Setujukah Anda Mayoritas Guru Honorer Dipecat?

Jumat, 14 Februari 2020 – 06:25 WIB
Pengamat dan Praktisi Pendidikan Indra Charismiadji. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji mengatakan, guru honorer yang tidak punya NUPTK (nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan) tidak layak dipertahankan.

Menurut Indra, guru honorer yang tidak punya NUPTK berarti tidak berkualitas. Karena itu, kata Indra, mereka sebaiknya diberhentikan.

BACA JUGA: 50% Dana BOS untuk Gaji Guru Honorer Belum Menuntaskan Masalah

"Kok ada guru honorer bisa tanpa NUPTK, tidak tahu di lapangan pada seenaknya saja. Jumlah mereka banyak banget memang dan mereka memang tidak layak," kata Indra kepada JPNN.com, Kamis (13/2).

Data Kemendikbud mencatat, 47 persen dari total 1.498.344 guru honorer telah memiliki NUPTK. Dengan kata lain, hanya 708.963 guru honorer yang punya NUPTK.

BACA JUGA: 789.381 Guru Honorer Tanpa NUPTK, tak Bisa Ikut Nikmati Dana BOS

Artinya, lebih banyak guru honorer yang belum memiliki NUPTK, yakni mencapai 789.381 orang atau 53 persen dari total jumlah guru honorer.

Ditegaskan Indra bahwa para guru honorer tanpa NUPTK tersebut tidak layak dipertahankan. Mereka ini tidak bermanfaat untuk pembangunan SDM unggul.

BACA JUGA: Mentan SYL: Arahan Presiden, Berhentilah Pura-pura Mengurusi Rakyat

"Guru honorer memang tidak bisa menopang SDM unggul jadi layak diberhentikan," tegasnya.

Indra menceritakan saat rapat panja di DPR membahas revisi UU Sistem Pendidikan Nasional, dirinya dicecar tentang nasib guru honorer.

Di depan pimpinan dan anggota Komisi X DPR RI, Indra mengatakan, harus memilih mau membela sekelompok guru honorer yang butuh makan atau jutaan generasi penerus bangsa.

"Saya katakan mana yang jadi prioritas kita? Kalau kita pilih guru honorer, SDM unggul tidak akan pernah tercapai," ucapnya.

Kalau untuk masa depan bangsa, lanjut Indra, tolong pindahkan guru honorer ini ke bidang lain yang lebih layak. Pendidikan bukan tempat penyerapan tenaga kerja yang tidak punya keahlian mendidik. (esy/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler