SGG Diminta Pertahankan Jatidiri Semen Padang

Senin, 17 Mei 2010 – 18:43 WIB
JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR, H Refrizal mengingatkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Direksi PT Semen Gresik Group (PT SGG) meninjau kembali pemberian nama PT SGG III terhadap pembangunan pabrik semen baru di kawasan Indarung-Kota Padang, Sumatera BaratMenurut Refrizal, tetap saja konsisten dengan nama yang telah melegendaris yakni PT Semen Padang (PTSP).

"Dari dokumen yang saya peroleh, dalam tahun 2010 ini PT SGG akan melakukan perluasan pabrik dengan cara membangun pabrik semen baru di kawasan Indarung Kota Padang nilai investasinya sebesar USD350 juta

BACA JUGA: Sri Mulyani Bakal Pecat Lagi Tiga Anak Buahnya

Yang saya tidak habis pikir, pabrik baru itu diberi nama PT Semen Gresik Group III (PT SGG III)," kata Refrizal, di DPR, Senayan Jakarta (17/5).

Selain mengungkap dokumen rencana investasi PT SGG di Indarung Kota Padang, Refrizal juga mengetahui hal tersebut saat digelarnya rapat dengar pendapat (RDP) Direksi PT SGG dengan Komisi VI DPR, Rabu (5/5), yang juga dihadiri oleh Dirut PT SGG Dwi Soetjipto.

Lebih jauh Anggota Fraksi PKS itu mengakui bahwa dirinya menyambut baik rencana penambahan pembangunan pabrik baru tersebut guna mengantisipasi kebutuhan semen nasional di masa datang
"Saya pikir pembangunan pabrik baru itu bagus, tapi jangan atas nama pembangunan lalu mengancam eksistensi dan trade mark daerah Kota Padang sebagai kawasan tertua dan pertama yang memiliki industri semen di Indonesia," pinta Refrizal.

Dalam perspektif bisnis, lanjut Refrizal, pasca akuisisi PTSP oleh SGG tahun 1995 masyarakat Kota Padang khususnya dan Sumatera Barat umumnya tidak dapat apapun dari PT Semen Padang

BACA JUGA: Sistem Pajak Dinilai Lemah

Satu-satunya yang tersisa adalah kebanggaan sejarah dan identitas daerah dengan nama PT Semen Padang.

"Saat ini, kebanggaan tersebut pun akan dikaburkan dengan cara mendirikan pabrik baru dengan nama PT Semen Gresik Group III di dalam kawasan PT Semen Padang," tegas Refrizal.

Di tempat terpisah, Ketua Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Bung Hatta, Dahnil Aswad mempertanyakan cara-cara yang ditempuh oleh PT SGG dalam merealisir pembangunan PT SGG III.

"Mirip dengan proses akuisisi dahulunya yang berlangsung diam-diam, cara-cara yang sama kembali diulang oleh PT SGG
Secara sepihak PT SGG menunjuk langsung LPEM Institut Teknologi Surabaya (ITS) untuk melakukan studi kelayakan," kata Dahnil Aswad, yang juga Ketua YLKI Sumatera Barat itu.

Menurut Dahnil, penunjukan LPEM ITS oleh PT SGG untuk melakukan studi kelayakan di Indarung Padang, patut pula dicurigai sebagai bukti kurang terbukanya Dirut PT SGG Dwi Soetjipto dalam proses pembangunan pabrik di Indarung

BACA JUGA: Surplus USD 6,6 Miliar

"Kita tahulah, Pak Dwi itu Ketua Umum DPP Alumni ITSTapi kita menghimbau jangan gunakan posisi dirut untuk memberikan proyek terhadap almamater, apalagi proyek tersebut berhubungan dengan sebuah metodologi yang juga dimiliki dan dikuasai oleh sejumlah perguruan tinggi di Sumatera Barat," saran Dahnil.

Tanpa bermaksud mencurigai kinerja LPEM ITS, kata Dahnil, seyogianya Dirut PT SGG juga memberikan porsi tanggung jawab ilmiah yang berhubungan dengan studi kelayakan terhadap pembangunan pabrik semen tersebut, karena jika terjadi sesuatu terhadap pabrik baru itu, masyarakat pasti akan mempertanyakannya ke perguruan tinggi di Sumbar.

Terkait dengan pemberian nama terhadap pabrik baru tersebut, Dahnil Aswad sependapat dengan Refrizal"Sebaiknya konsisten saja diberi nama Pabrik Semen PadangUntuk apa harus memaksakan nama baru PT SGG III kalau akan menghilangkan eksistensi dan jatidiri satu daerah," ujarnya(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KS Resmi Tunjuk Tiga Underwriter


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler