jpnn.com - JERIT tangis tiada henti di ruang instalasi pemulasaran jenazah RS Kandou Malalayang, Manado, Minggu (25/10). Di ruangan sempit itu korban kebakaran tempat karaoke Inul Vista diidentifikasi. Kantong-kantong mayat yang tergeletak di lantai menjadi tontonan orang.
Jenazah pertama yang berhasil diidentifikasi dan di bawah pulang adalah Shinta Virginia Sajow SPd (22), warga Desa Koka, Jaga I, Kecamatan Tombulu, Kabupaten Minahasa. Ia keponakan Bupati Minahasa Jantje Wowiling Sajow (JWS).
BACA JUGA: Malu-Maluin...Pawai Juara Persib, Bobotoh Kok Memalak Wisatawan
Shinta pada 16 Oktober, lalu, baru saja di wisuda dan meraih gelar S1 Pendidikan di Universitas Negeri Manado (Unima). Lebih memiriskan lagi, selang dua hari kemudian, tepatnya 18 Oktober, Shinta juga baru merayakan HUT ke-22. Saat itu, sempat pula digelar ibadah syukur bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Ketua Pemuda GMIM Bethlehem Koka Pnt Evert Tombang menyebutkan, sempat tak percaya, bahwa korban yang juga menjabat Sekretaris Pemuda GMIM Koka ini telah tiada.
BACA JUGA: Kurnia Sandy, Mantan Kiper Nomor Satu Indonesia Itu Terbaring di RS
“Saya dapat kabar jam setengah empat subuh tadi (kemarin, red). Pertama kali dengar tidak percaya, tapi saat dibilang jenazahnya sudah di RS Malalayang saya langsung pergi ke RS,” katanya dengan nada lirih.
Begitu pun, Ketua Pemuda Wilayah Kembes Pnt Demsy Kindangen, juga sempat tidak percaya, mengenai kabar meninggalnya Shinta. “Pagi-pagi lihat status di media sosial (Medsos). Ternyata betul rekan sepelayanan kami menjadi salah satu korban meninggal di Inul Vista. Atas nama pemuda wilayah menyampaikan turut berduka cita,” terang Kindangen.
BACA JUGA: Turnamen Sepak Bola di Tengah Kepungan Asap, gak Mungkin Pemain Pakai Masker
Sementara itu, ucapan belasungkawa datang dari Civitas FMIPA Unima. “FMIPA Unima menyampaikan turut berduka cita atas meninggalnya mahasiswa terbaik FMIPA 2011-2015 Shinta Virgina Sajow SPd,” kata Pembantu Dekan II Bidang Kemahasiswaan Dr Dennie H Rompas, kemarin.
Jenazah yang berhasil diidentifikasi selanjutnya, yakni pasangan suami istri Claudia Wowor dan Ferdy Kalalo. Keluarga tak kuasa menahan kesedihan. Air mata terus berderai saat menunggu kedua jenazah untuk dibawa pulang.
“Kaka ….,” itulah kalimat yang keluar dari mulut Andre Kalalo, adik kandung korban. Dia terus menangis melihat kakaknya terbaring kaku di peti jenazah. Bahkan dirnya harus dipapah oleh keluarga lain.
Susan Kalalo, yang merupakan tante dari korban mengatakan kasihan mereka berdua. “Baru November 2014 lalu mereka menikah. Dan Claudia sementara mengandung calon bayi mereka dua bulan,” kata Susan.
Ibu Wane lumenta, yang merupakan orang tua dari pasangan suami istri tersebut terus menangis tak kuasa menahan kesedihan. “Ado kasiang eh, Tuhan ada berkati ngoni dua di gereja sehidup semati, sekarang ngoni dua sama-sama begini, ado kasiang. (Aduh kasihan. Tuhan berkati kalian berdua di gereja sehidup semati. Sekarang kalian sama-sama begini (meninggal),” ungkap Lumenta, yang terus memeluk peti jenazah anaknya.
Kesedihan juga tampak di keluarga Kaawoan-Montoi, ayah dan ibu dari Silvia Kaawoan (25) dan Brayen Kaawoan, yang kedua anak mereka menjadi korban dalam peristiwa tersebut.
“Ado kasiang, anakku. Oh Tuhan dua anakku. (Aduh kasihan, anakku. Oh Tuhan dua anakku, red),” kata Webi Kaawon terus memegang dadanya, dan bolak-balik melihat anak perempuannya, selanjutnya melihat anak lelakinya.
Bahkan ibunya tiga kali harus dipapah keluarga karena terjatuh melihat kedua buah hatinya sudah tidak bernyawa di peti jenazah. “Oh kasiang, tolong. Satu kali ambe dua kasiang kita pe anak. (Oh kasihan, tolong. Kedua anakku diambil sekalian,” kata Syane Montoi, ibu korban.
Korban yang lain Cicilia Wonok, warga Desa Tumanik. Cicilia berteman dengan Claudia. Saat di ruang pemulasaran, Lomenta, ibu Claudia ikut mendekati jenazah Cicilia, sambil menangis terbata-bata.
“Tante cuman mo bilang selamat jalan, adu kasiang cici, nanti baku dapat di sorga. kasiang, kamu baku janji kasiang dengen teman-teman. (Tante cuma mau bilang selamat jalan. Nanti bertemu di surge. Kasihan, kamu janjian dengan teman-teman),” ungkap Ibu Lomenta.
Yang disesalkan keluarga, sampai saat ini belum ada bantuan satu pun dari pihak Inul Vista. “Sampai saat ini belum ada bantuan dari pihak Inul Vizta,” ungkap keluarga Cicilia Wonok.
Bahkan Dylan Wonok, minta tempat hiburan perlu mengevaluasi akses, termasuk alat keselamatan. “Setiap tempat hiburan atau rumah makan, pertama akses jalan keluar, baru alat keselamatan harus benar diperhatikan,” kata Wonok.
Korban meninggal lain, yakni Bilman Simatupang. Dia merupakan warga Provinsi Jambi. Dia merupakan pengasuh di IPDN. “Ini sebagai musibah. Jadi pemulangan jenazah ke Jambi akan difasilitasi, karena pegawai. Sebenarnya juga hari ini (kemarin), korban ada tugas Diklat di Akpol Semarang, dan berangkat pagi,” kata Alex Wowor, Dirut IPDN.
Sementara itu, Kompol Jim Pinasan selaku Komandan Disaster Victim Identification (DVI) mengaku tidak kesulitan mengidentifikasi korban. Karena, secara fisik masih utuh dan wajah terlihat jelas. “Korban tidak terbakar, hanya keracunan karena asap. Jadi, tidak ada kesulitan. Semua dikenali keluarga,” ungkap Jim yang dibantu 30 orang petugas.
Kepala Badan Penagulanggan Bencana Daerah (BPBD) Maximilian Tatahede, menyampaikan turut berduka cita atas peristiwa tersebut. “Dari pemerintah Kota Manado, Pak wali kota membiayai semua peti dan perlengkapan semua korban,” sebutnya.(tr-06)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Rumah Guru Madrasah Ini Ada 107 Keris, Dua Tombak, Lima Pedang, Dua Trisula
Redaktur : Tim Redaksi