Si Cantik Ini Sudah Merasa Bosan

Sabtu, 24 Desember 2016 – 00:32 WIB
Atlet bulutangkis Provinsi Kepri dari klub Banda Baru Batam, Anbiya Resti Cendani sedang latihan ringan paska mengalami cedera lutut selama tiga bulan. Foto: Octo Zainul Ahmad/Batam Pos/JPNN.com

jpnn.com - BAGI seorang atlet, cedera merupakan hal yang lumrah. Namun, jika cedera lutut, cerita jadi lain. Pasalnya, cedera lutut menjadi hal yang ditakuti para atlet karena bisa berakibat fatal dan buruk, yakni dipaksa untuk pensiun dini.

Octo Zainul Ahmad, Batam

BACA JUGA: Masuk Tim Peneliti NASA, tak Pernah Terpikir Pindah Kewarganegaraan

Gelaran Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat nasional di Jakarta pada Mei 2016 menjadi mimpi buruk bagi pebulutangkis Kepri, Anbiya Resti Cendani.

Cendani, sapaan akrabnya, saat itu mewakili Kepri dalam cabang olahraga (cabor) bulutangkis pada ajang O2SN di Jakarta.

BACA JUGA: Dijuluki Valentino Rossi-nya Indonesia, Tak Bisa Lepas dari Nomor 12

Namun takdir berkata lain. Pebulutangkis Kepri yang turun di nomor tunggal putri tingkat SMA ini mengalami cedera lutut tendon pada kaki kirinya yang terbilang parah.

Cedera itu dialaminya saat bertanding melawan pebulutangkis asal Jakarta pada babak penyisihan. Cedera lutut tendon merupakan cedera yang menimpa tempurung lutut ke tulang kering.

BACA JUGA: Membangun Indonesia Melalui Budidaya Lele

Cedera ini sering menyerang atlet yang kerap melompat seperti bulutangkis, basket, voli dan lain-lain.

"Saat itu saya langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja, Jakarta Utara," ujar Cendani. Gadis kelahiran Jakarta, 16 April 1999 ini terpaksa harus menjalani rawat inap di RSUD Koja selama tiga bulan.

"Selama menjalani perawatan di RSUD Koja, ibu selalu mendampingi. Saya tidak bisa berjalan total," imbuh Cendani.

Usai menjalani perawatan selama tiga bulan, ia pulang ke Batam. Setelah bisa berjalan, putri pertama dari dua bersaudara ini mulai berlatih perlahan-lahan seperti joging dan fitnes untuk memulihkan cedera lutut tendonnya.

Cendani mengaku menyesal cedera tersebut menimpanya. Dia merasa saat itu sedang dalam kondisi fit dan mental yang bagus pada O2SN tingkat nasional tersebut.

Sebelum berhasil lolos ke O2SN tingkat nasional, terlebih dulu Cendani menjuarai O2SN tingkat Provinsi Kepri.

"Menyesal juga sih, tapi mau gimana lagi, cedera bisa menimpa siapa saja dan kapan saja," papar peraih medali emas cabor bulutangkis dalam Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) 2016 ini.

Gelaran O2SN tingkat nasional itu merupakan turnamen terakhir yang ia ikuti pada tahun 2016 ini. Gadis bertinggi 165 cm ini juga menyesali ketidakikutsertaannya dalam turnamen bulutangkis Banda Baru Li-Ning Championship 2016 yang baru berakhir 15 Desember lalu.

"Saat ini saya sedang fokus untuk pemulihan cedera dan cedera saya sudah hampir pulih 100 persen," tutur Cendani.

Dia pun sudah tidak sabar untuk memulai menjalani latihan intensif lagi untuk turnamen-turnamen yang diselenggarakan pada tahun 2017 nanti.

"Bosan juga sudah lama tidak latihan," ujarnya. Pelatihnya yang juga merupakan ayahnya, Arifin, sudah menyiapkan program latihan khusus bagi dirinya di awal tahun 2017 nanti.

"Awal Januari 2017, saya sudah bisa berlatih bersama teman-teman di klub bulutangkis Banda Baru," ungkap peraih medali emas dalam ajang Kejuaraan Bulutangkis Indo Karimun Open 2014 di Karimun itu.

Penyuka traveling ini sudah tidak sabar lagi untuk bertanding di turnamen-turnamen bulutangkis pada tahun 2017 mendatang.

Meski sudah lama vakum dan absen dari dunia bulutangkis selama enam bulan, semangat peraih perunggu dalam Kejuaraan Nasional antar klub bulutangkis pada 2014 di Cirebon ini tidak patah semangat.

"Doakan semoga cedera saya tidak kambuh lagi dan bisa berprestasi kembali," harapnya.

Awal Cendani menekuni dunia bulutangkis terjadi saat ia baru berusia 11 tahun. "Pertamanya saya dipaksa ayah saya karena ayah adalah pelatih bulutangkis," kata siswi kelas XII SMAN 1 Batam ini.

Namun seiring diajak ayahnya saat melatih atlet-atlet bulutangkis klub Banda Baru, Cendani mulai tertarik untuk menekuni olahraga tepok bulu ini.

Berkat didikan dan latihan intensif yang dijalaninya, gadis berambut panjang ini langsung meraih medali perunggu dalam turnamen bulutangkis pertama yang ia ikuti, yakni Kejuaraan Bulutangkis antar pelajar tingkat SD se-Kota Batam pada 2010.

Arifin mengatakan, meski dirinya seorang pelatih sekaligus putri dari Cendani, ia tetap memperlakukan Cendani seperti anak asuhnya yang lain.

Aturan tidak boleh menggunakan ponsel pintar dan menonton televisi ia juga terapkan kepada putrinya tersebut.

"Untuk menjadi atlet yang berprestasi, diperlukan suatu proses yang berat dan panjang," tukas Cendani yang diamini ayahnya.(*/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pesan Habibie untuk Ilmuwan Indonesia di Belanda, Mengharukan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler