Siapa Paling Berpeluang jadi Pendamping Rita Widyasari?

Sabtu, 13 Mei 2017 – 00:12 WIB
Rita Widyasari. Foto: Kaltim Post/dok.JPNN.com

jpnn.com, SAMARINDA - Para kandidat yang berpeluang maju sebagai bakal calon gubernur (cagub) Kalimantan Timur sedang berburu calon pendamping.

Perburuan yang paling nyata dilakukan Rita Widyasari dan Syaharie Jaang. Keduanya sadar, figur bakal calon wakil gubernur (cawagub) turut menjadi faktor penting dalam menentukan hasil akhir Pilgub Kaltim 2018 mendatang.

BACA JUGA: Berterima Kasih ke Pemilih Golkar, IIPG Gelar Baksos di Porong

Basis pemilih terbanyak Kaltim di daerah segitiga emas. Secara berurutan dari yang terbesar, yakni Samarinda, Kutai Kartanegara, dan Balikpapan.

Modal dasar sudah mereka miliki. Sama-sama sebagai kepala daerah aktif di daerah lumbung suara. Rita sebagai bupati Kutai Kartanegara dan Jaang menjadi wali kota Samarinda.

BACA JUGA: Dapat Dukungan Golkar, Al Haris Yakin Menangkan Pilbup Merangin 2018

Praktis, mencari figur yang berasal dari tiga kabupaten/kota di Kaltim tersebut di luar daerah yang dipimpin, menjadi pilihan rasional.

Politikus Golkar dan Demokrat itu sama-sama sudah dipastikan diusung partainya maju dalam perebutan kursi KT I, sebutan jabatan gubernur. Bedanya, jalan Rita lebih mulus ketimbang Jaang.

BACA JUGA: Kalangan Muda Ajak Bang Akbar Hadang Angket ke KPK

Dengan perahu partai beringin, bupati Kutai Kartanegara (Kukar) itu tak perlu mencari tambahan kursi sebagai syarat pencalonan.

Sementara itu, Jaang perlu kerja ekstra menggaet partai politik lain untuk mengisi slot kekurangan tujuh kursi di DPRD Kaltim. Partai mercy itu hanya memiliki empat kursi di parlemen.

Pada 10 Mei, Nusyirwan Ismail, wakil wali kota Samarinda, resmi mendaftar sebagai bakal cawagub Rita yang dibuka DPD Golkar Kaltim. Dia didampingi jajaran pengurus DPW Partai Nasional Demokrat (NasDem).

“Saya mendaftar karena mendapat penugasan partai (NasDem). Bukan karena nafsu jabatan. (Penugasan) itu hasil diskusi pengurus DPW. Tindak lanjut setelah Bu Rita mengembalikan formulir bakal cagub dari NasDem,” ucap Nusyirwan.

Itu sejalan dengan kesediaan dirinya jika disorong maju sebagai bakal cawagub. Beda dengan yang diincar Jaang, pasangannya memimpin Samarinda. Di luar mendaftar di Golkar, dia memastikan tak melamar ke partai lain.

Namun, terang dia, terlalu dini menyimpulkan bahwa dia pasti maju berpasangan dengan Rita. “Dinamika masih panjang. Saya opsi dari 10 orang yang mendaftar sebagai wakil,” imbuhnya.

Pertimbangan lain mendaftar bakal cawagub dari Golkar adalah dia merasa masuk kriteria calon pendamping ketua DPD Golkar Kaltim. Mulai berpengalaman sebagai birokrat, usia lebih tua, dan perspektif NasDem dan Golkar tergabung dalam koalisi pemerintahan yang dipimpin Joko Widodo.

Yang dia pahami adalah wakil tidak boleh mengurangi nilai calon gubernur dalam perolehan suara. “Saya (memimpin) di kantong suara Samarinda. Pernah juga ikut kontestasi pilgub,” sebutnya.

Kemunculan Nusyirwan mengembalikan formulir ke kantor sekretariat DPD Golkar Kaltim memunculkan pertanyaan.

Mengingat momen itu tak berjauhan waktunya dengan Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi melalui timnya mengambil formulir pendaftaran sebagai bakal cawagub yang dijaring DPD Demokrat Kaltim, Jumat (5/5). Rizal melamar sebagai pendamping Jaang.

Belum lagi, pendaftaran Nusyirwan itu jauh setelah penutupan pengembalian formulir pada 30 April. Asli Arpani, sekretaris Tim Pilkada DPD Golkar Kaltim, pada 2 Mei mengatakan, total ada 13 orang yang mengambil formulir pendaftaran. Namun, hingga batas akhir, hanya sembilan yang mengembalikan.

Yakni, Andi Sofyan Hasdam, Mohammad Djailani, Makmur HAPK, Adi Darma, dan Ghufron Yusuf. Di samping itu, Suriansyah, Farid Wadjdy, Awang Ferdian Hidayat, dan M Agus Mustafa. Dari deretan yang mengambil formulir, tak ada nama Nusyirwan.

Dikonfirmasi, Asli menjelaskan, sebenarnya masa pendaftaran berlangsung fleksibel. Golkar juga tak mungkin bisa melarang ketika ada orang yang berniat mendaftar. Terpenting, lanjut dia, belum masuk tahap sosialisasi dengan berkeliling di 10 kabupaten/kota.

“Kecuali sudah lewat 14 April (hari pertama sosialisasi), itu baru tidak bisa diterima,” ucapnya menepis bahwa ada keistimewaan diberikan Golkar kepada Nusyirwan.

Diterangkan, tiap kandidat diberi waktu lima hari bersosialisasi di tiap kabupaten/kota. Misalnya, Nusyirwan mendapat giliran pertama sosialisasi ke Penajam Paser Utara sejak 14–19 April. Kemudian berlanjut ke Paser.

“Selesai tahapan itu 16 Juli. Survei kemudian dimulai. DPD kabupaten/kota diminta menilai dan membawa tiga nama,” ujarnya.

Ketua Tim Pilkada DPD Golkar Kaltim M Hatta Zainal membantah telah memperpanjang masa pendaftaran. Tapi, memberikan ruang bagi pengambil formulir yang telat mengembalikan.

“Menerima itu, bukan diperintah pimpinan. Yang benar saya minta izin ke ketua DPD karena ada tim Pak Nusyirwan menghubungi saya. Atas seizin ketua, tim diperbolehkan menerima,” jelasnya.

Pengamat politik dari Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda Lutfi Wahyudi menganalisis, bila benar kemungkinan Rizal menjadi pendamping Jaang dan Nusyirwan ke Rita, peta konstelasi politik berubah.

Sebab, tak bisa dimungkiri bahwa basis suara terbesar berada di tiga kabupaten/kota. Nah, ketika opsi Jaang berpasangan dengan Rizal, artinya mencoba menyatukan kekuatan pemilih utama di Benua Etam.

Sementara itu, Rita pasti tahu persis, mesti berusaha sangat keras merebut suara pemilih di Samarinda, kandang Jaang. Begitu juga sebaliknya. Jaang juga akan kesulitan mengalahkan Rita di Kukar.

“Pasti mereka akan mencari wakil yang bisa membantu peningkatan elektabilitas,” tuturnya.

Bila Rizal nantinya berpasangan dengan Jaang, Rita tak bisa berharap banyak dengan DPD Golkar Balikpapan. Figur Rizal lebih memiliki potensi mendulang suara pemilih ketimbang Rahmad Mas’ud, wakil wali kota Balikpapan.

Dengan kondisi demikian, salah satu upaya Rita adalah memecah suara di Samarinda. Dalam kasus Pemilihan Wali Kota Samarinda 2015 lalu, Nusyirwan menjadi pesaing kuat bagi Jaang. Ketika ada upaya memisahkan saat itu, kekuatan keduanya diprediksi 50:50.

“Bagaimanapun Nusyirwan punya basis suara. Sayangnya bukan petarung. Tapi, tipikal itu yang malah diinginkan Rita,” sebutnya.

Itu hal sama dengan yang dimiliki Farid Wadjdy dan Makmur HAPK. Tipikal bukan petarung menandakan manut dengan bos.

Lutfi yakin, Rita pasti memaksimalkan seluruh potensi. Ketika tak bisa mendulang suara signifikan, paling tidak mencari pendamping yang mampu memecah suara Jaang-Rizal.

“Walaupun memang belum ada yang berpasangan pasti. Tapi pasti ada antisipasi itu bila terjadi,” terang dia.

Semakin menarik, bila ada pasangan calon lain yang muncul. Itu mungkin saja dimunculkan Rita untuk memecah suara. Pasangan bayangan itu menjadi hal lazim dimunculkan.

“Kalau untuk memecah suara, Nusyirwan pilihan tepat. Tinggal pertanyaannya, Jaang positif dengan Rizal atau tidak? Kalau tidak, Rita punya pilihan lain. Penentuan wakil juga tidak mungkin cepat. Menunggu sampai last minute,” katanya.

Itu bertujuan mengunci lawan dengan kekuatan politik yang dimainkan Rita. Terbukti, sekalipun dirinya sudah dikukuhkan, namun sampai kini belum menentukan pendamping. (ril/rom/k8)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Live Streaming Seks Ayah Terbongkar, Bupati Kukar: Saya Paling Terluka


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler