakranegara bersama dua rekannya.
Garang. Sepintas, itulah yang terlihat dari sosok Erwin, pria asal Sumatera Selatan. Selain tampilannya, deretan tato yang merajah tubuhnya menambah kesan tersebut.
BACA JUGA: Edan! 3 ABG Todong Bocah Pulang Maulid Pakai Pistol
Konon tato itu dibuat di Thailand, saat Erwin masih bekerja di sebuah kasino. Setelah hengkang dari rumah judi inilah, ia melakoni pekerjaan baru. Ngerampok.
Di negeri Gajah Putih inilah karir Erwin sebagai perampok spesialis mobil-mobil yang di parkir tanpa diawasi pemiliknya dimulai. Aksi yang cepat dan rapi membuat komplotan Erwin dan kawan-kawan menjadi momok menakutkan bagi warga setempat.
BACA JUGA: Ribut dengan Istri, Acungkan Senpi, jadinya ya Begini
Bukan hanya di Thailand, Erwin mengaku pernah berulah di Malaysia. Di sini Erwin tidak beraksi sendirian. Dia mengajak para buruh kelapa sawit asal Indonesia. Sasarannya masih sama, mobil-mobil yang terparkir tanpa pengawasan.
Dari negeri Jiran ini Erwin kemudian merambah sejumlah daerah di Indonesia hingga akhirnya menyeberang ke NTB. Di Bumi Gora, Sumbawa menjadi sasaran pertamanya. Di pulau inilah, Erwin merekrut tiga rekannya. Rahman, Haryanto, dan CP (saat ini masih buron).
BACA JUGA: Waduh, Kurir Narkoba Ternyata Pemuda Rajin Salat
Erwin menularkan ilmunya pada Rahman dan Haryanto. Termasuk membekali mereka dengan alat radio komunikasi (HT) agar tidak terlacak polisi.
Singkat cerita. Kelompok ini memulai aksi di sebuah masjid di Sumbawa. Saat itu, Haryanto dan Rahman menunggu di mobil. Sedangkan Erwin dan CP turun memetik barang korban.
Prakk. Kaca mobil korban pecah. Laptop dan kamera DSLR senilai Rp 50 juta raib. Kemudian, keduanya kabur.
“Kami berdua tidak turun. Yang ambil Erwin. Saya tidak tahu bagaimana cara ambilnya,” kata salah seorang pelaku Rahman di Polsek Cakranegara.
Beranjak dari Sumbawa, Erwin Cs berangkat ke Lombok. Ketiganya menginap di sebuah hotel mewah di kawasan Wisata Senggigi. Selama di Lombok, kawanan rampok sempat memangsa korbannya di parkiran Mall Mataram, dan depan Klinik Risa, Cakranegara. Disitu mereka menjarah uang tunai barang-barang berharga korban senilai Rp 250 juta.
Uang hasil rampoknya dikirim langsung ke rekening. Sementara, barang jarahannya seperti kamera dikirim via jasa pengiriman ke suatu tempat. Modus ini dimainkan guna menghilangkan barang bukti.
“Kami mau kirim. Saya hanya ikut. Yang kirim Erwin,” aku Rahman yang terus merengek kesakitan lantaran ditembak pada bagian betisnya.
Erwin yang pernah menjadi bodyguard pengusaha di Thailand ini menuturkan, untuk memudahkan memecahkan kaca mobil, dirinya menggunakan keramik pada bagian busi kendaraan. Keramik itu dikumpulkan rekannya Rahman.
“Rahman yang sediakan busi. Tapi saya yang suruh,” katanya seperti dilansir Harian Lombok Pos (Grup JPNN.com).
Caranya, mereka memecahkan keramik di busi. Setelah menjadi serpihan, pecahan keramik tersebut dimasukkan ke mulut agar bercampur dengan air ludah dan lengket menyatu. Selanjutnya, mereka melemparnya ke kaca mobil. Prakk.... Kaca mobil retak. Dengan sedikit dorongan, kaca dapat dilepaskan. Itu dapat terjadi karena keramik memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi dibanding kaca mobil.
“Busi itu untuk pecahin kaca biar tidak berisik. Tinggal di dorong saja kalau kita sudah lemparkan pecahan keramik ke kaca mobil,” jelas dia.
Erwin, Rahman, dan Heryanto ini ditangkap Buser Polsek Cakranegara di Mataram. Polisi menghadiahi tembakan untuk Erwin dan Rahman di bagian betis kiri. Konon, pelaku mencoba melawan petugas saat penangkapan.
Dari tangan mereka, polisi menyita uang tunai Rp 3 juta, kamera, laptop, tiga buku tabungan, tiga kunci letter T, 10 kartu ATM, lima hand phone, dua HT, dan busi.
Di ruang penyidik, Erwin yang bertato terlihat menangis. Ia tampaknya tidak kuasa lagi menahan sakit bekas tembakan di kakinya. Berdiri saja Erwin terlihat susah. Ia merengek kesakitan sambil memegang betis yang penuh tato. “Sakit sekali,” ucapnya.
Nyali Erwin saat di Polsek tak lagi segarang sebelum ditangkap. Konon saat penangkapan, Erwin sempat cek cok dengan petugas. Bahkan, dia melarang polisi memegangnya.
“Dia ini melawan ketika kami nangkap. Dia bilang, jangan main tangkap-tangkap, ada undang-undangnya, saya punya adik yang polisi. Dia itu pangkatnya AKBP,” kata salah seorang petugas menirukan gertakan Erwin.
Kini Erwin bersama dua rekannya harus merasakan dinginnya malam di balik jeruji besi. Mereka dijerat dengan pasal 363 tentang pencurian dan terancam hukuman lima tahun penjara.(Islamuddin/Suharli/fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hati-Hati Modus Satu Ini, Anak Anggota Brimob Jadi Korban Begal
Redaktur : Tim Redaksi