Setelah Emirsyah Satar, Masih Ada yang Dikejar

Sabtu, 21 Januari 2017 – 07:42 WIB
KPK. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Dua orang sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus suap pengadaan mesin pesawat PT Garuda Indonesia (Persero). Namun, perkara ini tampaknya bakal melebar.

Setelah menetapkan mantan Dirut PT Garuda Emirsyah Satar dan pemilik Connaught International sekaligus pendiri Grup Mugi Rekso Abadi (MRA) Soetikno Soedarjo sebagai tersangka, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengejar keterlibatan pihak lain yang diduga memiliki peran dalam konstruksi perkara itu.

BACA JUGA: Emirsyah Satar jadi Tersangka, Menhub Budi Bilang...

KPK pun telah mengunci sejumlah nama yang diduga memiliki keterkaitan dengan kasus suap dari Rolls-Royce tersebut.

Yakni, Hadinoto Soedigno, mantan Direktur Operasional Citilink Indonesia dan mantan Dirut PT Garuda Maintenance Facilities (GMF) AeroAsia.

BACA JUGA: Emir Bantah Terima Suap, KPK Kantongi Bukti Kuat

Kemudian Agus Wahyudo, mantan Vice President Asset Management Garuda Indonesia, dan Sallyawati Rahardja, pimpinan Grup MRA milik Soetikno Soedarjo.

Terhitung Senin (16/1), Emir dan Soetikno bersama tiga saksi tersebut dicegah bepergian ke luar negeri selama enam bulan. Meski diajukan pencegahan, KPK enggan membeber secara detail peran tiga saksi tersebut.

BACA JUGA: Emirsyah Satar: Saya Tidak Melakukan...

"Menurut penyidik, saksi ini dalam berbagai kapasitasnya dibutuhkan keterangannya dalam proses penyidikan," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah di Jakarta, kemarin (20/1).

Sebelumnya, KPK menetapkan Emirsyah dan Soetikno sebagai tersangka suap dari Rolls-Royce dalam pengadaan mesin pesawat pada Kamis (19/1).

Emir diduga menerima suap dari Soetikno berupa uang EUR 1,2 juta dan USD 180 ribu atau setara Rp 20 miliar serta sejumlah barang senilai USD 2 juta (Rp 26 miliar).

Suap dari Rolls-Royce itu diduga berkaitan dengan pengadaan mesin pesawat untuk 11 Airbus A330-300 pada 2012 oleh PT Garuda.

Sebetulnya, ada tiga pilihan mesin untuk Airbus A330-300. Yakni, Rolls-Royce Trent 700, Pratt & Whitney PW 400, atau GE CF6-80E.

Namun, Garuda memilih Airbus A330-300 ditenagai mesin Rolls-Royce Trent 700 yang merupakan produk Rolls-Royce, perusahaan asal Inggris.

Sebagai catatan, total pengadaan Airbus di PT Garuda selama kurun waktu 2005-2014 atau dibawah kepemimpinan Emir adalah sebanyak 50 unit.

Dari hasil penyidikan lembaga antikorupsi Inggris Serious Fraud Office (SFO) sebenarnya menyebutkan ada dua pejabat PT Garuda yang menerima suap dari Rolls-Royce.

Terkait hal itu, KPK menjawab diplomatis. Febri mengatakan, pihaknya masih fokus pada dua tersangka yang telah ditetapkan saat ini.

Terkait bukti-bukti yang diperoleh dari SFO dan lembaga antikorupsi Singapura atau Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB) tetap akan digunakan untuk memperkuat konstruksi kasus korupsi lintas negara (transnasional) itu.

"Bila memang nanti ditemukan bukti permulaan yang cukup tentu tidak tertutup kemungkinan diprosesnya pihak lain," ujar Febri.

Selain keterlibatan pejabat lain di PT Garuda, KPK juga terus mendalami peran tersangka Soetikno. Penyidik sudah menyita sejumlah dokumen yang berhubungan dengan data perusahaan Soetikno di Singapura saat penggeledahan di sejumlah lokasi di Jakarta beberapa waktu lalu.

Diantaranya, data kepemilikan aset, perbankan dan barang-barang elektronik.

Berdasar informasi yang dihimpun, selain sebagai pemilik Connaught International, Soetikno juga merupakan petinggi holding Grup MRA.

Perusahaan yang berkantor di Wisma MRA Jalan TB Simatupang 19 Jakarta Selatan itu menaungi sejumlah unit bisnis.

Mulai majalah, ritel, hotel, penyiaran, makanan dan minuman, gaya hidup, hiburan dan otomotif. Anak usaha MRA ada juga yang bergerak di bisnis penjualan mobil sport Ferrari.

Febri mengatakan, keterkaitan perusahaan Grup MRA dalam pembelian mesin pesawat Rolls-Royce masih didalami.

Penyidik mendapat informasi bahwa uang suap terlebih dulu parkir di rekening salah satu anak perusahaan milik Soetikno.

"Transaksi (suap) beberapa kali dilakukan dengan cara transfer ke beberapa rekening berbeda," jelas Febri.

Hasil penyidikan terungkap, aliran uang suap dari Rolls-Royce beberapa kali dilakukan dengan cara transfer ke rekening Soetikno yang ada di Singapura. Baru kemudian diberikan ke Emir yang juga melalui transaksi perbankan. Kondisi itu yang mengharuskan KPK bekerjasama dengan lembaga antikorupsi Singapura.

Mencuatnya kasus penyuapan yang dilakukan produsen mesin jet asal Inggris Rolls-Royce terhadap Emirsyah membuka kasus serupa yang terjadi di luar Indoensia.

Selain di Indonesia, Rolls Royce ternyata melakukan praktik suap di beberapa negara lainnya. Seperti Thailand, India, Malaysia, Tiongkok, Rusia, hingga Nigeria.

Di Thailand, perusahaan yang berkantor pusat di Derby, Inggris, itu melakukan praktik korupsi pada rentang waktu 1 Juni 1991-30 Juni 1992 (pembelian pertama), 1 Maret 1992-31 Maret 1997 (pembelian kedua), dan 1 April 2004-28 Februari 2005 (pembelian ketiga).

Pada pembelian pertama, Rolls-Royce telah merogoh kocek USD 18,8 juta atau setara dengan Rp 252 miliar. Uang tersebut digunakan untuk menyuap perantara penjualan mesin Trent 800 untuk Thai Airways.

Fakta-fakta yang diungkap lembaga antikorupsi Inggris Serious Fraud Office (SFO) menyatakan bahwa sebagian dari uang suap itu dibagikan untuk perorangan. Yaitu para agen dari pemerintah Thailand serta karyawan Thai Airways.

Pembelian kedua, Rolls-Royce setuju membayar USD 10,38 juta atau setara dengan Rp 139 miliar kepada para perantara mereka.

Sebagian uang tersebut diberikan untuk karyawan Thai Airways. Secara khusus, Rolls-Royce berharap Thai Airways melakukan pembelian kedua untuk mesin Trent 800. Kebetulan, saat itu Thai Airways baru saja membeli enam pesawat B777.

”Rolls-Royce ingin memastikan bahwa mesin Trent 800 yang akan dipilih Thai Airways. Mereka lalu nyuap perantara-perantara lainnya hingga bisa memengaruhi keputusan pembelian,” tulis SOF dalam statement of facts yang dirilis 17 Januari lalu.

Pembelian ketiga, Rolls-Royce menggelontorkan uang suap sebesar USD 7,2 juta atau setara dengan Rp 96 miliar.

Uang tersebut diberikan kepada agen pemerintah Thailand dan karyawan Thai Airways yang menjadi perantara.

Suap kali ini dilakukan Rolls-Royce agar Thai Airways yang masih mempertimbangkan pembelian pesawat B777 dengan mesin Trent 800 jadi membeli pesawat tersebut.

Di India, Rolls-Royce tidak menyuplai mesin untuk pesawat sipil, melainkan untuk pesawat pertahanan India. Ada dua kasus besar yang menjerat Rolls-Royce. Yakni pemalsuan pembukuan serta penyuapan.

Pemalsuan pembukuan, berdasarkan statement of facts yang dikeluarkan SFO, terjadi pada 25 Maret 2005-30 September 2009.

Di India, kasus yang berhubungan dengan penggunaan perantara dibatasi oleh pemerintah India.

”Istilah perantara dalam kontrak Rolls Royce tidak digunakan,” tulis SFO. Tetapi perusahaan terus menggunakan perantara dan mengatakan pembayaran itu untuk ’jasa konsultasi umum', bukan komisi.

Kasus penyuapan Rolls-Royce di India terjadi pada periode 1 Januari 2006-31 Agustus 2007. Pada 2006, otoritas pajak India menemukan daftar perantara yang digunakan Rolls-Royce tertanggal May 2002.

Rolls-Royce lalu membayar perantara lain sebesar GBP 1 juta atau setara dengan Rp 16 miliar untuk mengambil daftar tersebut dan mencegah penyelidikan lebih lanjut. ”Ini melibatkan pembayaran kepada inspektur pajak,” ungkap SFO.

Terpisah, Emirsyah Satar akhirnya angkat bicara soal penetapannya sebagai tersangka. Dia menuturkan, penetapan dirinya menjadi tersanga merupakan kewenangan KPK.

Dia menghormati proses hukum yang berjalan. Emir pun akan bekerja sama sebaik-baiknya dengan penyidik untuk menegakkan kebenaran atas.

Perihal dugaan terima suap, dia tegas menampik tegas. Emirsyah mengaku tak pernah melakukan perbuatan koruptif atau menerima sesuatu berkaitan dengan jabatan yang dipikulnya.

”Sepengetahuan saya, selama saya jadi Dirut PT Garuda, saya tidak pernah melakukan perbuatan yang koruptif,” ungkapnya.

Sementara itu, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi meminta agar operasioanal Garuda tidak terganggu dengan kasus yang ada. Apalagi, kejadian terjadi di masa lalu.

”Kami menghargai dan mengikuti proses yang dilakukan KPK sebagai upaya perbaikan negara. Khusus Garuda, harapannya operasional tidak terganggu,” ungkapnya.

Dia pun turut menyinggung proses pengadaan mesin pesawat hingga menyeret Emir. Dia mewanti-wanti PT Garuda agar lebih berhati-hati lagi dalam pengadaan ini. Sebab, PT Garuda merupakan flight carrier yang membawa nama bangsa. “

Garuda punya tanggung jawab pada bangsa. Jadi harus menjaga diri,” tutur mantan Dirut PT Angkasa Pura (AP) II itu.

Sementara itu, Wapres Jusuf Kalla menyatakan terkejut atas penetapan Emir sebagai tersangka dugaan suap oleh KPK. Sebab, selama ini dia mengenal Emir dengan baik.

’’Emir melaksanakan tugas-tugasnya dnegan baik, menjadikan Garuda dari terpuruk menjadi sehat,’’ tuturnya kemarin (20/1).

Menurut JK, persoalan yang membelit Emir saat ini berasal dari luar Indonesia. Sehingga, efeknya pun melebar ke mana-mana.

JK memilih menunggu proses hukum lebih lanjut terhadap Emir ketimbang berspekulasi atas kasusnya. ’’Dia nggak ada masalah di dalam negeri. masalahnya dari luar,’’ tambah JK. (tyo/and/mia/byu/agm)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Emirsyah Satar Harus Siap Dipanggil Kapan Saja


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler