jpnn.com, PAPUA - Mimpi dua pemuda Papua, Herman Zonggonau dari suku Moni dan Amianus Wamang dari suku Damal menjadi kenyataan.
Pada 21 Juli lalu, mereka dinyatakan lulus dan diwisuda oleh Genesa Flight Academy. Kehadiran mereka ikut meramaikan dunia penerbangan, khususnya di Papua.
BACA JUGA: Freeport Berpeluang Beroperasi sampai 2041
Perjalanan kedua pemuda ini dimulai sejak 2013, saat mereka lolos seleksi program beasiswa khusus Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK). LPMAK adalah lembaga pengelola dana kemitraan PT Freeport Indonesia bagi pengembangan masyarakat.
Sebelum memasuki masa studi, peserta program mendapatkan bimbingan baik secara mental dan psikis dari Yayasan Bina Teruna Bumi Cendrawasih (Binterbusih), sebagai mitra Biro Pendidikan LPMAK yang melakukan pendampingan bagi peserta program. Herman dan Amianus kemudian menempuh studi selama tiga tahun di Genesa Flight Academy.
BACA JUGA: Klinik Terapung Freeport jadi Salah Satu Inovasi Dalam FEII 2017
“Beasiswa adalah kesempatan bukan hak, paradigma ini dibangun untuk mendorong mentalitas anak-anak dari tujuh suku untuk bersaing dan meraih peluang. Ada empat komitmen pendampingan yang diterapkan, diantaranya, membangun iman yang teguh, karakter yang kuat, pengetahuan yang memadai dan skill,” ujar Paul Sudiyo, Ketua Yayasan Binterbusih.
Sedangkan terkait pendampingan mahasiswa penerima beasiswa LPMAK, Paul mengatakan, tantangan terbesar adalah dalam memberikan motivasi dan bimbingan.
BACA JUGA: BNN Tes Urine Awak Pesawat, Hasilnya?
"Khususnya untuk menjadikan mereka pribadi yang disiplin, bertanggung-jawab dan berkomitmen untuk menyelesaikan studi," tutur dia.
Dengan penuh kegigihan, akhirnya Herman dan Amianus bisa mencapai mimpinya sejak kecil, yang terinsipirasi dari melihat saudara-saudaranya di wilayah pegunungan, yang harus memikul hasil kebun melewati lembah dan sungai besar.
Herman dan Amianus adalah dua di antara pilot-pilot Papua lain yang lahir melalui program beasiswa dana kemitraan Freeport yang dikelola LPMAK.
“Saya berjuang mengejar mimpi dengan dukungan berbagai pihak. Biaya pendidikan sekolah penerbangan mencapai Rp 1 miliar, belum ditambah dengan training-training keahlian khusus untuk penambahan rating,” kata Herman menyampaikan rasa syukurnya.
Beruntung, kini mimpi itu sudah menjadi kenyataan.
"Saya lahir dari keluarga yang sederhana, mimpi saya ini menjadi sesuatu yang mustahil, tapi akhirnya bisa tercapai," ucapnya.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pilot Ditangkap Sebelum Terbangkan Pesawat, Ayo Tebak Maskapainya Apa?
Redaktur & Reporter : Yessy