jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi V DPR Fraksi Partai Nasdem Syarif Abdullah Alkadrie mendukung penuh rencana pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Tengah atau Kalimantan Barat.
Wacana pemindahan ibu kota ini sudah muncul sejak kepemimpinan Presiden RI Pertama Soekarno. Wacana itu muncul kembali di era Presiden RI Keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
BACA JUGA: Ibu Kota RI Mau Dipindah dari DKI? Ini Respons Gubernur Djarot
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun akhirnya melanjutkan wacana ini dengan meminta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro melakukan kajian secara mendalam terlebih dahulu.
Abdullah menjelaskan, sebelumnya Indonesia pernah tiga kali pindah ibu kota. Pemindahan ibu kota yang pertama adalah dari Jakarta ke Yogyakarta pada 4 Januari 1946.
BACA JUGA: 4 Alasan Kalsel Layak Gantikan Jakarta sebagai Ibu Kota
Setelah Yogyakarta, ibu kota Indonesia sempat juga dipindah ke Bukittinggi, Sumatera Barat pada 19 Desember 1948.
Kemudian pemindahan ibu kota yang terakhir adalah ke Bireuen, Aceh. Pemindahan itu juga terjadi pada tahun 1948, namun hanya berlangsung selama seminggu.
BACA JUGA: Fahri Hamzah: Lagi Miskin, Pemindahan Ibu Kota Tak Mungkin
“Perpindahan ibu kota dapat mengurangi beban Jakarta yang sudah terlalu padat," kata Abdullah, Rabu (5/7).
Dia mengatakan, Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan bisnis sudah terlampau berat. Beban ini harus dipisah.
“Jakarta tetap menjadi pusat bisnis, sedangkan ibu kota baru sebagai pusat pemerintahan," kata Sekretaris Fraksi Partai Nasdem itu.
Abdullah menegaskan, sikapnya mendukung pemerintah untuk memindahkan ibu kota negara di luar pulau Jawa apakah di Kalteng maupun di Kalbar karena diyakini membawa perubahan.
“Sudah sangat penting wacana itu diwujudkan. Jakarta itu pusat segalanya," katanya.
Apalagi kemacetan makin parah dan permukaan tanah yang terus menurun karena beban di atasnya serta penggunaan air tanah.
Pemindahan ini jelas akan membawa perkembangan dan kemajuan daerah ibu kota baru maupun daerah sekitarnya.
"Selain itu pemerataan pembangunan dan melahirkan pusat perekonomian baru,” urainya.
Dia beralasan, Kalteng atau Kalbar selain kawasannya yang masih luas dengan sumber daya alam yang banyak tersedia, juga jauh relatif aman dari bencana alam seperti gunung api, banjir, gempa.
“Kalbar atau Kalteng itu posisinya di tengah-tengah Indonesia dan masih dekat dengan Jakarta. Akses dari Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Papua juga lebih dekat,” papar junior Sultan Hamid II ini. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kalau Diperlukan, Pemindahan Ibu Kota Sah-Sah Saja
Redaktur & Reporter : Boy