jpnn.com - Berparas menarik dan berjiwa petualang. Itulah sosok Shaesta Waiz, perempuan asal Afghanistan yang melakukan terbang solo mengelilingi dunia.
MADE DWIJA PUTRA, Denpasar
BACA JUGA: Alasan Keimigrasian Bikin Persiba Urung Gaet Kapten Timnas Afghanistan
SAAT ini Waiz sedang mewujudkan obsesinya berkeliling dunia sendirian dengan pesawat. Setelah 90 hari berkeliling dunia, pilot yang kini berusia 29 tahun itu mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali, Selasa (15/8).
Perjalanan Waiz sejauh ini memang bukan pekerjaan mudah. Perlu keberanian dan tekad luar biasa untuk mampu mewujudkan misi tersebut.
BACA JUGA: Nih Lihat, Dua Pilot Muda Papua Ikut Ramaikan Dunia Penerbangan
Beruntung, perempuan pilot itu punya nyali hebat. Lulusan Embry-Riddle Aeronautical University di Amerika Serikat itu memulai misi penerbangan solonya dari Bandara Internasional Daytona Beach pada musim gugur 2016.
Dia terbang dengan pesawat Beechcraft Bonanza A36 bernomor registrasi N364ER. Total jarak penerbangan yang sudah ditempuh Waiz untuk mengelilingi lima benua seorang diri adalah 25.000 mil laut yang mencakup 18 negara selama 90 hari.
BACA JUGA: Penjaga Masjid Ditembak, Jemaah Sedang Salat Dilempari Granat
Karena itu, berbagai negara pernah dia kunjungi. Selain AS, negara lain yang pernah disinggahi Waiz adalah Kanada, Portugal, Spanyol, Italia, Yunani, Mesir, Bahrain, Uni Emirat Arab, Oman, India, Sri Lanka, Thailand, Singapura, Australia, Kaledonia Baru, Samoa dan Kiribati.
Di Indonesia, Waiz tidak hanya singgah di Bali. Sebab, dia juga sempat singgah di Batam.
Sedangkan di AS, kota atau negara bagian yang pernah dia singgahi adalah Columbus dan Cincinnati di Ohio, Grand Rapids di Michigan, Hilo di Hawaii, El Cajon di California, Phoenix di Arizona, Kansas, Washington DC, Atlanta di Georgia dan Mobile di Alabama.
Waiz menceritakan pengalaman hidupnya bersama keluarganya. Dia pindah tinggal ke Amerika Serikat pada umur 1 tahun.
Dia memiliki lima saudara kandung yang hidup dalam keluarga religius. Bahkan, pihak keluarga menginginkan Waiz untuk menikah di usia muda dan segera memiliki keturunan.
“Orang tua saya dulu begitu. Sebagai anak kecil saya sangat pemalu dan tak pernah sendiri. Takut sendiri selalu ditemani. Karena saya merasa melakukan segala sesuatu sendiri itu mustahil dan menakutkan,” kenangnya saat ditemui di Hotel Discovery Kartika Plaza, Kuta.
Namun, Waiz memilih jalan hidup sendiri. Menurutnya, menjadi pilot dan terbang di langit adalah impian terbesarnya selama ini. Hal itu terpacu rasa penasaran waktu kecil ketika melihat pesawat di udara yang bisa terbang.
Bahkan, dia menduga pesawat seperti logam dan menakutkan karena bisa jatuh. Nah, menginjak usia 18 tahun, untuk pertama kalinya Waiz naik pesawat sebagai penumpang.
Dari situlah dia memiliki tekad kuat untuk menjadi pilot. Kekhawatiran orang tua pun tak menyurutkan niat Waiz.
Akhirnya dia mulai mengikuti kursus pilot. “Pada awal mula penerbangan saya ambil kursus tambahan khusus untuk pendidikan penerbangan, ” jelasnya.
Selanjutnya, dia melanjutkan sekolahnya di Embry-Riddle Aeronautical University. Dia mengambil master dalam bidang penerbangan.
Namun, dia bertekad terbang sendiri. Alasannya karena sudah ada tujuh pilot yang terbang solo keliling dunia. Waiz pun ingin menjadi yang kedelapan.
Tekad Waiz juga menggebu-gebu karena jumlah perempuan yang berprofesi sebagai pilot masih minim. Data International Civil Aviation Organization (ICAO) menunjukkan jumlah perempuan yang menjadi pilot pesawat komersial hanya sekitar 6 persen dari total keseluruhan pilot yang ada.
Selain itu, kegiatan solo flight oleh Waiz juga mengusung misi untuk menginspirasi generasi muda, khususnya kalangan perempuan agar tertarik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, teknik dan matematika di bidang penerbangan.
Dia menambahkan, dari misi misi terbang solo keliling dunia ini dia memperoleh pengalaman baru dan bisa bertemu banyak orang. “Saya tidak pernah percaya bisa berkeliling dunia karena hanya melihat lewat buku-buku saya. Namun, saya berpikir suatu saat akan berkeliling dunia dan memang terbukti dan ini jadi pengalaman berharga buat saya,” terangnya.
Sedangkan Bali menjadi lokasi pendaratan yang ke-16 bagi Waiz sejak start di Florida. Begitu tiba di Bali, Waiz mengaku sangat senang meski tiga tahun lalu dia sudah pernah mengunjungi Pulau Dewata.
“Dari penerbangan ini saya berharap dapat bertemu lagi di masa-masa yang akan datang. Saya sangat mencintai Bali. Ingin mengetahui sesuatu dan sangat memimpikan datang lagi ke Bali,” jelasnya.
Namun, yang paling berkesan ketika dia melewati Samudra Atlantik. Sebab, lautan luas itu memang menyuguhkan tantangan tersendiri.
“Melewati Samudra Atlantik sangat menantang. Awalnya melewati badai salju namun dalam beberapa menit saya melihat sekeliling di atas Atlantik semuanya lautan. Tidak ada kapal apa pun. Benar-benar merasa sendiri. Hanya ada air yang saya lihat,” tuturnya.
Dan kehadiran Waiz di Bali pun terasa istimewa. Sebab, dia singgah di Bali bersamaan saat Indonesia sedang dalam suasana perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-72 kemerdekaan RI.
Dia menilai masyarakat di Indonesia sangat akrab. “Ikatan kekerabatan yang kuat,” katanya.
Waiz juga berpesan untuk perempuan Indonesia agar tidak tergantung dengan keadaan. Menurutnya, kalangan perempuan harus tangguh dan mandiri.
“Jangan pernah malu melakukan sesuatu. Berkontribusilah untuk semua orang, lingkungan dan negara,” jelasnya.
Setelah singgah di Bali, Kamis ini (17/8) dia melanjutkan terbang ke Darwin, Australia. Dari Darwin, dia akan kembali ke Daytona Beach.(rb/dwi/mus/JPR)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemimpin ISIS Tewas, Kekuatan Tersisa 1.000 Militan
Redaktur : Tim Redaksi