Mohammad Baedowy, dari Auditor Bank menjadi Pengusaha Sampah yang Sukses

Sempat Bangkrut, Bangkit karena Filosofi Kaca Spion

Selasa, 01 November 2011 – 08:08 WIB

Awalnya, pekerjaan Mohammad Baedowy cukup mentereng: auditor sebuah bank yang sangat mapanKetika karirnya menanjak, dia memutuskan untuk keluar

BACA JUGA: Henricus Yulianto, Mantan Koki Pribadi Keluarga Muammar Kadhafi

Dia memilih menjadi pengusaha sampah
Kini usahanya menjadi bosnya para pemulung itu kian moncer

BACA JUGA: Siantarman Kumpul, Ada Sudi Silalahi, Surya Paloh, Hingga DL Sitorus



Sugeng Sulaksono, Jakarta

SEHARI-hari Baedowy berkantor di sebuah bangunan yang luasnya sekitar 100 meter persegi
Bangunan yang dilengkapi AC itu terletak agak tersembunyi di antara tumpukan botol oli bekas, botol minuman, botol sampo, dan berbagai sampah plastik

BACA JUGA: Dr Is Fatimah, Manfaatkan Lempung dan Kulit Manggis untuk Menangkap Sel Tenaga Surya



Bangunan tersebut berdiri di atas lahan seluas total seribu meter persegi, di kawasan Desa Cimuning, Bekasi TimurDi tempat itulah, Baedowy meraup rezeki di bawah bendera CV Majestik Buana Group.
   
Kantor yang ditempati Baedowy itu tentu saja tak sementereng kantornya sebelumnyaYakni, ketika dia masih menjadi auditor di Royal Bank of Scotland (RBS) yang berlokasi di kawasan elite Jakarta

"Sekarang saya lihat teman-teman yang masih bertahan di bank tersebutSaya tanya mobilnya apa dan gajinya berapaSetelah tahu, saya bersyukurBerarti keputusan saya keluar dari bank itu sudah benarSebab, pencapaian saya sekarang jauh dari mereka," paparnya"Saya punya driverMobil ada beberapa, dan rumah sangat baik," ucap pria kelahiran Balikpapan, 2 Mei 1973, itu.
   
Dia lantas menceritakan mengapa memutuskan keluar dari pekerjaan sebagai auditor"Saya menyadari bahwa kita bekerja baik pun tidak lantas berbanding lurus dengan prestasi dalam reward gaji," ucapnya

Akhirnya, setelah dipikir secara masak, Baedowy memutuskan untuk keluar dari tempatnya bekerjaDia bekerja di RBS sejak 1997, setelah setahun lulus kuliah di Malang"Jadi, saya bekerja di RBS hanya tiga tahunPada 2000 saya keluar," ujar lulusan Universitas Merdeka Malang ini
   
Di tempat kerja sebelumnya itu, Baedowy sebenarnya berprestasiDia bahkan dijuluki rising star karena dianggap berprestasi ketika usianya masih muda, sekitar 24 tahun
   
Meski begitu, tekadnya untuk berwirausaha sudah bulatKarena itu, dia memberanikan diri untuk berpamitan kepada bosnya"Ketika saya berhenti, bos saya waktu itu bilang, asal kamu tahu ya, orang kayak kamu inilah yang nggak akan bisa suksesYou are so young, very emotionalIngat kata-kata saya, kamu tidak akan bisa suksesKamu tidak sabaran," papar Baedowy mengenang perkataan bosnyaDia hanya ingat bahwa itu hari Kamis, pada pengujung 2000.
   
Menyandang gelar mantan karyawan, Baedowy sempat kebingunganDia mulai banyak berpikir harus berbisnis apaBayangannya saat itu, jika bisnis makanan, ada risiko basiBuah-buahan, risikonya busuk, tanaman ada hama, dan peternakan bisa mati.
   
Meski begitu, akhirnya dia nekat juga berbisnis ternak jangkrikDia pun merombak salah satu kamar di rumahnyaTetapi, giliran musim panen tiba, bukannya bertambah, populasi ternaknya malah susut"Mungkin kanibal atau apa saya tidak paham," kisahnya.
   
Suatu saat dia melihat ada seorang pengusaha sampahDia punya mobil sedan untuk istrinya dan punya mobil Kijang"Padahal, dia hanya lulusan SD," tutur Baedowy

Dia akhirnya bekerja dengan pengusaha sampah itu, sekaligus menggali ilmu dari lulusan SD tersebutDalam beberapa bulan, Baedowy merasa bisa membuka usaha sendiriUntuk itu, dia memutuskan menyewa lahanKantornya saat itu hanya berdinding gedekDia pun memberanikan diri membeli mesin penggiling sampah
   
Problem pertama, mesin bekas yang dia beli itu rusakPihak penjual tidak bisa membetulkannyaKetika pengepul lain diminta tolong, mereka tidak mau mengajarkan bagaimana cara memperbaiki mesin penggiling sampah"Akhirnya saya mencoba membetulkan mesin ini sendiri selama setahunSaya bawa ke tukang besi dan las bubut," kenangnya.
   
Gara-gara mengerjakan sendiri perbaikan mesin penggiling sampah itu, Baedowy jadi tahu seluk-beluk mesinDia bahkan sanggup mendesain mesin sendiri dengan mempelajari kesalahan dari mesin yang adaNamun, saat itu modalnya semakin tipis.
   
Tepat setahun sejak membuka usaha sendiri, dia bangkrut totalHarta tinggal kontrakan rumah, sebuah kipas angin, dan TV"Kipas angin itu satu buah, kalau saya terima tamu di pabrik, saya bawa kipas itu ke pabrikKalau pulang, ya bawa pulang lagi karena ditagih anakSebab, waktu itu anak saya sudah dua," kata ayahanda Muhammad Fahrezi Fatahillah, 14; MFahrehan Fatahillah, 12, dan MFahrezi Husaini, 9, itu.
   
Dalam keadaan bangkrut, orang tua Baedowy dari Balikpapan datangKebetulan orang tuanya dari kalangan mampuBegitu pula mertuanya yang kini tinggal di MalangBaik orang tua maupun mertua Baedowy saat itu meminta agar pabrik dijual saja"Waktu itu saya manutPabrik pun saya jual," ucap suami Ririn Sari Yuniar itu.
   
Selama ditawarkan, tak ada yang mau membeli pabrik BaedowyLamanya hampir tiga bulanSaat itu Baedowy juga sudah berancang-ancang untuk melamar pekerjaan

"Tapi, belakangan saya sadari bahwa itu sebagai kesalahanKesalahan saya, menyesali keputusan masa lalu itu salahMasa lalu itu kaca spionCukup sekali dilirik, tapi jangan kelamaan, nanti jadi nabrak," paparnya
   
Saat itu Baedowy masih bertahan di rumah kontrakanIstri dan kedua anaknya (waktu itu) dipulangkan ke MalangSebab, uangnya semakin tidak memungkinkan karena dia bersikukuh untuk tidak mau meminta bantuan dana kepada orang tua

"Waktu bangkrut, saya menangis dan berdoaDi atas tempat tidur saya menangis sambil bilang, sempatkan saya bisa ya Allah, Kalau saya bisa, saya janji saya akan mengajari siapa pun yang ingin bisa," kisahnya
   
Pada saat uangnya semakin tipis itu, Baedowy yang kebetulan aktif di sebuah pesantren di Bekasi Timur didatangi seorang kiai yang meminta bantuan dana karena harus ada peletakan batu pertama pembangunan pesantren dan akan dihadiri wali kota

"Saya tahu mereka butuh banget uang untuk membeli semen atau batuAkhirnya saya kasihkan sisa uang yang ada, walaupun tidak semua," ujarnya.
   
Namun, akhirnya dia menyadari bahwa efek sedekah itu luar biasaDia lantas meneruskan bisnis itu dengan modal mobil pick-upBaedowy kembali belajar kepada pengepul besar"Saya nongkrong saja di sekitar sana," ujarnya

Dari hasil nongkrong itulah Baedowy mendapat banyak pelajaranDia akhirnya bisa mendapatkan ilmu baru, bagaimana cara menetapkan harga agar disenangi para pemulung"Kalau pengepul lain menerima dengan harga Rp 1.500 per kilogram, saya berani menerima dengan harga Rp 1.700Akhirnya, para pemulung lebih suka menjual kepada saya," ceritanyaSejak saat itu usaha Baedowy mulai bangkit
   
Kini Baedowy bukan sekadar menjadi penadah, tetapi juga pembuat mesin dan menjualnya kepada mitraMekanismenya mirip franchiseSebab, selain diberi pelatihan setelah membeli mesin darinya, hasil penggilingan mitra bisnis juga ditampung.
   
Mitra Baedowy saat ini sudah lebih dari 100Mereka tersebar di seluruh wilayah di Indonesia, sampai ke AcehBijih plastik hasil olahannya diekspor, terutama ke Tiongkok"Pasarnya sangat besarKita tidak akan bisa memenuhi permintaan pasar," akunya
   
Dengan pencapaian sekarang, Baedowy jadi teringat sebuah tulisan yang dikutip dari kitab kuno tulisan Sasongko JatiTulisan itu dia pajang di halaman depan skripsinyaMenurut penerjemahannya, tulisan bahasa Jawa itu kira-kira berbunyi: "Bagaimana mungkin kamu bisa mengerjakan pekerjaan yang besar kalau yang kecil saja tidak terbiasaDan, pekerjaan itu walaupun remeh semua datangnya dari TuhanMaka lakukan dengan sungguh-sungguh dan hati yang suci?"

"Ini yang mengantarkan hidup saya mengurusi yang kecil, yaitu sampah dan membetulkan mesin," katanya
   
Usahanya juga berbuah banyak penghargaanDi antaranya juara 1 pemuda pelopor tingkat nasional 2006Dia juga menjadi tokoh terbaik pilihan majalah Tempo, Soegeng Sarjadi Awards on Good Governance, piagam penghargaan Kalpataru 2010, dan juara 1 wirausaha terbaik Indonesia versi Dji Sam Soe Awards.
   
Kini, Majestik Buana Group juga terbilang suksesDi bawahnya ada Majestik Buana Cemerlang untuk penggilingan sampah plastik, mencari bahan baku, menggiling, dan mengeringkan sampahMajestik Buana Cipta Kreasi bertugas mengkreasi mesin-mesin daur ulang sampah, mesin injeksi, blowing, dan komposMajestik Buana Cipta Guna membuat kepala sapu ijuk, celengan, dan sebagainyaMajestik Buana Cipta Selaras sebagai divisi nonprofit, menyelaraskan kepentingan para mitra
   
Baedowy menerapkan prinsip keterbukaan kepada sekitar 30 karyawannyaTermasuk soal keuangan"Nanti, usia saya 45 tahun kan pabrik ini punya karyawan, saya kasihkan karyawanItu obsesi sayaNanti saya tidak akan mayoritas memiliki iniKan sekarang pemilik tunggalNanti saya 10 persenSisanya 90 persen untuk karyawan, dibagi proporsional menurut masa kerja dan jabatannya," jelasnyaTujuannya, untuk mengukur kesetiaan dan rasa memiliki(c2/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Soegeng Soejono, 48 Tahun Jadi Orang Terbuang di Republik Ceko


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler