jpnn.com, MANILA - Tentara Filipina telah mengusir ISIS dari Marawi. Kini warga yang sudah sekitar setahun mengungsi bisa kembali ke kota tersebut. Tapi bukan untuk pulang.
Minggu (1/4) untuk kali pertama mereka diperbolehkan pulang oleh pemerintah. Hati pun hancur melihat semuanya porak-poranda.
BACA JUGA: Diduga Terlibat ISIS, Eks Pejabat Batam Menangis Usai Sidang
Samsida Mangcol sempat tertegun menatap bangunan di depannya. Beberapa detik kemudian air matanya menetes. Marah, kecewa, dan sakit hati melebur menjadi satu.
Dahulu bangunan yang berdiri di Kota Marawi, Provinsi Lanao del Sur, Filipina, itu adalah tempat persewaan perlengkapan pernikahan miliknya. Kini tempat tersebut tak bisa dikenali lagi. Di salah satu dindingnya terdapat tulisan ”I Love ISIS”.
BACA JUGA: Tiga Saksi Yakin Eks Pejabat BP Batam Ini Tak Terlibat ISIS
”Saya dulu menyewakan baju-baju. Kini saya menjadi pengemis,” ujar perempuan 44 tahun itu sambil mengelus baju pengantin yang telah koyak di salah satu manekin.
Menurut Mangcol, kini dirinya harus meminta-minta kepada kerabatnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
BACA JUGA: Api Lalap Hotel dan Kasino, Tiga Nyawa Melayang
Mangcol bukan satu-satunya yang shock. Minggu pemerintah Filipina akhirnya mengizinkan penduduk Marawi untuk kembali pulang.
Itu adalah kepulangan pertama mereka setelah mengungsi berbulan-bulan sejak militan Maute dan Abu Sayyaf menyerang dan menguasai kota tersebut. Dua kelompok tersebut sama-sama mendukung ISIS.
Untuk mengusir mereka, pemerintah Filipina melakukan serangan udara besar-besaran. Perang pun pecah sejak 23 Mei 2017. Lebih dari 1.200 orang tewas dan sebagian besar dari 200 ribu penduduk Marawi mengungsi.
Pertempuran baru berakhir pada 23 Oktober. Pemerintah Filipina memastikan semuanya benar-benar aman sebelum mengizinkan penduduk kembali.
Penduduk Marawi di pengungsian dibagi dalam beberapa kloter. Pada kloter pertama ada 7 ribu orang. Mereka diperbolehkan tinggal selama tiga hari. Tujuannya, mengambil barang-barangnya yang masih bisa diselamatkan.
Sebab, setelah ini bangunan-bangunan yang tersisa akan dihancurkan, lalu Kota Marawi dibangun ulang.
”Rumah kami masih baru ketika kami mengungsi. Kami telah menyiapkan segalanya untuk menyambut Ramadan saat itu. Bom telah menghancurkan semuanya,” terang Maimona Ambola seperti dilansir The Srait Times.
Mereka mengangkut apa saja yang ditemukan dan masih bisa digunakan di kamp pengungsian. Misalnya, perabot dan mainan anak-anak. Warga Marawi setidaknya masih akan tinggal di kamp tersebut empat tahun lagi.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte berjanji menyelesaikan pembangunan ulang kota tersebut pada 2022. Dana yang dibutuhkan mencapai PHP 100 miliar–PHP 150 miliar (setara Rp 26,38 triliun–Rp 39,58 triliun).
Tentara Filipina sendiri masih menyisir 24 di antara 96 desa di Marawi. Mereka mencari bom yang tak meledak. Termasuk jenazah.
Diperkirakan masih ada 53 bom yang tidak meledak saat dijatuhkan. Berat bom-bom tersebut mencapai 226 kilogram. Selain itu, ada bahan peledak yang ditinggalkan militan Maute.
”Kami kekurangan peralatan untuk menggali bom,” terang Wakil Komandan Satuan Tugas Militer Marawi Kolonel Romeo Brawner.
Untuk menjinakkan satu bom, dibutuhkan waktu lima hari. Mereka harus menggali dengan kedalaman 10 meter dan diameter 10 meter. Targetnya, semua bom sudah dinonaktifkan pada Juni.
Senator Francis ”Kiko” Pangilinan meminta pemerintah agar melibatkan penduduk Marawi dalam proses pembangunan ulang. Presiden Duterte berencana membangun zona ekonomi dan kamp militer di Marawi.
”Kami mendukung seruan penduduk Marawi agar mereka diizinkan pulang ke tanahnya dan memperbaiki atau membuat rumah baru di lokasi yang sama dengan sebelum serangan,” tegasnya. (sha/c10/pri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... RI-Filipina Bersepakat Meningkatkan Keselamatan Navigasi
Redaktur & Reporter : Adil