Setelah Seribu Warga Berkumpul dengan Dulang

Rabu, 06 Juli 2016 – 19:25 WIB
Tadisi Ngejot digelar pada hari terakhir Ramadan. FOTO: Lombok Post/JPNN.com

jpnn.com - MATARAM - Masyarakat Desa Lenek, Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) punya tradisi unik pada hari terakhir Ramadan. Pada hari terakhir Ramadan, mereka ramai-ramai menyediakan dulang (nampan) berisi makanan untuk sanak keluarga mereka. Tradisi berbagi makanan ini dikenal dengan nama ngejot.  

Dulang itu dibawa oleh kaum perempuan. Beriringan berjalan kaki, mereka kumpul di lapangan desa setempat. Dulang itu ditaruh di atas kepala mereka, setelah semua jenis makanan ditata di atas piring.

BACA JUGA: Drainase Tersumbat, Pemerintah Salahkan Masyarakat

Dulang itu ditutup dengan penutup dulang warna merah yang terbuat dari anyaman daun enau atau pohon aren.

Setelah kurang lebih seribu warga kumpul dengan dulang mereka, barulah rangkaian acara ngejot dimulai.

BACA JUGA: Oalah! Aktivitas Tambang Batu Ini Sudah Hancurkan Lingkungan

Seperti dilansir Lombok Post (JPNN Group), ngejot dimulai dengan prosesi adat dari tiga unsur kepemimpinan masyarakat Sasak yang ada di Lenek, yakni pemangku adat, pemusungan (kepala desa) dan penghulu agama.  

Mangku adat direpresentasikan oleh tokoh adat/tokoh masyarakat, pemusungan merupakan representasi pemerintah, dan seorang ustaz merupakan representasi penghulu agama.

BACA JUGA: Nelayan Natuna Harus Siap dengan Rencana Presiden Jokowi

Ketiga perwakilan itu duduk di atas sebuah panggung kecil berbentuk segi empat di tengah lapangan. Sesuai adat istiadat, posisi duduk ketiga pimpinan ini di sebalah utara.

Selanjutnya, dilakukan prosesi penyerahan abah-abah (barang pemberian) dari perwakilan masyarakat kepada tiga unsur pemimpin masyarakat ini.

Sebelum diserahkan, perwakilan masyarakat ini terlebih dahulu harus mengelilingi lokasi prosesi sebanyak tujuh kali.

Abah-abah yang diserahkan ini berisi sampak atau dulang makanan, penginan atau lakesan, ceceret tanak dan teper galang (tikar dan bantal). Penyerahan abah-abah ini kemudian dilakukan dengan mengucapkan lafaz ijab-kabul.

Kemudian pembacaan doa yang dipimpin penghulu agama. Abah-abah yang diserahkan perwakilan masyarakat ini kemudian ditukar dengan makanan seperti beras, gula, buhan-buhan dan sembako lainnya.

“Ini sebagai wujud kesetiaan masyarakat pada pimpinan mereka,’’ kata tokoh masyarakat Lenek, Tahir Royaldi yang pada tahun ini dipercaya sebagai ketua panitia penyelenggaraan ngejot secara kolektif.(JPG/fat/r5/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapolda: Malam Takbiran di NTT Aman


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler