Kesadaran Warga di Taman Bung Karno Menyedihkan

Jumat, 17 Februari 2017 – 07:50 WIB
Tampak Pohon Sukun di Taman Permenungan Bung Karno, Kota Ende, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). FOTO: Timor Express/JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Di sebelah selatan taman, tampak tujuh orang petugas tengah membersihkan rumput. Terdengar suara mesin potong rumput membelah kesunyian. Sebagian petugas lagi terlihat menguras air di kolam yang tampak keruh. Menggunakan selang, air kemudian dikeluarkan perlahan. Yang lain memotong ranting pohon lontar yang mulai menua.

LEXI RAJA SEKO, Ende

BACA JUGA: Misteri Pohon Sukun Bercabang Lima di Taman Bung Karno

Itulah pemandangan ketika hari semakin sore, Kamis (9/2) di Taman Permenungan Bung Karno, Ende, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Memang ada petugas yang khusus disiapkan menata taman bersejarah itu. Secara rutin mereka membersihkan dan menata taman tersebut. Namun, yang menjadi kendala adalah kesadaran dari pengunjung. Terutama dalam menjaga kebersihan. Sampah bekas makan dan minuman masih dibuang begitu saja. Padahal, sudah ada tempat sampah yang disiapkan di area itu. Bahkan ada yang lebih usil lagi dengan mencoret tembok atau dinding di dalam taman itu.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ende, Hermanus Haning ditemui di Taman Permenungan Bung Karno Kamis sore membenarkan fakta tersebut.

BACA JUGA: Mahfud Mengutip Bung Karno soal Pilih Pemimpin Seagama

Menurutnya, masih banyak sampah yang berserakan. Dia mengakui taman terlihat kotor. Penyebabnya adalah kesadaran Warga yang masih rendah.

"Masyarakat kita harus terus diberi pengertian. Masa sampah rumah dibuang ke taman, padahal ada tong sampah yang ditempatkan di sudut taman. Kita lihat sendiri sampah plastik berupa bungkusan makanan ringan, gelas bekas minuman air mineral dibuang di kolam. Ini yang tidak benar," kata Herman.

BACA JUGA: Habib Rizieq Belum Mau Diperiksa Lagi, Nih Alasannya...

Dia menyebutkan, kini pengelolaan taman diserahkan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Sebelumnya oleh Dinas Pariwisata. Karena itu, kata dia, secara perlahan akan kembali menata taman itu sehingga bisa terlihat lebih indah dan bersih. Meski diakui, dengan dana yang minim apalagi organisasi perangkat daerah (OPD) baru tapi mereka akan terus bergerak menata kembali taman itu.

Rencana ke depan, kata Hermanus, pengelolaan taman akan bekerja sama dengan Bank NTT. Seperti apa bentuk kerja sama, kata dia, masih dalam pembahasan. Dia menyebutkan, semua orang ingin Kota Ende indah dan rapi. Karena itu, dirinya bersama jajaran bidang kebudayaan pertama-tama melakukan pembersihan.

Sementara salah seorang staf, Lenty Gheta mengatakan, memang keluhan utama dari para pengunjung adalah soal kebersihan. Menurut catatan pengunjung dari buku pengunjung yang selalu ia sodorkan kepada mereka, catatan terbanyak soal kebersihan taman dan pengelolaannya. Dia mencatat dari bulan April 2016 hingga 9 Februari 2017, sebanyak 303 pengunjung yang datang.

"Yang kami sodorkan buku kunjungan yakni orang dari luar Kabupaten Ende. Dan jika datang rombongan maka cuma satu orang untuk mewakili mereka," kata Lenty.

Dia menyebutkan, pengunjung juga berasal dari Eropa dan Amerika. Dan beberapa negara lain saat mereka dalam perjalanan ke destinasi wisata yang lain.

Untuk wisatawan domestik, jelas Lenty, ada yang dari Jakarta, Surabaya, Padang dan Manado. Juga beberapa provinsi lainnya. Tentunya juga dari wilayah NTT.

Seperti apa yang dikatakan pengunjung dari Sumba Timur, Abdul Kadir bahwa perlu dipasangi papan peringatan untuk tidak buang sampah disembarang tempat. Juga disertai ancaman denda maka pengunjung akan sadar dan tidak buat lagi.

Sekarang kita menunggu, apakah dengan adanya OPD baru dimana pengelolaan diserahkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayan akan lebih baik lagi? Publik menanti hasilnya.(*/ito)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bu Mega: Kalau Jalan Jangan Ingat Pacar Dulu


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler