Si Walet Milik Bung Karno Nyaris Dipotong-potong

Minggu, 26 Maret 2017 – 00:07 WIB
Enginer TNI Angkatan Udara Mayor Heri Haryadi berfoto di depan mobil Unimog yang telah direstorasi di Rumahnya, Jalan Otter, Komplek Auri Sukaraja, Gunungbatu, Kota Bandung, Sabtu (18/3). Foto: Ahmad Taofik/Bandung Ekspres/JPNN.com

jpnn.com - Bukan hal mudah untuk memperbaharui kendaraan tua. Hal ini lantaran sudah tidak ada lagi pabrik spare part kendaraan tua.

Meski demikian, bukan tak ada jalan yang bisa dikerjakan untuk merestorasi kendaraan tua hingga kelihatan antik.

BACA JUGA: Kiai Hasyim Meninggal Dunia, Mbak Puan Sangat Berduka

Ahmad Taofik, Bandung

MERENOVASI benda-benda masa lampau secara utuh dan sempurna memang tidak mungkin.

BACA JUGA: Kang Emil: Saya Sangat Mencintai Bung Karno

Namun, membuat barang-barang tua yang sudah rusak berat menjadi mentereng kembali bukan hal mustahil.

Menghadirkan kembali barang-barang klasik, seperti kendaraan pada zaman penjajahan memiliki nilai historis tinggi.

BACA JUGA: Sajak Bung Karno

Masyarakat modern bisa belajar banyak hal dari benda-benda peninggalan sejarah.

Sebab, pepatah Presiden Pertama Indonesia Soekarno pun mengatakan, ”Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.”

Hal inilah yang mendorong Mayor Heri Heryadi memburu kendaraan tua untuk direnovasi.

Pria yang berdinas di TNI Angkatan Udara ini, sedikitnya telah merestorasi 85 kendaraan tua.

Mulai sepeda motor, mobil, helikopter hingga Panser tahun 1940.

”Karya paling monumental saya yaitu merestorasi helikopter milik Bung Karno (Ir Soekarno, Presiden Pertama RI) pada 2011. Saat itu, saya mencoba browsing kendaraan-kendaraan zaman dulu dan menemukanlah informasi ada helikopter Bung Karno di tempat rongsokan di Bandung,” ujar Heri kepada Jabar Ekspres (Jawa Pos Group) di rumahnya, Jalan Otter, Komplek Auri Sukaraja, Gunungbatu, Kota Bandung, Sabtu (18/3).

Saat ditemukan, helikopter jenis Bell-47J yang disebut Si Walet hendak dipotong-potong pemilik gudang rongsok.

Beruntung, dirinya keburu datang dan menawar helikopter yang pernah dipakai dinas Bung Karno itu.

Setelah negosiasi, dia akhirnya bisa membawa pulang helikopter tersebut.

Dengan semangat membara, dirinya langsung membawa helikopter tersebut ke bengkel miliknya di Cimahi.

”Kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Catnya sudah terkelupas. Helikopter itu ditaruh begitu saja oleh pemilik rongsokan, sehingga hampir tertimbun ilalang,” ujar Heri.

Menurut dia, helikopter itu didesain untuk presiden, material bagus. Baling-baling ada dua, besar di atas dan kecil di belakang.

Dari risetnya, saat zaman orde lama berkuasa, Bung Karno memiliki empat helikopter.

Sang proklamator itu mendapatkan helikopter dari pemerintah Amerika Serikat sebagai tebusan tentara perang yang hendak dihukum mati di Indonesia.

”Karena Bung Karno itu memiliki kemampuan lobi yang sangat tinggi, akhirnya terjadilah barter antara tawanan perang, seorang agen CIA bernama Allen Pope dengan alat-alat tempur itu,” imbuh dia.

Allen Pope diketahui seorang pemberontak PRRI/Permesta yang berhasil diringkus oleh TNI Angkatan Udara dan menjadi tawanan.

Nah, antara Presiden Soekarno dan John F Kennedy saat itu, menukarkan Allen Pope dengan 10 unit pesawat Hercules C-130 B Short Body, 1 Helli Bell-47J Si Walet, 2 unit Executive Bizjet Jetstar Saptamarga dan Garuda, Mobil VVIP Limousine Chrysler Le Baron.

Sebagai tambahan, Allen Pope adalah seorang tentara bayaran yang ditugasi CIA dalam berbagai misi.

Beberapa misinya dilakukan di Asia Tenggara. Di antaranya saat pertempuran di Dien Bien Phu, Vietnam dan pemberontakan PRRI/Permesta di Indonesia.

Dia tertangkap oleh TNI AU ketika usahanya mengebom armada gabungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dengan pesawat pembom B-26 Invader AUREV gagal dan akhirnya berhasil ditembak jatuh.

Pesawatnya jatuh ditembak oleh P-51 Mustang milik Angkatan Udara yang diterbangkan oleh Ignatius Dewanto.

Namun kesaksian lain mengatakan, pesawatnya tertembak oleh tembakan gencar yang dilakukan armada Angkatan Laut Republik Indonesia.

Lebih lanjut Heri mengatakan, dalam melakukan restorasi helikopter tersebut, dirinya menggunakan dana pribadi.

Pada 2011 itu, dirinya merasa kekurangan dana untuk merenovasi helikopter pertama Indonesia tersebut. Namun beruntung, dirinya mendapat bantuan dari pemerintah daerah Kota Batu.

”Akhirnya saya bekerja sama dengan pemda Kota Batu untuk renovasi helikopter tersebut, dengan perjanjian setelah jadi akan disimpan di Museum Angkut Kota Batu,” tutur dia.

Saat itu, dirinya pun mulai mencari bahan-bahan pengganti. Mulai dari bodi hingga spare part yang diperlukan.

”Saya terus riset. Setidaknya bagaimana mengembalikan helikopter tersebut sama seperti dulu. Saya mulai browsing gambar-gambar zaman untuk membuat duplikatnya,” ujar dia.

Di pabrik miliknya, semua bagian yang masih digunakan dia perbaiki.

Sedangkan bagian-bagian yang hilang, dia membuat tiruannya sendiri.

Menurut dia, meskipun helikopter, namun Si Walet memiliki struktur mesin seperti mobil. Setelah dia pelajari, bahan bakar penggeraknya merupakan bensin biasa.

”Helikopter itu didesain khusus untuk kepresidenan. Memiliki material yang sangat bagus. Jadi memang banyak kesulitan dalam merenovasinya. Saya melakukan beberapa kali riset,” ujar dia.

Berkat jasanya tersebut, Sukmawati Soekarnoputri memberikan penghargaan atas upayanya mengembalikan aset sejarah. Menurut dia, sejarah merupakan sesuatu yang sangat berharga.

Lebih lanjut dia mengatakan, selain helicopter Si Walet, dirinya juga telah berhasil merestorasi sekitar 85 kendaraan. Mulai dari sepeda motor, mobil, truk hingga panser.

Sejak 2000, seidikitnya dua hingga tiga unit kendaraan tua yang direnovasi.

Dirinya sengaja mencari kendaraan-kendaraan tua karena ingin menghadirkan sejarah.

”Saya rasa, mengenang sejarah masa lalu dengan menghadirkan barang masa lalu itu lebih otentik. Daripada kita hanya bicara masa lalu saja, lebih baik bergerak mencari peninggalan-peninggalan sejarah itu yang terbengkalai. Lalu kita perbaiki,” ujar dia.

Lanjut dia, karya yang tak kalah membanggakan manakala dia merehab panser tahun 40an. Panser tersebut dipakai tentara untuk perang melawan penjajah Jepang.

”Saya dapatkan Panser di Karangresik, Tasikmalaya. Kondisinya sudah hancur karena 70 tahun mangkrak. Saya mencoba lobi untuk mengambil Panser tersebut,” tandasnya.

Setelah diambil, dirinya mendapat bantuan dari Kodam III/Siliwangi. Kini, Panser tersebut sering dijadikan properti dalam aksi teatrikal peringatan kemerdekaan RI Setiap 17 Agustus.

Selain itu, dirinya juga pernah merenovasi Panser yang kini dipajang di perempatan Jalan Veteran, Jalan Jawa dan Meseum Legiun Veteran.

Dia mengakui, banyak kesulitan dalam menyalurkan hobi restorasi kendaraan tua.

Namun dia meyakini, selama masih punya kemampuan dan kemauan, apapun bisa diatasi.

”Bantuan itu selalu datang saat kita membutuhkan. Sebagai contohnya, saat saya hendak merenovasi ambulance bekas evakuasi Kartosuwiryo dari Majalaya menuju RS Hasan Sadikin Bandung,” ujar dia.

Saat itu, dirinya menemukan ambulance di Museum Mandala Wangsit dalam kondisi rusak berdebu.

Saat itu, dirinya mengajukan permohonan kepada Pangdam III/Siliwangi Soni Widjaya untuk memperbaiki ambulan yang sudah 30 tahun tak berjalan.

Berkat tangan dinginnya, kini ambulance tersebut sudah bisa dijalankan.

Bahkan digunakan sebagai museum berjalan oleh manajemen Museum Mandala Wangsit.

Atas keberhasilan itu pula, Pangdam Soni Widjaya meminta Heri untuk merehab Museum Mandala Wangsit.

”Saya akhirnya diminta untuk merenovasi museum milik TNI itu. Saya coba restorasi beberapa barang yang ada di sana,” ujar dia.

Kini Museum Mandala Wangsit jauh lebih ramai dari sebelumnya. Setiap akhir pekan, banyak warga yang sengaja berkunjung ke museum tersebut.

Bahkan, museum ini sering dijadikan rujukan study tour siswa luar Kota Bandung. (*/rie)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kesadaran Warga di Taman Bung Karno Menyedihkan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler