Shoji Morimoto memiliki apa bagi sebagian orang kelihatannya sebagai pekerjaan impian: dia dibayar untuk tidak melakukan apa-apa.
Penduduk Tokyo berusia 38 tahun mengenakan biaya 10.000 yen (Rp1 juta) per pemesanan untuk menemani klien, yang tugasnya memang tak ada yang lain hanya menemani.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini Berkabung: Ratu Elizabeth Mangkat, Charles Jadi Raja
"Pada dasarnya, saya menyewakan diri saya. Pekerjaan saya adalah berada di mana pun klien menginginkan saya, dan tidak melakukan apa pun secara khusus," kata Shoji kepada kantor berita Reuters.
Ia mengaku kalau ia sudah menangani sekitar 4.000 sesi bersama klien-kliennya dalam waktu empat tahun.
BACA JUGA: Pelangi Muncul Saat Warga Inggris Tangisi Kepergian Ratu Elizabeth II di Depan Istana Buckingham
Dengan tubuh kurus dan penampilan rata-rata, Shoji memiliki hampir seperempat juta pengikut di Twitter, di mana ia bertemu dengan para klien-nya.
Kira-kira seperempat dari mereka adalah pelanggan tetap, termasuk yang telah mempekerjakannya sampai 270 kali.
BACA JUGA: Apa yang Akan Terjadi dengan Uang Kertas di Australia Setelah Ratu Elizabeth II Meninggal?
Saat sedang bekerja, ia diminta untuk menemani seorang yang ingin bermain jungkat-jangkit di taman. Pernah juga ia diminta untuk melambaikan tangannya di stasiun kereta api, saat ada kliennya yang ingin punya seseorang melepasnya pergi.
Meskipun layanan menyewa orang seperti ini sudah pernah terdengar sebelumnya di Jepang, di mana ada agensi yang menyewakan aktor untuk menjadi teman teman, yang membedakan Shoji adalah pendekatannya, yakni ia tidak perlu banyak usaha saat bekerja, karena tak ada peran spesifik yang harus dilakukan.
"Yang saya maksud dengan tidak melakukan apa-apa adalah, saya hanya makan dan minum [dengan klien saya], dan saya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang gampang dijawab dengan sederhana," jelasnya.
Tapi bukan berarti Shoji mau melakukan apa pun.
Dia menolak tawaran untuk memindahkan lemari es "karena melibatkan pekerjaan fisik", perjalanan ke Kamboja, dan tidak menerima permintaan apa pun yang sifatnyaseksual.
Pekan lalu, Shoji duduk berhadapan dengan Aruna Chida, seorang analis data berusia 27 tahun untuk mengobrol ringan sambil minum teh dan kue.
Aruna ingin mengenakan pakaian tradisional India di depan umum, tapi kalau ia ajak teman-temannya malah takut jadi mempermalukan mereka.
Jadi dia berpaling ke Shoji untuk menemaninya.
"Dengan teman-teman saya, saya merasa saya harus menghibur mereka, tetapi dengan orang sewaan [Shoji] saya tidak merasa perlu untuk mengobrol," katanya.
Sebelum Shoji melakukan pekerjaannya, dia bekerja di sebuah perusahaan penerbitan dan sering dicaci karena "tidak melakukan apa-apa".
"Saya mulai bertanya-tanya apa yang akan terjadi kalau menggunakan kemampuan 'tidak melakukan apa-apa' tersebut untuk melayani orang," katanya.
Bisnis menemani orang kini menjadi satu-satunya sumber pendapatan Shoji, yang bisa menghidupi istri dan anaknya.
Meskipun ia menolak untuk mengungkapkan berapa banyak total penghasilannya, dia mengatakan rata-rata dia menemani satu atau dua klien dalam sehari.
Sebelum pandemi COVID-19, ia bahkan bisa menemani tiga atau empat klien per hari.
"Orang cenderung berpikir bahwa 'tidak melakukan apa-apa' saya itu berharga karena berguna (bagi orang lain) ... dan tidak apa-apa untuk benar-benar tidak melakukan apa-apa. Orang tidak harus berguna dengan cara tertentu," katanya.
Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari ABC News.teman
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kesaksian Warga di Desa-Desa Jawa Tengah yang Tergenang Air Pasang Abadi