jpnn.com - PADANG - Data yang diungkap Asisten Deputi Perlindungan Anak Darurat dalam Situasi Bencana dan Pornografi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Valentina Beru Ginting, ini mengejutkan.
Sekitar 25 ribu konten pornografi diunduh setiap hari di Indonesia. Pelakunya, anak-anak dan remaja.
BACA JUGA: Top! Semua Anggota Dewan Negatif Narkoba
Kondisi tersebut, perlu mendapatkan perhatian serius karena eksploitasi seksual terhadap anak bermula dari penyalahgunaan media sosial.
Valentina Beru Ginting menyebutkan, penggunaan internet atau media sosial merupakan awal dari eskploitasi seksual terhadap anak.
BACA JUGA: 2 Hari Hilang, Santri Ditemukan Sudah tak Bernyawa
Untuk itu, sejak awal anak harus diberi pemahaman terhadap sisi negatif dari penggunaan media sosial dan internet serta dampak penyalahgunaan media sosial.
Dikatakan, saat ini banyak anak belum memahami dampak dari penggunaan media sosial. Misalnya, menyebarkan foto atau video tertentu yang mereka miliki.
BACA JUGA: Lebaaaayy... Bandar Nangis saat Memusnahkan Sabu-sabunya
Tanpa disadari, kalau foto atau video yang diunggah itu memiliki konten pornografi.
Hal itu kerap memancing datangnya pelaku kejahatan, terutama pelaku kejahatan seksual yang bakal mengintai anak.
“Ketika melihat foto dan video yang diunggah, pelaku kejahatan seksual akan mendekati si anak dan melakukan pertemanan. Setelah itu, pelaku kejahatan, melancarkan niat jahatnya kepada anak,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (1/9) saat kampanye bersama lindungi anak di gedung KNPI Sumbar.
Valentina mengatakan, untuk mencegah tindak kejahatan terutama kejahatan seksual yang terjadi terhadap anak, kementeriannya gencar kampanye Bersama Lindungi Anak (Berlian) pada beberapa daerah di Indonesia termasuk di Sumbar.
“Di Bukittinggi sudah kita selenggarakan, hari ini di Padang. Berikutnya, akan dilanjutkan di beberapa daerah lainnya di luar Sumbar,” ujarnya.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan, anak-anak secara kognitif memang belum matang, terutama dalam sikap mental. Banyak anak belum mampu membedakan salah dan benar secara tegas. “Peran orangtua sangat dibutuhkan dalam hal ini," ujar Irwan.
Dia mengatakan, internet tidak hanya memiliki sisi negatif, tapi juga sisi positif. Tergantung bagaimana penggunaannya.
“Anak bisa belajar banyak melalui internet. Karena itu, intinya adalah pengawasan orangtua dan pemahaman penggunaan internet,” ujarnya.
Kampanye Berlian sebagai salah satu bentuk gerakan global he for she yang memiliki manfaat sangat besar. Program yang dicanangkan 1 Januari 2016 itu, memiliki 17 indikator.
Presiden mengharapkan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak jadi perhatian pemerintah pusat dan daerah.
Partisipasi perempuan dalam pembangunan diharapkan bisa mencapai 30 persen, angka kematian ibu dikurangi serta terjadi peningkatan perekonomian perempuan.
Irwan Prayitno menyebut, program ini salah satu komitmen Presiden Joko Widodo yang akan didukung penuh Pemprov Sumbar.
Irwan mengatakan, secara budaya, Sumbar menganut paham matrelinial yaitu garis keturunan ibu, yang menempatkan perempuan pada posisi terhormat.
Ia berharap kampanye Berlian menambah kesadaran masyarakat terhadap perlindungan perempuan dan anak.
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Sumbar, Ratna Wilis mengatakan, kampanye Berlian di Padang diikuti 500 pelajar dan mahasiswa.
“Kita berharap anak-anak yang ikut dalam kampanye ini, dapat menjadi ujung tombak pencegahan terhadap kekerasan terhadap anak,” ujarnya.(wni/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wah Gimana Nih, Perjudian Kok Malah Makin Meningkat
Redaktur : Tim Redaksi